Tembakan Tengah Malam di Perempatan Bulungan

[Ilustrasi Foto: says.com]

Saya kurang tahu nama persisnya apa. Pokoknya itulah, lampu merah perempatan PLN Bulungan.

Kejadiannya sudah lama, setahun atau dua tahun lalu. Waktu itu tengah malam, sekitar pukul 00.30. Saya naik taksi Bluebird, dalam perjalanan pulang. Datang dari arah Trunojoyo (Mabes POLRI). Kami berhenti di perempatan karena warna lampu sedang merah, dan tentunya karena ada pak polisi yang berjaga.

Di depan kami beberapa motor berhenti dengan tertib. Di sisi kanan depan saya sebuah GrandMax putih juga berhenti dengan tertib.

Tiba-tiba dari sisi kanan saya muncul Honda Jazz berwarna perak keabuan. Dua orang keluar dari sisi kanan dan kiri mobil. Tampilannya lusuh sekali. Pria yang keluar dari pintu kiri menggunakan semacam jaket, rambut kucal, dalemannya kaos, bawahannya celana panjang seperti celana gunung, dan tanpa alas kaki. Seperti sudah 3 hari tidak mandi. Pria yang keluar dari pintu kanan tidak terlihat jelas. Yang jelas tidak kalah lusuhnya. Tetapi saya bisa melihat jelas kedua pria ini masing-masing menenteng sebuah benda. Pistol jenis revolver.

Pintu mobil GrandMax putih tadi digedor-gedor dari sisi kiri dan kanan. “Woi..! Buka enggak? Bukaa…!! Heii buka..”. Teriak si pria tanpa alas kaki tadi seraya memukulkan gagang pistolnya ke pintu. Tentunya para pemotor di sekitar mobil ini kaget. Tetapi sebagian besar cepat-cepat buang muka, dan fokus melihat ke lampu merah. “Ayoo cepetan hijau doong..!”, raut mukanya seperti mengatakan begitu.

“Mas.., kita belok kiri aja deh, Mas.” ujar saya ke si pawang burung biru. “Mmm.. Kayaknya seru nih, Mas.” ujarnya tenang, tak bergeming. Lalu asyik menonton. Saya yang deg-degan.

Jujur saja, yang ada di pikiran saya saat itu kedua pria misterius ini adalah pelaku kriminal.

“Heh..! Bukaa..!” kedua pria itu masih berteriak kencang. Lalu si pria tanpa alas kaki mengarahkan pistolnya ke udara. “Dor…! Dor..!”. Pria di sisi kanan tidak mau kalah. “Dor..! Dor..! Dor..!”. Njir.. Tengah malam mainan pistol, berisik tauk. #eh. Tapi pengemudi GrandMax tetap tak bergeming.

Kaca pintu kembali digedor-gedor menggunakan pistol. Bukannya pintunya dibuka, malah pistolnya yang buyar. Pria misterius ini akhirnya malah sibuk mengumpulkan pelurunya yang berceceran. Pria di sisi kanan GrandMax masih semangat berteriak sambil mengacungkan pistolnya. “Woii.. Buka woi..!”.

Lampu berganti hijau. Seketika semua pemotor menancap gas jauh-jauh dari perempatan itu. Tentunya pengemudi GrandMax putih tidak mau ketinggalan. Dia pun segera tancap gas.

Kedua pria misterius tadi lalu menghampiri pak polisi yang berjaga di perempatan. Entah apa yang mereka bicarakan. Tak lama mobil polisi dengan bak terbuka yang ada di sebelahnya bergerak. Kedua pria tadi, dengan pistol masih di tangan, naek ke atas bak mobil, mengejar GrandMax putih yang sudah tidak kelihatan. “Ohhh.. ini polisi toh..”. Saya dan mas pawang burung biru baru mengerti. Lah, tapi kenapa gak dari tadi truk polisinya dipakai? Kan bisa buat menutup jalan biar GrandMax nya gak kabur. Ahh.., entahlah.

Ya sudah, drama sudah usai. Kami berbelok ke arah Blok M. Jalanan cukup lancar, tapi hanya sampai di sekitar depan Blok M Plaza. Di situ entah mengapa agak macet. Dari kejauhan terlihat samar-samar sebuah mobil sedan Polisi menyalakan lampunya. Tapi tanpa suara.

Tiba-tiba saya dan mas pawang melihat seorang perempuan berlari-lari dari arah lampu merah perempatan Blok M Plaza ke arah kami. Tubuhnya kurus, kecil. Rambut pendek, tidak sampai sebahu. Menggunakan kaos lengan panjang, dan celana jins. Sebuah tas selempang kecil menempel di tubuhnya. Gerak-geriknya tomboy sekali.

Sekitar jarak 10 meter di depan kami, perempuan ini menoleh ke belakang. Hap..! Lalu dengan sigap dia melompati pagar pembatas jalan, lalu menyebrang ke arah Blok M Plaza.

Suara klakson bersahut-sahutan dari belakang kami. Sepertinya para pengguna kendaraan di depan kami juga asyik melihat adegan barusan. Hiburan tengah malam, lihat atraksi akrobat. Ya sudah pasti ini membuat macet.

Tidak lama berselang, kendaraan sudah bisa bergerak lagi. Akhirnya saya tahu kenapa jalanan macet tadi. Jarak beberapa mobil dari lampu merah, sebuah GrandMax putih terlihat terhenti di sisi kanan, dengan posisi agak miring. Pintu pengemudinya terbuka. Tidak ada orang di dalamnya. Saya melihat dua orang Polisi berseragam sedang berjalan mendekati mobil ini.

Ahh.., ini biang keladi macet barusan. Ohh, jadi yang tadi itu..?

2 Comments

Add yours

  1. Perempatan lampu merah itu orang nyebutnya CE-ES-WE, hehe….

  2. Owalah. Itu toh namanya. Aslik, baru pernah denger.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *