Tantangan Besar bagi MindTalk / Digaku

4 thoughts on “Tantangan Besar bagi MindTalk / Digaku”

  1. Memang susah kalau melawan yg namanya “al wayah”, alias “durung wayah-e”

    Teknologi berkembang itu bukan dia jadi hal yang betul-betul baru, tapi seringkali barang lama yang muncul lagi:
    – MIRC muncul lagi jadi Slack
    – install router pakai Linux & Quagga muncul lagi dalam bentuk virtual router, SDN, NFV
    – Dulu ada Newton, dulu ada Palm OS yg touchscreen, sekarang semua smartphone itu touchscreen

  2. “Karena itulah saya skeptis ketika Digaku mulai fokus menjadi penyedia jasa solusi ESN bagi korporasi. Karena (setahu saya) Digaku tidak bisa mensupport integrasi langsung ke dalam platform Microsoft tadi. Sementara big enterprise itu kebanyakan menggunakan platform Microsoft.”
    –> Coba tanyakan langsung ke Robin deh…..pertanyaan ini juga pernah saya layangkan ke Robin dan jawabnya tegas……BISA! Robin ini yg buat Digaku tentunya dia yang paling berkompetensi menjawab ini

    Utk masalah Sharepoint……Sharepoint ini seingat saya dijualnya per account….jadi harganya X dollar dikalikan dengan jumlah karyawan. Concern yg datang dr pihak perusahaan (ini saya ambil dari jawaban mereka), kalau misalkan karyawan mereka ada 3000 orang, artinya 3000 x X dollar….Digaku gimana? Digaku dijualnya tidak per account…..tapi per kuota, dengan harga (lagi2 jawaban klien) hitungannya jauh lebih murah. Betul memang ada yang tidak mau menggunakan Digaku, tapi bukan berarti tidak ada sama sekali, karena pertimbangan pemilihan produk itu banyak.

    “Menurut saya, dengan adanya Facebook at Work, tim HR & Corporate Affairs akan lebih condong memilih produk ini untuk ESN di internal mereka ketimbang Digaku.” –> Ya itu menurut mas sih…kenyataannya concern menempatkan database perusahaan di server orang (baca: Facebook) sangat tinggi…Balik lagi ini saya bicara berdasarkan concern client juga.

    Coba deh ngobrol sama Antonny mas, jadi bisa lebih clear mendapatkan gambarannya…..:-)

  3. Tentang bisa atau tidaknya integrasi, saya tentunya tahu secara teknis tentu saja BISA. Cuma apakah integrasinya senyaman dan semudah buatan Microsoft sendiri? Saya lebih yakin sih integrasi sesama produk MS (harusnya) lebih nyaman dan mudah ya. Jika MS merubah sesuatu di core-nya, seberapa cepat Digaku bisa adaptasi? (dibandingkan dengan produk MS sendiri).

    Tentang harga, betul memang, untuk O365 harus bayar per user. Tapi kalau company itu memang sudah pakai O365 utk email, onedrive, dll, nambah sharepoint itu bisa jadi paket harganya. Gak signifikan sih perbedaanya setahu saya. (Again komparasi ini untuk company yang memang sudah implementasi Office di segala lininya). Mereka yang gak pakai MS-Based tentunya gak berlaku asumsi ini.

    Tentang concern naruh database di perusahaan orang, kalau mereka sudah pakai O 365, ya sama aja sih. Itu sudah naruh data di server orang. Ujung2nya korporasi besar itu akan ke cloud (server orang) juga. Trendnya semua ke arah sana.

    Kalau kebetulan saya ketemu Antonny, Danny, atau Robin, mungkin bakal saya tanya. Tapi kalau enggak, ya saya gak seniat itu sih nanya2 mereka. Hehe, ini kan memang pendapat dan analisa pribadi.

    Tentunya semua tulisan ini adalah “menurut saya”, kan memang itu tujuan blog pribadi. Hehe. Kecuali saya media seperti DailySocial atau Techinasia, maka saya wajib minta “quote” dari mereka dan clear things up. Sama aja kaya orang yang nulis pendapat pribadinya tentang iPhone SE di blog pribadi atau Twitter. Tentunya gak pakai konfirmasi ke Apple atau Tim Cook.

    Please don’t get me wrong. Inti dari tulisan ini bukan menuduh Ansvia gagal, sukses atau malah salah arah. Intinya adalah “Kok arahnya ke situ sih? Kan begini..begitu.. Tapi ya, kita tunggu saja”.

    Cheers, Mas. 🙂

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *