Canonical Inspirasi Model Perusahaan OpenSource bagi Drupal (dan Kita?)

Drupal CMSDries Buytaert, pencipta dari Drupal CMS (Content Management System) baru saja mendirikan perusahaan startup, Acquia. Bidang perusahaan ini tentunya masih di seputar Drupal. Lebih lengkapnya bisa dilihat di FAQ nya.

Drupal sendiri berlisensi GPL, sama seperti Linux. Dan Drupal juga mempunya varian (distro), salah satunya (dan satu – satunya yang saya tahu) CivicSpace. Jika di Linux distro satu dengan yang lainnya yang membedakannya adalah paketan software – software yang dibawanya (termasuk manajemen paketnya), di Drupal pun seperti itu. Perbedaan CivicSpace dan Drupal adalah paketan modul – modul yang menyertainya.

Saya sendiri dulu juga sempat bertanya – tanya, banyak perusahaan pengembang web & Drupal Support yang berkembang dan telah terbukti menghasilkan bisnis yang bagus. Di antaranya adalah Lullabot, yang mengembangkan web MTV Inggris dengan CMS Durpal. Tetapi mengapa si penciptanya sendiri tidak membuat perusahaan serupa, dan tetap asyik saja menjalani kuliah PhD nya. Dan pertanyaan saya terjawab sudah. Bukannya tidak, tetapi belum (walaupun tidak serupa).

Canonical (Ubuntu Linux)

UbuntuCanonical Ltd. sendiri sebuah perusahaan di bidang opensource yang cukup unik. Berbeda dengan pendahulunya yang telah sukses RedHat dan Novell, perusahaan yang digawangi oleh Mark Shuttleworth ini tidak membuat edisi enterprise dan edisi umum (public). Tetapi dia justru membuat suatu distro baru turunan Debian, dengan kualitas yang terjaga dan disediakan gratis bagi siapa saja, ya anda pasti tahu : Ubuntu. Dan ini semakin dipertegas dengan komitmen Canonical yang tidak akan membuat dua versi distro : enterprise dan public, tetapi hanya ada satu jenis : public.

Acquia (Drupal CMS)

Lalu bagaimana dengan Acquia? Dries Buytaert sendiri menyatakan dalam blognya kalau dia ingin membuat Drupal ini sama analoginya dengan Linux di dunia web. Drupal akan tetap opensource, trademarknya memang dipegang oleh Dries (sama seperti trademark Linux dipegang oleh Linus Torvalds). Acquia hanya menyediakan jasa di seputar Drupal : pengembangan, implementasinya bersama software – software lain, update, dll. Tetapi setiap orang tetap memiliki akses bebas terhadap Drupal. Tim dari Acquia sendiri akan selalu mengembangkan Drupal dan hasil pengembangannya ini akan dikembalikan ke komunitas Drupal. Tidak menjadi Closed Source.

Sepertinya model bisnis opensource seperti yang diterapkan Ubuntu dan Canonical semakin banyak diterapkan. Bandingkan saja dengan RedHat (Enterprise)yang semakin tidak populer (di dunia desktop) setelah kebijakannya untuk memberhentikan proyek RedHat (public) dan tidak mensupport lagi proyek Fedora. Sementara edisi enterprise RedHat (Red Hat Enterprise Linux – RHEL) sebagian besar kontribusinya adalah dari Fedora. Hal sama juga terjadi dengan Novell bersama – sama dengan Xandros dan Linspire yang justru melakukan kerjasama dengan Microsoft.

Di Indonesia

Hingga saat ini saya belum menemukan ada perusahaan serupa di Indonesia. Ya.. kalau anda bertanya perusahaan yang menyediakan jasa Support untuk implementasi Linux ada banyak. Tetapi tidak dengan perusahaan yang membuat software, menyediakannya secara benar – benar gratis (tanpa edisi premium/enterprise atau apalah istilahnya..), dan menyediakan support profesional untuk produknya tersebut. Kalau dibilang tidak ada orang Indonesia yang bisa membuatnya saya rasa tidak juga. Atau memang belum saatnya yah..

Eh, atau jangan – jangan sudah ada, tapi saya aja yang gak gaul..

10 Comments

Add yours

  1. wah…. jadi kecanduan baca blog mu neh…., pembahasan diatas aku malah baru tahu. Sering begelut dengan drupal dan pernah 2 kali nguplek-uplek situs dengan civicspace. kalo yang ubuntu dan produknya mmm…. wah…. ga tau deh 🙁

    aku ngga ngerti linux mulai dari instalasinya… but sekarang karena serverku pake linux aku
    jadi sering menggunakan perintah2 linux dengan tidak sadar aku sudah belajar 😛 memang

    thanks, smart guy buat tulisan-tulisan mu… bisa jadi kecanduan aku di sini 😉

  2. sip salut ama cononical dan ubuntu, ternyata kayak gitu ya sistemnya ( selama ini ngak aku perhatikan 😛 )

  3. cihui.. dapet pembaca setia nih ;))
    @eviriyanti : langganan aja feednya

  4. @eviriyanti : *terbang…* he…he, wah mainan Linux juga sekarang? Eh, ini mbak Evi yang sering di Drupal-ID.com itu ya?

    @adzy_maniac : Nah.., distro buatanmu dibikin kaya Canonical aja Ji.. Btw, dah dipublikasikan belum distro buatanmu itu?

    @Yuda : *yes..! berhasil meyesatkan satu orang.. ha..ha

  5. ehemmmm…..

    @Yuda : mmm…. langganan feed nya ogah ah… aku baca yang aski aja de… takut nyampah..wek..kek..kek… ga semua yang elo baca bener 😛

    @Okto Silaban : Aku mau tersesat jika bersamamu 😉
    iya aku juga sering nongkorng di drupal.id 🙂

  6. kenapa ndak ente mulai dulu, dab?

    wekekek..

  7. @zam : kalau aku masuk kategori “belum saatnya..” kayaknya… *ceritanya ngeles nih..

  8. Bukan tidak ada, tapi belum…
    Mungkin developer sini masih butuh waktu ^_^

  9. @himura: ya seperti saya bilang.. mungkin memang belum waktunya..

  10. Okto, entah mengapa, aku bisa sampai pada posting lawasmu ini 🙂
    Aku pernah nulis sesuatu dengan topik yang nyerempet, bila berkenan bisa dinikmati di sini: http://albert.dagdigdug.com/2009/11/02/open-source-dari-sudut-pandang-seorang-programmer-freelancer/
    Sekedar melihat dari sudut pandang yang lain.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *