Category: Linux

Programmer Sukses

Bulha sedang menunggu pesanan sego kucing dan es tehnya ketika seorang gadis yang membawa kamera DSLR, dengan tas ransel di pundak, kaos oblong, dan celana jins pendek mendekatinya lalu duduk di sampingnya. Lokasi mereka nongkrong memang cocok untuk mengabadikan apa yang terlihat di depan Monumen Serangan Umum 1 Maret, yaitu di depan Kantor Pos perempatan alun – alun utara, Jogja.

Bermaksud mengisi kesunyian karena Haran tak kunjung datang, Bulha bertegur sapa dengan gadis ini.

Bulha : Wah.. fotografer nih mbak?

Si Mbak : Ahh.. enggak kok. Cuma hobi aja. Keliling – keliling nyari objek bagus. Ini juga baru belajar.

Bulha : Oo.. Potongannya udah cocok lho mbak jadi fotografer profesional.

Si Mbak : (Tersenyum seraya membidikkan lensa kameranya ke arah turis domestik berwujud alay yang sedang heboh berfoto ria di depan monumen bersejarah itu.)

Bulha : Emang kerja dimana mbak?

Si Mbak : Oh.. saya programmer kok mas. Freelance.

Bulha : Emm.., sama kaya saya dulu. Dulu saya freelance juga di Jogja. Tapi sekarang kerja di Jakarta, programmer di bank swasta.

Si Mbak : Whuee.. asoy tuh gajinya, ha..ha..

Bulha : Gak juga standar kok. Eh, freelance sendirian ato ada timnya, Mbak?

Si Mbak : Sendiri aja. Tapi kadang kalo loadnya berat, ya di outsource ke temen – temen freelancer lainnya juga. Terutama desain. Selera desain saya jelek.., he..he.. (lalu memanggil si empunya angkringan, memesan susu jahe).

Bulha : Kenapa gak bikin tim aja, Mbak?

Si Mbak : Buat apa?

Bulha : Ya.., nanti kan bisa jadi lebih besar resource nya.

Si Mbak : Terus?

Bulha : Ya terus bisa ngambil proyek lebih banyak lagi. Gak kecapekan.

Si Mbak : Proyek lebih banyak buat apa?

Bulha : Ya biar pendapatan makin gede. Ntar bisa jadi perusahaan malah.

Si Mbak : Lah terus?

Bulha : Nah.., kalau udah jadi perusahaan kan enak. Ada timnya sendiri, punya anak buah. Sistemnya udah bekerja.

Si Mbak : Kalau sistem udah bekerja?

Bulha : Nah Mbak kan bisa jadi lebih nyantai. Bisa nerusin hobi fotografi. Keliling – keliling nyari objek bagus, nongkrong di angkringan sambil minum susu jahe..

Si Mbak : Lah ini saya lagi ngapain? (saat membidikkan kameranya, si empunya angkringan mengantarkan susu jahe pesanannya).

Bulha : *bengong*

Cuma sekadar sudut pandang lain. Hidupmu, pilihanmu.

NB : Cerita ini saya dengar dari kakak saya, tidak tahu siapa yang menulis aslinya. Cerita aslinya tentang nelayan. Saya sesuaikan jadi bertema IT.

Gunakan Partisi Terbesar di Server Amazon EC2

Untuk yang pernah menggunakan (me-launch) instance baru di Amazon EC2, biasanya mendapatkan setingan partisi default : 10 GB untuk sistem operasi, dan sisanya di /mnt. Beberapa waktu lalu saya juga membuat instance baru di Amazon EC2. Kali ini bukan Debian, tapi Ubuntu 10.04. Instance kali ni merupakan instance yang large : Prosessor AMD 64 (virtual tentunya), RAM 7,8GB, dan hardisk 400GB-an (lupa pastinya). AMI yang saya gunakan, yang resmi dari Canonical.

Sama seperti instance untuk server Debian. 10 GB digunakan untuk sistem operasi, dan sisanya (414 GB) dimount ke partisi /mnt.  Nah berhubung website ini membutuhkan banyak space, dan space terbesar justru berada di /var, maka /mnt itu akan saya ganti jadi /var.

Catatan : /var banyak makan space, karena di dalamnya ada direktori untuk script web (/var/www), direktori untuk data MySQL (/var/lib/mysql), dan jangan lupa LOG ! Kasus saya dulu partisi utama cepat penuh justru karena Log Apache (Thanks to agan Yuda Nugrahadi atas petunjuknya). Ah iya, Log apache terletak di /var/log/apache2/

Nah. Kembali ke topik. Jadi ini langkah – langkah yang saya lakukan agar space 414 GB itu menjadi direktori /var sistem.

1. Login ssh ke server (karena pakai Amazon EC2, jangan lupa gunakan file key pairing nya *.pem, atau kalau tidak mau repot lakukan : ssh-add fileKey.pem).

2. sudo -s (biar jadi root)

3. pico /etc/fstab.

ganti baris :

/dev/sdb    /mnt    auto    defaults,comment=cloudconfig    0    0

jadi :

/dev/sdb    /var    ext3    defaults    0    0

4. rsync -avz /var/* /mnt/

5. mv /var  /var-old

6. umount /dev/sdb

7. mount /dev/sdb

8. Kalau mau lebih yakin : reboot

Nah langkah – langkah di atas berjalan dengan baik untuk 2 server yang saya sempat senggol. Tapi cukup riskan juga sebenarnya. Jika tidak yakin, jangan coba – coba.. He..he..

Aplikasi Mobile untuk 21 Cineplex

Sebenarnya kalau di Nokia E series, udah ada aplikasi resmi dari OVI Store untuk melihat jadwal, lokasi dan harga tiket film di jaringan 21 Cineplex. Tapi saya rasa aplikasi itu masih jauh dari nyaman. Kesannya tidak seperti native application. Ya, karena memang beberapa bagian akhirnya memang cuma menjadi shortcut ke web mobilenya. Ujung – ujungnya detail film dan jadwal harus tetap dibuka di browser mobile.

Beruntunglah ada bung Cahyo Wicaksono, yang telah membuatkan aplikasi mobile serupa. Ada dua versi, yang Java version, dan Blackberry. Saya pakai yang Java version. Dan sejauh ini, hasilnya sangat memuaskan. Ini baru native application. Mangstab gan..!

Silahkan download disini aplikasinya, gratis.

Tabungan Bapak dan Tabungan Anak

Di sebuah pedesaan di daerah Pleret (sekitar setengah jam dari pusat kota Jogja). Seorang ayah sedang memperhatikan dari kejauhan anaknya paling bungsu yang sedang ngoprek Karmic Koala. Tetangga sebelah rumah duduk disebelahnya, dan masih gak habis pikir dengan pola pikir si bapak.

Tetangga : “Mas.. sampeyan dulu gimana kok bisa nyekolahain anak yang pertama dulu sampe lulus kuliah. Padahal kita sama – sama cuma buruh di peternakan sapi..”

Si Bapak : “Tabunganku seumur hidup, tak habisin semua buat kuliah dia dulu..”

Tetangga : “Hah??! Sampeyan kok berani.. ?”

Si Bapak : “Ah.., buktinya setahun habis dia kerja, tabungannya dua kali lipat dari tabunganku seumur hidup.. ”

Sekadar motivasi bagi yg masih berjuang di bangku kuliah (ataupun sudah bekerja).. Kalau orang tua kita berani total.., kita juga harus total.. 😉

Review eZ Publish CMS

Sudah 2 bulan ini saya berkutat dengan CMS eZ Publish ini. CMS ini free, sama seperti Drupal, WordPress ataupun Joomla. Bedanya karena tidak berbasis pengembangan oleh komunitas, dokumentasi terkait relatif sulit didapatkan.

Beberapa perbedaan eZ Publish dengan CMS opensource lainnya :

  1. Dikembangkan oleh perusahaan (eZ Systems AS, berbasis di Norwegia)
  2. Extension (modul/plugin) yang masuk ke situs resmi eZ direview dulu dengan ketat oleh eZ Systems. Jadi tidak semua extension kiriman dari komunitas otomatis di approve dan masuk situs resmi mereka.
  3. Fitur yang disediakan secara default sangat banyak (Custom Field *sejenis CCK kalau di Drupal*, Polling, Newsletter, Multiple Site, Single sign on, dll).
  4. Secara default memang bisa digunakan sebagai satu CMS untuk beberapa situs. Tapi arti satu CMS disini tidak cuma scriptnya. Jadi bukan cuma satu script untuk beberapa situs sekaligus, melainkan satu CMS itu secara sistem bisa mencakup beberapa situs sekaligus.
  5. Secara default support multiple database (*mmm.. database cluster kali ya istilahnya).
  6. Secara default Cache nya aktif.. *ehm.. super duper aktif malah gan..!
  7. Banyak konfigurasi yang disimpan tidak di database, melainkan di file INI.
  8. Templating menggunakan *bahasa* sendiri, yang mirip – mirip Smarty.
  9. Secara default ada fitur *social network* (saya belum telusuri lebih jauh, tapi setahu saya sangat basic)
  10. Advance user access limitation
  11. Secara default menyediakan fitur Drafting dan Versioning content
  12. Fitur RSS Import tersedia secara default
  13. Semua konten adalah node.. (bahkan user dan kategori *dalam eZ istilahnya Folder* pun adalah node)
  14. Fitur auto resize image sesuai konfigurasinya sangat membantu (Berbahagialah jika anda menggunakan Linux, ImageMagick adalah kuncinya disini)
  15. Menyatakan diri sebagai CMS yang enterprise.. *bagi saya Drupal dan WordPress sih enterprise juga…, apalagi sangat banyak situs besar yang menggunakan kedua CMS ini (eZ Publish justru sangat jauh jika dibanding kedua CMS itu)

Yang saya rasa kurang pas :

Demi kemudahan manajemen sistem, fitur custom field secara default tersedia. Tapi tidak seperti Drupal yang CCK nya menggenerate table baru, eZ Publish memasukkannya dalam field – field di table MySQL. Akibatnya, setiap query content melakukan query SQL yang cukup berat, karena JOIN query berlapis – lapis yang dihasilkan. Read More

Kali Ini, Jangan Mati Dulu

Dulu waktu kecil banget (sekitar umur 3 tahun *kata nyokap), di rumah ada kucing, tepatnya kucing betina. Nah nih kucing akhirnya punya anak, tanpa tau siapa bapak anak – anaknya (one night stand kali ya?). Salah satu dari anak kucing itu akhirnya gue pelihara. Dalam waktu beberapa minggu, tu anak kucing mati. Karena…, gue cemplungin ke sumur.. *yee namanya juga anak umur 3 tahun kan.

Sekitar kelas 2 SD, di sekolah waktu itu lagi musim banget temen – temen melihara ikan hias. Banyak abang – abang yg jual di pinggir pagar sekolah waktu itu. Gue akhirnya dibeliin bokap juga. Gue pelihara tu ikan, gue taruh di toples.. *maklum orang susah, kagak punya akuarium. Dan dalam waktu sebulan tu ikan mati.

Berikutnya waktu gue kelas 4 SD. Gue melihara kura – kura kecil. Gue beli di pasar ikan waktu habis main – main di pasar. Tapi gue ngeboong ke bokap, bilangnya tu kura – kura dikasih sama si penjual. *gue takut dimarahin karena ngeluarin duit buat beli kura – kura. Ya bokap gue jelas tau tabiat anaknya yg suka ngeboong *tapi ngegemesin* ini. Dan iya.., selang 2 bulan kura – kuranya juga mati. Karena gue taruh di kolam bebek di belakang rumah (maksudnya biar refreshing, berenang di kolam alami). Alhasil si kura – kura jadi mainan kawanan bebek tak berhati nurani itu, sampe mati..!

Waktu SMP ganti lagi. Salah seorang guru di SMP ngasih anak anjing kecil. Di rumahnya udah banyak soalnya. Anjingnya lucu. Gue kasih nama Pasven.. Dan sebenarnya punya piaraan anjing itu impian gue banget dari kecil. Cuma ortu gak ngasih. Berhubung ini dikasih guru gue, ortu gak enak kan mo nolak..

Dan ini yang paling sakit. Udah sekitar 6 bulan tuh gue main – main sama Pasven. Tiba – tiba suatu siang dia diem aja di samping rumah. Terus ngeluarin suara kaya kesakitan gitu. Lah gue juga bingung kan dia kenapa. Walopun gue kadang dikatain anjing *ehm*, bukan berarti gue bisa ngomong sama anjing beneran. Jadi ya gue liatain aja tuh anjing ngerang – ngerang. Makin lama makin pelan. Sampe akhirnya dia mati.. Man..! gue sedih banget waktu itu. Kata tetangga gue sih si Pasven diracun. Gak tahu deh siapa yang ngeracun. *jaman itu belum musim bikin TPF man.., apalagi Tim 8 !  Dan sumpah gue gak pernah melihara buaya..

Gitu deh, waktu kecil, semua yang gue rawat, gue pelihara pada gak berumur panjang. Nah waktu awal tahun kuliah akhirnya gue punya *piaraan* baru. Kata orang – orang namanya blog. Dan baru kali ini sesuatu yang gue rawat dan urusin, bisa bertahan selama ini. Gak nyangka udah 5 tahun umurnya, tepat 19 November kemaren. Met ultah ya blog…

Beberapa minggu lalu gue juga sempet kelimpungan gara – gara terjadinya error pada web dan domain silaban.net *IDWebhost tidak memberi kompensasi atas kesalahan mereka itu..:( * Gue pikir blog gue bakal mati di usianya yang masih balita. Untungnya domain silaban.net nya akhirnya selamat dari masa kritis, dan blog gue kembali nongol.

Moga – moga tetep bisa terus ngeblog, walaupun isinya makin hari makin gak jelas. *bangga*

// Hari ini saya menulis menggunakan sebutan orang pertama GUE, karena belakangan itu yang sering terdengar..

Upgrade Ubuntu yang Tak Pernah Berhasil dengan ‘apt-get dist-upgrade’

Seperti biasa, ritual 6 bulanan selalu saya lakukan ketika ada rilis Ubuntu baru terbit. Oh tidak.., tidak.. saya bukan seorang penggila Ubuntu yang begitu menggilanya ingin menginstall Ubuntu begitu ada rilis baru. Saya melakukannya karena tiap rilis Ubuntu masih menyisakan beberapa masalah yang belum selesai. Karena itu setiap rilis baru saya selalu install.

Dan seperti juga pernah tertulis di blog ini, saya sudah kapok melakukan upgrade ketika ada rilis Ubuntu baru. Karena dari pengalaman yang sudah – sudah tidak pernah ada yang berjalan mulus. Ini memaksa saya mengambil pilihan install baru, fresh install, instal bersih.. *ya.. apapun lah sebutannya.

Tapi, berhubung kali ini, di bulan November ini, dan di rilis Karmic Koala ini, saya ada satu laptop lagi.. *ihiiy.. berima.. 😀 *, maka saya pun beranikan untuk melakukan upgrade. Bukan install ulang.

Langkah – langkahnya :

1. Di laptop satu lagi (yg sudah menggunakan Karmic Koala, fresh install), diinstall apt-mirror.

2. Tancapkan hardisk eksternal, set di /etc/apt/mirror.list biar repository nya disimpan di hardisk eksternal. *ya.. saya memang agak ndak sabar menunggu rilis DVD repo, jadi saya mirror saja repo ubuntu itu ke hardisk eksternal *cuma 27 GB kok :D, dan cuma butuh waktu 4 jam (hanya saja, akibatnya sekarang koneksi ke kambing.ui.ac.id dilimit oleh sang admin.., ha..ha..)

3. Di laptop utama, tancapkan hardisk eksternal, sesuaikan /etc/apt/sources.list.

4. sudo apt-get update

5. sudo apt-get dist-upgrade

6. Tunggu beberapa hari.. , lalu hidangkan selagi hangat.. *ehm.., beberapa jam maksudnya.. Saya sambil baca komik soalnya..

7. Selesai

8. Restart

9. Sepertinya normal – normal saja..

10. 3 hari kemudian.., kenyataan mulai terungkap. Totem-xine hilang, di install ulang dibilang udah terinstall, ndak bisa muter video.., dst.. dst..

[UPDATE] Totem-xine memang sudah ditiadakan untuk Karmic dan seterusnya.. Yang ada disitu cuma paket transisi (via ak)

11. Curiga dist-upgrade memang tidak bisa diandalkan.

12. Nulis keluhan di blog *alias tulisan ini..

Nah.. jadi sebenarnya dist-upgrade itu memang tidak baik digunakan di desktop ya? Soalnya katanya kalau di versi server (no GUI), aman – aman saja.. Baiklah.., setidaknya sekarang saya kapok kedua kalinya untuk tidak melakukan upgrade jika ada rilis Ubuntu baru..

Temenku sampai berhari – hari menuliskan status di YM : Karmic Kualat, demi banyaknya error akibat rilis Karmic ini.

*nyiapin sekardus biskuit untuk menemani fresh install Karmic Koala…

Karmic Koala mu gimana?

Ganti Alamat Blog

[UPDATE]

Horee… Domain okto.silaban.net telah kembali normal.. Thanks to amang Charly Silaban.. 😀

Jadi sekarang ku.catat.in akan diarahkan pada domain ini.

[/UPDATE]

Ya suatu hal yang saya sendiri ndak nyangka bakal saya lakukan.. Ganti alamat blog. Walaupun isinya tetap sama, tapi kalau alamat ganti itu kaya bikin blog lagi dari nol.

Baiklah, alamat blog saya yang dulu di okto.silaban.net kini berganti jadi ku.catat.in (susah ngapalnya? sini kucatatin.. :P).

Penyebabnya adalah karena terjadi sesuatu dengan server situs silaban.net. Setelah diperbaiki oleh pihak hosting, sekarang sepertinya harus ada yang diset ulang dengan DNS nya. Kebetulan domain itu dipegang oleh saudara saya, Charly Silaban (sosok dibalik berdiri tegaknya situs Silaban.net), jadi saya tidak bisa melakukan konfigurasi terhadap domain silaban.net. Saya sendiri masih kesulitan menghubungi Charly, berhubung sekarang beliau jarang online (ganti jalur bisnis dari online ke offline).

Oh iya, Catat.in sendiri sebuah aplikasi web sederhana untuk mobile, berguna untuk mencatat pengeluaran sehari – hari. Saya buat untuk saya pribadi, tapi ada yang mau pakai juga bisa, tinggal register aja. Reviewnya ntar aja ya..

[catatan]

Kalau domain silaban.net kembali normal, mungkin alamat blog ini akan kembali ke alamat awal (atau mungkin saya bikin keduanya mengacu pada satu server).

Beda Desainer, Web Programmer, SysAdmin, Marketer dan Pemilik Bisnis

Dalam sebuah hasrat untuk membuat website..

[Desainer]

“Desainnya harus keren. Pakai animasi dong.., masa web diam – diam aja. Jangan takut kasih foto – foto yang keren. Orang bilang konten is the king, tapi kalo desainnya jelek percuma. Programmer itu minta ubah – ubah desain jadi lebih simpel kan cuma karena takut codingnya jadi tambah susah sebenernya..”

[Programmer]

“Harus benchmark dulu mau pakai teknologi apa. Harus pake framework. Frameworknya MVC. Developnya pake konsep agile development. Jangan pakai CMS yang sudah jadi deh.., emang ndak tahu apa kalau nanti sudah mulai customize sana – sini jadi kerepotan sendiri. Fitur – fitur webnya harus lengkap. Harus web 2.0 (dua arah), ada web-apps nya. Harus ada API nya buat para developer.”

[SysAdmin]

“Pakai cloud computing. Pakai beberapa server, dibikin virtualization. Server databasenya harus clustering, master – master, ato master – slave juga bisa. Pakai teknologi yang model CDN (Content Delivery Network) jadi diakses dari seluruh dunia tetep cepat. Taruh server di berbagai titik, biar loadnya bisa dipecah. ”

[Marketer]

Pasang banner di atas, kanan, kiri, bawah. Diantara paragraf juga dipasang.  Itu dipasang pake frame. Kalo perlu waktu halamannya di scroll iklannya ikutan naik turun juga. Pesan sponsor dijadikan konten ndak apa – apa kok. Trafiknya.. trafik.. trafik..

[Pemilik bisnis]

Terserah lo deh.. yang penting jadi duit..!

Astaga.com Reborn..!

astagaSaya ndak pernah tahu lagi kabar Astaga.com (salah satu portal yang dulu sempat besar di Indonesia) sampai salah seorang awaknya (Aan Afdi) memberi komentar di blog ini. Dan Astaga.com (yang sekarang dipegang PT. IMT) ternyata sudah di-redevelop dan diluncurkan kembali pada tanggal 5 Oktober lalu. Tentu saja ada beberapa fitur yang *berbau web 2.0*, seperti ‘7circles’ (digg-like) dan ‘yournews’. Review lengkapnya bisa dibaca di blog Aan Afdi ini.

Astaga.com baru ini menggunakan CMS Drupal, dan dikerjakan dalam waktu 1 bulan 15 hari.. (wow..!), dengan menggunakan clustering server. Menurut komentar bung Aan Afdi, Astaga.com ini dikembangkan oleh satu orang programer, satu orang orang webmaster, satu orang desainer dan satu orang sysadmin.

Menanggapi pertanyaannya di bagian komentar :
Saya mo komen ahh… kalo bang okto bilang lupakan detikcom bikin yang beda, maka akan muncul pertanyaan baru tuh bang ” apa sih yang belum ada di jagad maya ini?”

Maksud saya di tulisan itu sebenarnya adalah, kalau mau bikin portal berita baru jangan “copy-paste” detikcom. Ya bikin yang beda (tampilan, model penulisan, cara pemaparan, cara berinteraksi, marketing, dst.. dst..). (itu cuma pemikiran, saya sendiri juga blm bisa mempraktekkan kok.. he..he..)

Kalau soal apa yang beluma ada di jagad maya, pertanyaan yang sama selalu ada setiap saat. 10 tahun yang lalu, kalau saya ditanya, saya tidak tahu. Tapi hari ini kita tahu.. Ternyata yang belum ada waktu itu : Twitter, Facebook, LinkedIn, StumbleUpon, Flickr, Politikana, dst.. dst..

Terus, kalau sekarang yg belum ada apa? Banyak.. terlalu banyak untuk disebutkan satu persatu. Kalau boleh saya ganti pertanyaannya harusnya menjadi “Yang dibutuhkan di dunia maya sekarang apa?” Nah kalau ini saya sendiri tidak berani menjawab. Kalau saya dapat jawabannya, kemungkinan besar sudah saya buat duluan.. hee.. 😛

Kalau pertanyannya ganti jadi “Yang dibutuhkan di dunia maya sekarang apa” kan berarti ndak harus sesuatu yang baru. Selama memang itu dibutuhkan, ya kemungkinan besar pasti sukses. Dan kalau Astaga.com bisa memberi jawaban atas pertanyaan itu, niscaya portal ini bisa sukses.. (*serasa motivator..*)

[catatan]

Tulisan ini cukup memberi pencerahan tentang apa yang bisa dibuat di dunia maya. (via Rama Mamuaya)

MySQL di Hari Minggu

Semalam dapet kabar kalau webserver F tewas lagi (kedua kalinya dalam bulan ini). Masalahnya sederhana sebenarnya, hardisknya penuh.

Jadi dengan menggunakan Debian 5.0 di Amazon EC2, default setting partisnya dibagi dua. Total kapasitas hardisknya sekitar 500GB, 10 GB nya buat system (/), sisanya dimount di partisi antah berantah. Dulu sudah saya set agar partisi satunya digunakan untuk DocumentRoot Apache. Karena total file di DocumentRoot nya itu nyampe 44GB.., ya harus masuk di partisi kedua. (baru nyadar kalo web F itu total file nya 44GB, pantes dulu pindah dari dedicated server ke Amazon EC2 prosesnya lama banget.., rsync dari jam 11-an malem, pas sahur baru selesai..)

Tapi ada yg saya enggak tahu. Di partisi sistem itu, 10GB saya rasa sudah cukup. Tapi ternyata tidak.., dari hasil monitoring setiap hari space nya selalu terpakai makin banyak, hingga mencapai 100%. Otomatis /tmp nggak bisa ditulisi.., /var/lib/mysql juga nggak bisa ditulisi.. matilah sudah MySQL nya.. Dan tewaslah webnya.. Sampai sekarang saya masih bertanya – tanya apa yang bikin space hardisknya terus – menerus habis, lalu tiba – tiba berkurang lagi.

df-week

Jadi terpaksa lah diambil alternatif lain, bagaimana caranya agar web F tetap jalan sementara saya mencari tahu apa yang memakan space terus menerus..

Beginilah jadinya :

  1. Buat direktori /var/labanux
  2. Ubah /etc/fstab, saya set agar partisi kedua di mount di /var/labanux
  3. Buat direktori /var/labanux/www
  4. Semua file web dipindah ke /var/labanux/www (ini nih yang 44GB itu)
  5. rsync -avz /var/lib/mysql /var/labanux/   (Tadinya pake copy aja.., tapi sepertinya ada yang ndak beres, makanya ganti rsync aja)
  6. Rename /var/lib/mysql /var/lib/mysql-lama
  7. Ubah konfigurasi /etc/mysql/my.cnf (‘datadir  = /var/lib/mysql’ diganti jadi ‘datadir  = /var/labanux/mysql’
  8. Buat direktori /var/labanux/tmp
  9. Delete /tmp
  10. Link : ln -s /var/labanux/tmp /tmp
  11. /etc/init.d/mysql start
  12. GAGAL…!! Error mysqlnya…
  13. Oh iya : chown -R mysql /var/labanux/mysql (karena tadi yang bikin direktori dll nya adalah root, jadi user mysql ndak punya akses toh.., makanya diganti ownernya)
  14. /etc/init.d/mysql start
  15. GAGAL lagi…. Masih masalah disk full..
  16. Ya udah, nekat delete /var/lib/mysql (sekitar 500MB)
  17. /etc/init.d/mysql start
  18. Yiihaaa….! Dah jalan lagi

Jadi sekarang semua data – data MySQL sudah masuk di partisi kedua (sekitar 490-an GB), begitu juga /tmp sekarang masuk di partisi tersebut. Jadi sementara ini partisi root (/) masih bersisa 500-an MB, yang mana nanti juga saya curiga bakal penuh lagi. Tapi setidaknya sementara web F udah bisa jalan lagi.. Tidur lagi ah…

Hati – hati Dengan Source Code Web Anda

Pagi ini saya melakukan googling dengan kata kunci nama seseorang. Saya cuma penasaran orang ini bidang keahliannya apa. Dan secara tidak sengaja, hasil search di Google menampilkan sebuah link ke alamat SVN (Subversion) repository.  Ditilik dari domainnya, saya ketahui kalau itu adalah sebuah situs penyedia layanan SVN Repository komersial.

Tapi yang membuat mata saya tak berhenti berkedip adalah link subfolder yang namanya kebetulan sama dengan nama salah satu portal yang cukup besar di Indonesia. Ok, saya klik. Dan benar saja isinya adalah source code PHP. Satu demi satu saya jelajahi berkas script yang ada di repository SVN tersebut. Saya semakin yakin kalau ini memang script dari portal tersebut. Dan bohong kalau saya bilang saya tidak mendownload script tersebut.. (tapi cuma untuk referensi pribadi saja, bukan untuk yang aneh – aneh kok..).

Dan… heii…. Ini memang source code portal yang saya duga di awal tadi!  Lengkap dengan file SQL nya, patch SQL nya, bahkan password root di database MySQL server nya..!  (mantap..).

Karena source code webnya sudah di laptop, ndak ada salahnya dicoba dijalankan di localhost toh? Dengan sedikit penyesuaian akhirnya web itu jalan di localhost. Walaupun memang ada bagian – bagian yang error, karena berkas SQL tadi hanya berisi structure saja, tidak dengan datanya. Dari bentuknya, versi online portal tersebut tidak ada yang berbeda. Apa memang ini versi terakhirnya ya?

Jadi buat anda, mereka, dia maupun saya.. Berhati – hatilah meletakkan source code web kita. Mungkin kalau script nya diambil orang tidak begitu masalah. Mau dipakai buat apa juga? Bikin portal serupa? Ahh.. ndak masalah kalau itu. Yang menurut saya menjadi masalah adalah keamanan data di website (atau server web) itu sendiri. Kata orang bijak: “Laptop boleh saja hilang, tapi jangan datanya..”

Ya.., lumayanlah sekarang saya jadi tau dikit – dikit tentang (ehm..) Fusebox 😉

Eh tadi dah sempat mau nyanyi gini :

“..daripada cuma dapet di Google..

Mendingan tak commit toh.., enak toh.., mantep toh..

Tak commit.. kemana – mana.. 2x”

– mbah SVN