Setahun lalu setelah kecewa dengan HTC Desire HD (yang katanya Androidnya bakal diupgrade ke ICS, ternyata gak jadi), saya memutuskan jika nanti saya membeli ponsel Android baru, saya hanya mau yang rilis dari Google aja, yaitu keluarga seri Nexus. Dan setelah “kebetulan” ponsel saya dijambret orang, akhirnya saya beneran milih Nexus 4.
Pertimbangannya sederhana saja, seri Nexus ini adalah ponsel standar Android, dengan kata lain jadi acuan dari sistem operasi Android. Semua fitur inti default Android harusnya paling bagus jalan di Nexus. Semua aplikasi Android yang ada di Google Play, seharusnya pasti bisa jalan di seri Nexus, karena (lagi-lagi) ini adalah acuan. Jadi saya tidak mau ambil pusing punya ponsel canggih tapi kepentok tidak bisa menjalankan fitur-fitur tertentu.
Kelebihan (dan mungkin sekaligus kekurangan) seri Nexus adalah tampilannya pun datar banget. Buat saya pribadi gak menarik. Bahkan dibandingkan ponsel-ponsel Android lain yang lebih murah, icon, template, dan theme Nexus ini jelek bagi saya.
Jadilah akhirnya saya ketemu dengan MIUI. Custom ROM, kalau istilah para pengoprek Android. Aslinya MIUI dibuat oleh Xiaomi untuk ponsel mereka sendiri. Tapi ROM nya dibuka untuk didownload dan dikembangkan. Dan (lagi-lagi) karena Nexus adalah acuan ponsel Android, pastinya ROM untuk seri Nexus tersedia, termasuk Nexus 4 yang saya pakai.
Jadilah saya pakai MIUI di Nexus 4 saya. Tampilannya cantik. Tidak sekadar theme, tapi sampai dengan tampilan detail di dalamnya. Ya.., ala-ala iPhone sih sebenarnya. Tapi setidaknya tampilannya konsisten. Tidak seperti default Android yang icon-icon dan keseluruhan UI nya terkesan tidak beraturan. Entah kenapa Xiaomi bisa membuat Android menjadi secantik ini, tetapi Google tetap bertahan dengan tampilannya yang tidak konsisten itu.
NOTE: Ini postingan draft bulan September 2014 lalu, baru diselesaikan sekarang -__-