Linux dan Sebuah Kebohongan

Jadi mengapa kita harus ragu – ragu untuk pindah ke sistem operasi Linux? Perusahan besar seperti A, B, X, dan Y saja sekarang sudah mulai pakai Linux kok. Kampus – kampus besar di Indonesia juga sudah hampir semuanya menggunakan Linux“.

Sering dengar kalimat semacam kalimat di atas? Anda tergugah karenanya? Sabar dulu bung.. Jangan terburu – buru.

Memang terlalu keji jika saya bilang kalimat itu (dan kalimat sejenis lainnya) adalah suatu kebohongan. Mungkin tepatnya adalah “kekurang akuratan”. Tetapi saya pribadi, setelah mengetahui kenyataannya seperti merasa dibohongi. Karena  kenyataannya tidak seperti yang saya bayangkan.

Saya sudah beberapa kali mengikuti seminar migrasi ke Linux, dan seringkali mendengar kalimat seperti itu. Itulah salah satu alasan mengapa saya bersemangat terus belajar Linux pada awal – awal saya mengenal Linux. Karena diakui atau tidak, Linux memang lebih sulit dioperasikan (akui sajalah..). Tetapi begitu mendengar kalimat di atas, saya berpikir “Perusahaan besar saja berani mengambil resiko sulitnya pengoperasian Linux yang mungkin saja mengganggu bisnis mereka. Mengapa saya tidak berani mulai meninggalkan sistem operasi yang bajakan?”

Tetapi fakta berikut inilah yang tidak disebutkan oleh para pembicara dalam seminar – seminar itu : Perusahaan – perusahaan besar seperti A, B, C, X dan Y, serta kampus – kampus besar di Indonesia memang secara besar – besaran memigrasikan sistem operasi mereka ke Linux. Tetapi itu hanya terjadi pada SERVER mereka. Tidak demikian dengan WORKSTATION nya (komputer yang digunakan untuk pekerjaan sehari – hari  [desktop]). Memang ada beberapa perusahaan dan kampus yang juga menggunakan Linux pada komputer desktop mereka. Tetapi jumlahnya (di Indonesia) tidak signifikan.

Mungkin hal ini jugalah yang seringkali menyebabkan gagalnya penetrasi penggunaan sistem operasi Linux di Indonesia. Calon pengguna baru digembar –  gemborkan dengan banyaknya perusahaan besar yang memigrasikan sistem operasinya ke Linux. Tetapi mereka tidak diberitahu bahwa perusahaan itu memigrasikan servernya, bukan desktopnya. Sementara calon pengguna baru ini 100% adalah pengguna desktop, bukan sys admin, sys engineer, network admin, dll.

Satu hal lagi yang _sangat_ mengecewakan saya setiap kali mengikuti seminar dan diskusi tentang Linux. Mereka yang diundang sebagai pembicara, ataupun nara sumber ahli seringkali menyampaikan presentasinya tidak menggunakan Linux, ataupun software yang open source. Bagaimana mereka bisa meyakinkan user (pengguna desktop), untuk bermigrasi ke Linux dan opensource, sementara untuk hal yang kecil dan sederhana saja mereka tidak bisa (tidak mau) melakukannya di Linux. (Membuat presentasi di OpenOffice tidak sesulit memindahkan aplikasi C# ke Mono kan?). Padahal mereka yang diundang jadi pembicara, atau nara sumber ini berasal dari perusahaan IT kelas nasional, internasional, akademisi dari kampus terkemuka dan juga kalangan elit pemerintah.

Saya “usulkan” kepada anda – anda yang mungkin diminta jadi pembicara ataupun nara sumber tentang migrasi ke Linux : Sebelum anda berbicara, pastikan dulu diri anda sendiri sudah mau bermigrasi ke Linux !! Cukup saya saja yang kecewa.

49 Comments

Add yours

  1. Kalau saya jadi pembicara, materinya selalu workshop instalasi Linux.
    Jadi yang dipake sudah pasti Linux khan? hehehe 😀

  2. ah… aku ga pernah lagi tuh pake PowerPoint, pake Keynote terus kok… sumpah deh… ga boong… beneran… 😀

  3. saya pernah mengunjungi ruang server sebuah perusahaan besar. isinya? server mereka menggunakan WINDOWS SERVER 2003. ketika saya tanya kenapa mereka ndak menggunakan linux, padahal dengan linux biaya bisa ditekan, mereka bilang, mereka ndak mau ngambil resiko. linux ndak punya dukungan vendor. kalo pun pakai dukungan vendor, harga yg dibayar juga hampir sama dengan windows. lagian, biasanya beli SERVER sudah dibundled sama WINDOWS sehingga kalo mereka ganti OS, maka garansi akan hilang.

    demikian laporan pandangan mata.. 😀

  4. @Yahya K : Ha..ha, kalau jenengan sih saya percaya.. *kan bukan dari lembaga pemerintah ataupun perusahaan IT Internasional.. 😀

    @Adham S : sumpeee lo..?

    @zam : Dan begitu garansi habis, hilang juga kemampuan servernya..

  5. Wah ganti Mac aja, hidup Mac!! mac mac mac mac hehehe

  6. Ah,saya pakai Linux karena merasa terpanggil sebagai salah seorang awak IT (ngaku-ngaku)

  7. he..he.. pdfnya IGOS aja kalau diliat metanya dibut menggunakan ms word dan adobe distiler. cape de….

  8. @zam,
    Gak gitu juga sih, misalkan ada kerusakan di sistem, mungkin karena malfunction di hardware, system menghapus seluruh data perusahaan… ( Saya tidak pernah mendengar kasus ini, tapi bila ditanya kemungkinan terjadi nya… sangat mungkin , karena kita gak tau apa yang berjalan under the hood ), nah klo kaya gitu vendor juga gak mau tanggung jawab. Jika kita ada masalah di windows, siapa yang tanggung jawab ? Microsoft ? Nope, kebanyakan Administrator atau IT Help Desk yang bertanggung jawab. Seperti seorang mekanik mobil yang di suruh mbetulin mobil, tapi gak boleh ngebuka kap mesin mobil.

  9. okto, emang barusan ngikut seminar dimana?

    btw, beberapa kesulitan untuk melakukan pengadaan (tender) untuk workstation itu karena tidak adanya brosur tentang distro linux desktop yang digunakan. Walaupun distro ini bisa dibilang sepele, ternyata menjadi syarat penting untuk menyusun barang untuk diikutkan tender.

  10. haha…kang okto yang manizz..ikut seminar dimana?
    kok kecewa trus sih?

  11. Kekekeke, gw malah pengalaman migrasiin sebuah tempat, workstationnya pake Dapper, servernya terpaksa tetap di windows. Gara-garanya? Gara-garanya ada aplikasi mereka yang jalan di windows, bisa sih dijalankan pake wine (setelah berpeluh di sana sini), tapi retrieving data-nya nggak mau berfungsi dengan baik dan benar kalau pake server mysql di linux … aneh kan? tapi memang begitu … susahnya itu aplikasi mereka closed source, jadi gak bisa diapa2in kalo ada yang aneh kaya gitu …

    … cape deehhh …

  12. @daaan : hidup mak.. mak.. mak.. 😀

    @adhi p : *percaya kok praz..

    @yudha : jadi IGOS juga harus denger omong saya ya… *Hai IGOS.. baca tuh..! 😛

    @fathirhamdi : ohh.. brosur.. gampang bos.. Mau saya bikinin? 50rb/lembar.. Okeh? Dijamain desainnya bagus.., sampe om roy gak bisa bedain itu dibuat di linux ato di windows..

    @manda : saya yang manis ini ikut seminar dari panitia anda itu lho.. panitia konperensi linuk sak indonesia itu lho.. 😛

    @alvonsius : berarti aplikasi di servernya yg pake windows? lah.. di klien pake apa dong?

  13. Setuju.
    Suatu kali saya kedatangan salesman di rumah, dia menawarkan sabun mandi khusus, harumnya gak akan hilang sepanjang hari ditambah hari berikutnya, dapat melawan kuman penyakit, enviromental friendly, etc.etc. Saya tanya ke dia: mas pakai sabun ini enggak? Eh dia jawab tidak. Lha bagaimana saya mau beli, dia sendiri tidak mau pakai.

  14. hidup linux……
    gue salah satu orang yang pernah make dual os di komputer rumah….
    dua linux dan satu windows
    sempet juga semangat sama ntuh os
    dan sekarang sepertinya hanya menggunakan hosting gratisan dengan server linux
    secara linux udah ada php mysql
    untuk desktop cukup menggunakan windows dan komponen2 bajakan
    ini INDONESIA bung
    wakakakakakkakakakaka

  15. @balzach : tapi pernah pengalaman jadi pembicara seperti saya ceritain itu juga pak?

    @Choky : ya justru karena ini Indonesia… pembajakan harus berhenti…

  16. ya.. kayaknya para pembicara itu gak salah2 amat, toh mereka cuma nyebutin bahwa perusahaan & kampus2 beralih ke linux. mereka ga nyebut SEMUANYA migrasi kan?

    btw ga semua pembicara presentasi ttg linux ga pake linux. bulan desember kemarin pak Onno W Purbo (menteri Informatika Republik mimpi yang udah bubar) waktu jadi pembicara di kampus ane, presentasinya pake LInux, Ubuntu yang udah pake compiz. walhasil banyak yang reuwas (kaget), “kok linux bisa lebih hebat dari windus yah…”

    pake windus, selama itu aseli ya gapapa, tapi kalo pun masih bajakan, juga… gapapa, toh om bill gates masih kaya 🙂

  17. @hahn : Ya..ya.. saya jelas tahu mereka memang tidak menyebutkan SEMUA-nya dimigrasikan ke Linux. Tetapi yang saya sesalkan.., mengapa mereka tidak menyebutkan bahwa yang dimigrasikan itu sebagian besar hanyalah servernya.

    Tidakkah lebih tepat mengatakan : “Sebagian oknum polisi melakukan korupsi” daripada mengatakan “Polisi korupsi..”, bukan?

    Bener.., saya juga tidak bilang semua pembicara seperti itu. Memang hanya sebagian kok. Dan yang sebagian inilah yang saya bicarakan.

    Berarti boleh dong saya curi mobil pak Emil Salim.., toh dia masih kaya? 😀

  18. tapi satu hal kang otto
    linux membuat pemakainya tambah pintar, juga tidak tergantung pada salah satu product

    ada segi negatifnya juga sih, kalau kita sudah terlanjur suka sama linux
    kita akan terjangkiti penyakit

    pegel linux

  19. @teguh : 😀

  20. btw, di tempat saya (kampus ekonomi) secara perlahan melakukan migrasi linux di pc workstation/client, susah sih… terutama kompatibilitas thd printer/scaner.. apalagi user2nya, maklum udah pada sepuh2 jadi kalo disuruh belajar susyah.. banyak komplain, tp ya.. untungnya kita tetap konsisten melaksanakan migrasi ini

    tp memang saya akui, sampai saat ini pun linux masih “susah”, jangankan bagi orang awam, untuk ukuran saya sebgai orang IT pun sering dibuat stress (apa gw yg bego ya?)

    btw, keycode nya kok kasar ya… “anjing” .. :LOL:

  21. @sandynata : Keycode nya itu random.. Jadi ya harap maklum kalo dapet binatang yang kurang enak 😀

  22. @Okto
    berarti saya kurang beruntung dapet keycode najis gitu :LOL:

  23. Nah loh… Waktu saya ikut seminar Linux yg diadakan Fakultas TI Universitas Satya Wacana Salatiga juga kejadian hal yg sama, yaitu presentasinya dijalankan dgn menggunakan POWERPOINT, padahal materinya ttg Linux dan OpenOffice.org. Gimana nih?

    Trus ada org dr Inixindo sbg pembicara yg membandingkan game Tux Racer dgn Need for Speed series, dan dia bilang ini sama aja malah Tux Racer lebih seru (maksa??). Halah…

  24. Wah.. wah.. bener tuh.. pembicara harus 100% pake Linux didepan..

    Jujur aja, Linux emang lebih ribet dibandingkan Winblows. Mulai dari installasi driver dan program. Pake console pula lagi.. Walaupun udah ada apt-get, tetep harus online. Dan dependencies hell yang menyebalkan. Kalo pake DVD repo, ya versi nya itu itu aja.. gak up-to-date.

    Juga dengan game yang kurang menarik.. Kebetulan suka dengan catur, dan game catur di Linux, nggak ada satupun yang sebaik di Winblows.

    Udah pamer compiz, kiba-dock, dll abis-abisan, tetep anak satu kost nggak ada yang mau pake Linux.

    Moga Linux bisa dapet support dari pembuat hardware seperti Winblows. Supaya lebih banyak kenal hardware. Amin..

    Hidup FOSS !!

  25. @Anton : Nah untuk pembicara itu lah tulisan saya ini ditujukan.., mudah – mudahan mereka sadar..

    @mul14 : Memang.., memindahkan orang ke Linux itu bukan pekerjaan mudah. Orang yg diajak harus bener – bener mau. Bukan karena terpaksa, ataupun dipaksa.. Apalagi karena bujuk rayu. Dia harus sadar sendiri.

  26. Oo-Boon-Too Maniac

    1 March 2008 — 20:52

    Nyang lebih gak enak lagi untuk instalasi paket-paket software harus pakai koneksi internet. Kasihan kan yang gak punya koneksi Internet. Pembicara Linux sih enak punya koneksi internet shg gak usah bingung install software.

  27. @Oo-Boon-Too : Ya..ya saya juga dulu sempat nge-judge kaya gitu. Tapi sekarang kan sudah tidak lagi, kalau sudah punya DVD / CD repositorynya, gak usah bingung – bingung deh install software di Linux (terutama Debian, Ubuntu dan OpenSuse).

  28. gue pake ubuntu 7.10 yah…tapi terpaksa harus dual boot, tuntutan pkerjaan bagian editing film, rendering pake pinnacle, ulead video. pernah nyoba pake VMware xp dari ubuntu, hasilnya proses render film jauh lebih lambat daripada dari xp langsung, secara durasi film yang udah di edit sekitar 30menit – 1jam.

  29. duh…gmn ya klo tempetku disweeping, windoz semua nih…:(

  30. HACKER MPIA:

    GINI BUNG LINUX KAN UNTUK ORANG YANG BENAR2 TAHU KOMPUTER JADI MAKLUM LAH KALAU LINUX TUH SULIT MUNGKIN UNTUK MENDIDIK KITA BERLATIH COMAND PROMPT BIAR BISA JADI HACKER YANG FLEKSIBEL JADI KALAU YANG NAMANYA KETEMU SAMA LAYAR ITEM KALAU UDAH SERING PEGANG LINUX GAK SYOK DULU PERTAMA KALI SAYA BELAJR LINUX PERTAMA MEMANG LUMAYAN SYOK TAPI YAH GAK PAPA LAMA2 BISA DAN MULAI TERBIASA MEMANG PAS PADA SAAT MAU NGINSTAL GAME ATAU SESUATU MEMANG SANGAT SULIT DAN RIBET TAPI YANG NAMANYA PROSES KAN BUTUH WAKTU DAN KALAU KITA TAHU PROSESNYA TAMBAH SENENG KAN JANGAN DI TELAN MENTAHNYA AJA BUNG ENTAR ADA RACUNNYA BISA KLENGER KITA APALAGI KAN UDAH BISA MAIN UNDERGROUND DI LINUX PAKEK WINE DONG MAS POKOKKE MAK NYUS SAYA PAKAI MANDRIVA 2008

  31. @NUR : CAPS LOCKNYA RUSAK OM? 😀 Ini tulisan buat nyindir pembicara yg tidak benar.

  32. Lha aku malah migrasi ke Linux gara-gara kedua mainan ku (red: PC dan Joybuk) gak support Windows. Yang PC, cepet panas pake XP SP 2 (lha soket mainboard nya aja soket jadul 478) dan si Joybuk cuman mau diinstall Vista (Damn….this is the worst idea i’ve ever heard…).
    Ya sudah, berdasar kondisi seperti tsb, mau ga mau saya pake alternatif OS lain, ya Linux, daripada ora nganggo komputer terus tugas kuliah keteteran 😀

    Yah awal-awal muntah dulu lah pake Linux (dan sampe sekarang muntah2nya tambah parah)
    *LOL*

  33. he3x…
    saya juga ngerasain yang sama om,
    3 tahun jatuh bangun nyobain macam2 linux 😀
    mulai dari jamannya redhat masih versi brapa tuh, 5.2 apa 6, lupa.

    emang sekarang jadi lebih ngerti, konsep partisi, masalah jaringan.
    ngompile, source dan lain dan lain. Malah enjoy pake ubuntu buat kerja di kantor ato hiburan di rumah. Tapi kalo ada yang dengan semangat mo migrasi linux, saya gak tega bilangin jalan panjang nan berduri di depan 🙂
    Jadi saya tanyain, kalo ada duit mending beli windows deh. Kalo emang bener2 niat dan haqul yakin, siap2 mental dan selamat datang di dunia baru 😀

  34. Aku berlindung kepada LINUX. dari godaan Microsoft yang terkutuk.

  35. *mode pesimis*
    Pernyataan yang lebih tepat: Perusahaan – perusahaan besar seperti A, B, C, X dan Y, memigrasikan sistem operasi mereka ke Linux. Tetapi itu hanya terjadi pada SERVER mereka yang menjalankan aplikasi noncritical.
    Kebanyakan, perusahaan2 besar malah lebih sering menjalankan Solaris atau HPUX sekalian untuk core-application mereka yang berpengaruh terhadap core business. Sementara Linux lebih sering untuk menjalankan aplikasi2 pendamping, seperti sistem informasi, webportal internal perusahaan, dll, yang kalau macet akan mengganggu jalannya perusahaan, tapi tidak sampai mengakibatkan matinya perusahaan.

  36. Kami sudah gunakan ubuntu sejak masuk kuliah tahun 2005, sampai sekarang No-Problemo, apalagi kami engineer, mau pake matlab tinggal ganti aja ke scipy punyanya python atau yang lainnya..

    =Hidup Linux=

  37. bangga amat seh pake product M$ kapitalis bukannya itu yg suatu kebohongan dan penjajahan berkedok globalisasi.
    gue bangga sama ubuntu 8.10 gw . gw bisa edit lagu band gw. banyak fasilitas dari ubuntu gw yang bikin gw bisa nyari uang sendiri dengan halal kok.
    ngapain kecewa bro, orang2 open source aja tetep semangat.
    buat gw linux dan open source adalah kebebasan dari belenggu sama dengan punk rock sama2 berjuang melawan kapitalis.
    gw dah lama belajar linux ga pernah kecewa tuh.
    jangan2 okto di tinggal kawin sama pacarnya ya. wkwkwkwkwkwkwkwkwk

  38. Ini pada ngomongin apa to?
    Santai saja ngono li, kalo ada yg memberi contoh gak baik, apa kita juga akan melakukan hal yg sama. Kalo demikian, orang yg berkeluh kesah tsb memang gak jauh beda dgn yg memberi cintoh gak baik tsb.
    Kalo niat kita itu memang tulus untuk belajar dan menjauhi kemunafikan, tidak usah diperdebatkan to! Tetap saja lanjutkan program yg sudah kita rencanakan. Ingat bung, belajar yg berasal dari kesulitan itu akan membuat kita menjadi lebih dewasa dan pintar dalam menyikapi permasalahan. Kalo punya duwit banyak, ya silahkan pakai OS legal (berbayar), kalo tidak punya duwit lebih terus tidak mau belajar. Sungguh akan sangat merugi orang yg seperti itu. Dia tidak pernah berbuat apa-apa dlm hidupnya. hehe!

  39. OOT : wah, beruntung aku, keycodenya “durian” :D.

    Untung saya belum pernah ikut seminar migrasi ke Linux, jadi ya nggak merasa dibohongi 🙂 .

  40. “bangga amat seh pake product M$ kapitalis”

    Bagian mana dari tulisan ini yang merepresentasikan hal itu? *mengingat anda sangat jenius.., jadi pasti anda tahu di bagian mana. 😉

  41. wow.. panen comment om.. (dance)

    *ngaburkencengbangetsambilmintaampun*
    😀

  42. Jangan kecewalah……, semua itu proses. Benar..kalau punya uang pilihlah W* kalau gak punya uang yah belilah Lin* jangan membajak, dosa loh….

  43. wah wah wah
    klu saya sih pake linux karena gag sanggup untuk beli softwarenya windows walaupun ada juga yang free.klu pake yang bajakan kata MUI haram.
    windowsnya bayar,wordnya bayar,photo shopnya bayar. gag sanggup deh
    ya jadinya pake linux deh walupun penuh jalan berliku tajam dan berduri.
    sampe berdarah-darah belajarnya

  44. belajar linux sampe berdarah2. problem pake windows lebih perih dan lebih banyak darah

  45. Kalo gue bukan tipe orang yang fanatik terhadap sesuatu,
    Gue make dual OS sejak tahun 2003… n sejauh ini yang gue dapet dari keduanya (just my opninion):

    a. Gue kerja (because just click(gue gak mau tau apa itu kernel, library,dlll. Yang gue butuhin kerjaan cepet kelar…blablabla….)) di environment W****$ (bajakan)…

    b. Gue Berkesperiment & banyak belajar di environment ***Nix (because u know…. open souce… you can make anythink with your system)….

    sebenernya sempat tersentil juga sich omongan temen gue yang fanatik dengan fahamnya…. “Kalo kerja di environment (OS salah satunya) yang tidak legal (bajakan) maka hasilnya tidak akan membawa berkah”

    Mungkin ini dilema, dimana ada salah satu ungkapan dimana banyak orang ogah bermigrasi ke linux di karenakan mereka sudah terlalu lama dicekoki windows dari sejak mereka belajar komputer pertama kali… “mengajari linux kepada orang yang tidak mengenal komputer sama sekali jauh lebih gampang dari pada mengajari orang yang sudah mengenal windows”….. andai dari sejak dini mengajarkan kepada anak2 apa itu linux…. maka pertanyaannya bukan lagi “apa itu linux?”, tapi “apa itu windows?”

    gue pernah beberapa kali untuk mencoba total 100% migrasi ke linux…… tapi selalu terganjal kompbilitas program…. jangankan linux…. windows saya aja sekarang downgrade windows 7 ke windows xp, karena banyak program yang gak kompatibel dengan windows 7. N satu masalah lagi, kalo di windows kan biasanya kita tinggal download/copy dari temen, n install program aja kan…. tapi di linux…. mulai dari dependensi lah, repository yang harus online lah….

  46. Jika kita selalu memandang sulitnya Linux, ya bakal sulit terus lah, 🙂

  47. Kenapa sih dengan kalian semua, yang satu kecewa yang satu haram yang satu flexibelitas dan kemudahan , kita itu kebanyakan komplain tolong semua sadar diri jangan membanding2kan itu jelas berbeda linux di kembangkan oleh komunitas , bebas apa yang di dapet linux itu sudah lebih dari cukup untuk sekelas tanpa donasi programes sebernya butuh uang tapi mereka pengembang linux kasif free (bebas), windows pengembang jelas perusahaan dengan membayar licancy para eginer mendapat gaji yang wao jadi ya didapat ya sesuai dengan kebutuhan mudah dan di dukung kebangkan HW , ingat kata om DEDY malu lah kalau kita membenar2kan sesuatu dan sifatnya memaksa ,saya selama gembor2 linux tdak pernah mksa saya lebih kasih contoh , untuk masalah haram itu tinggal individunya mekipun kita mau ceramah haram2 kalau pintu hati dan kesadaran tertutup ya sudah yang penting kita sudah memngingtkan, saran saja untuk windows kalau tdak mau di bajak bundelah program os windows dengan hw besutan microaoft pula contoh mac os dari aple

  48. Wahahah nampak nya terjadi miss komunikasi ni antara pembicara dan peserta…tapi ada benarnya juga sih..knp tidak melakukan nya dari hal hal kecil contoh nya seperti yang mas sebut tadi…persentase lewat linux nya langsung.

    Jadi jika mengadakan seminar tentang Linux, semuanya harus full opensourece baik itu laptop pembicara mau pun aplikasi untuk bahan yang akan di persentasekan. jadi peserta benar benar merasakan sedang di zona open source 😀

  49. Saya sedang mengumpulkan data migrasi GNU/Linux. Tidak sengaja menemukan tulisan Pak Okto Silaban ini. Izinkan saya bicara sedikit.

    Kita berbeda usia, berbeda tempat, mungkin beda distro, bahkan mengalami diferensiasi hidup yang berbeda. Namun saya setelah membaca posting di atas dan satu komentar bapak, saya senang sekali. Ternyata saya tidak sendirian. Poin inti tulisan bapak saya tangkap ‘kalau kita mengajak orang pakai GNU/Linux, kita sendiri harus total GNU/Linux dulu’. Minimal segala interaksi kita di hadapan mereka harus GNU/Linux dan FOSS. Saya senang sekali ada orang yang beranggapan ‘Orang yg diajak harus bener – bener mau. Bukan karena terpaksa, ataupun dipaksa.. Apalagi karena bujuk rayu. Dia harus sadar sendiri’, tidak cuma saya. Saya mengalami kekecewaan yang serupa saat ada komunitas mengaku Open Source presentasi pakai Windows, saya tidak menaruh simpati sedikit pun kepadanya. Saya tidak antiproprietary seperti Stallman, tapi saya nggak suka diajak open source oleh orang yang tidak open source. Tulisan bapak melegakan hati. Walau tulisan ini ditulis 2008, saya tidak memandangnya remeh. Tulisan yang apik. Terima kasih.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *