Jadi karena baca tulisan si Zam, kepikiran nulis ini. Kebetulan saya pernah survey langsung ke Graha Raya Bintaro.

Akses

Marketingnya pasti bilang dekat tol, aksesnya gampang, dll. Kalau pengalaman gue sih cukup sengsara ya.

Pintu tol yang terdekat (setahu saya) ada 2, Tol Alam Sutra, dan yang di JORR W2 (entah apa nama gerbangnya). Nah masalahnya kalau ke Tol Alam Sutra, kudu lewat Alam Sutranya. Sementara jalan tembus dari Graha Raya Bintaro ke Alam Sutra itu kecil banget. Saya naek angkot disitu, papasan angkot lain, keduanya harus saling melipir, padahal jumlah kendaraan yang lewat banyak banget. Macet lah pokoknya.

Jarak ke tol JORR W2 jauh juga. Harus melewati Pasar Ciledug, lalu via jalan Ciledug Raya. Ini jalur neraka deh. Macetnya parah beut.. Saya aja ya, waktu itu naik angkot putih kecil itu, dari pasar Ciledug ke arah Kebayoran Lama. Di tengah jalan, saking macetnya, si sopir ngomong ke kami para penumpangnya: “Maaf ya.., sampai sini saja. Nyambunga aja angkot belakang. Saya gak kuat lagi. Mau istirahat aja..”. Padahal itu angkot penuh ! Bayangin deh, sopir angkot yang hidupnya dari situ aja sampai nyerah. Dan setelah pindah ke angkot belakangnya, saya tertidur, bangun, tidur lagi, bangun lagi, dst, sampai akhirnya tiba di Kebayoran Lama. Dan sepanjang jalan itu emang gak ada apa-apa. Gak ada banjir, gak ada kecelakaan, gak truk nyangkut. Ya emang macet aja. Itu Minggu sore sekitar jam 4-an.

Kata seorang teman yang membeli rumah di sini sih, ada alternatif lain via Joglo. Nanti tembus ke Jalan Panjang. Joglo ini memang row jalan nya lebar sih, enggak kaya jalan Ciledug Raya. Tapi kalau musim hujan sering ada genangan air (baca: banjir) di situ.

Dari Graha Raya ada semacam bis shuttle nya. Tapi jumlah dan jam nya sangat terbatas. Tujuan akhirnya pun sangat terbatas. Kalau cuma buat iseng-iseng jalan-jalan di weekend mungkin cocoklah.

Nah ini terkait tulisan saya sebelumnya. Kalau andalannya cuma tol ya gini. Kalau udah macet, semua akses mati. Percuma mau naik angkot kek, shuttle bis kek, sepeda motor kek, mobil pribadi pun sama. Karena jalan yang dilalui ya sama, itu-itu juga. Alternatif KRL gak ada disini. Harus ke BSD atau ke Bintaro Jaya (Sudimara, Jurangmangu), yang jaraknya hampir sama aja dengan ke Jakarta. Kecuali kalau kalian aktifitas sehari-hari gak ke Jakarta sih ya gpp.

Lingkungan

Nah kalau soal lingkungan sih lumayan OK. Kesannya tidak se-elit BSD, atau Bintaro Jaya yang cluster mewahnya, lebih mirip ke Bintaro Jaya sektor 1-3 tapi yang cluster menengahnya. Kayakna kebutuhan sehari-hari juga sudah lengkap ya. Minimarket, resto cepat saji, makanan dan jajanan lucu-lucuan, tempat olahraga, dll cukup lengkap. Cukup bersih juga lingkungannya.

Tapi ada testimony juga dari teman yang lain. Waktu itu dia sudah mau beli rumah di sini. Sudah nego-nego, sudah janjian sama marketingnya, bahakan sudah bawa surat-surat yang diperlukan. Uang DP pun sudah siap. Dalam perjalanan menuju marketing office, dia melihat beberapa spanduk gede terpasang di lingkungan komplek tersebut yang bertuliskan “Kami menolak pembangunan [tempat ibadah] di lingkungan ini..!!!”. Ya apapun [tempat ibadah] nya itu, yang jelas teman saya langsung mati rasa seketika. Berputar haluan, dan mencari rumah lagi di lokasi lain. Kejadian ini sudah hampir 2 tahun lalu sih. Entahlah sekarang. Sewaktu saya kesana sih gak ketemu beginian.

Harga

Teman saya yang beli di kompleks Fortune, Februari 2014, tanah sekitar 85 atau 90 gitu, 2 lantai, dapat harga 800jt. Sewaktu saya kesitu (akhir 2014), mereka membuka cluster baru di kompleks yang sama. Dengan tipe yang sama persis, harganya sudah naik jadi 1,050 M (cash). Kalau KPR jadi sekitar 1,25 M. Sebagai perbandingan saja, di BSD City, cluster-cluster lama, dengan budget segitu, bisa dapat rumah dengan luas tanah 119. Tapi bangunan 1 lantai sih, dan usia bangunan sudah sekitar 7 tahun.

Ini review saya setelah 1 kali kunjungan ke lokasi ya. Ya gak beli juga sih, iseng aja, itung-itung jalan-jalan murah, ketimbang ke Bandung atau ke Jogja, haha.