Tag: bisnis

Profil Tech-Biz (mobile, internet, games) di Indonesia dan China

Heboh dengan Blackberry dan iPhone padahal duit yang sebenarnya berasal dari featured phone, henpon – henpon dibawah 1jt-an, karena kelas “elit” ndak mau beli barang digital, udah pinter cari gratisan. Lagian persentasi pengguna henpon low-end & featured phone itu 80% lebih dari seluruh pengguna henpon di Indonesia.

Kurang lebih begitu yang saya tangkap dari Andy Zain sewaktu dia jadi pembicara di salah satu seminar (CMIIW). Dan saya mengganguk setuju dalam hati waktu itu.

Tadi ketemu tulisan ini, membahas tentang “dua sisi” tech-biz di China, dan jika disandingkan dengan materi Andy Zain tadi, sepertinya memang kondisi market Indonesia dan China mirip. Saya rasa kalau di Indonesia ada yang menggali lebih dalam, hasilnya bakal sama seperti tulisan ini.

Enjoy : http://techrice.com/2011/06/07/the-story-of-wl-chinas-great-internet-divide/

Mengapa Terjun ke Bisnis Online (Website) ?

Saya batasi dulu, yang saya maksud bisnis online (website) dalam tulisan ini : Bisnis yang pemasukan utamanya adalah dari online (misal : dari iklan di webnya, membership berbayar, dsb). Jadi yang bisnisnya utamanya adalah jualan produk dan online-nya “cuma” jadi tempat promosi saja dan transaksi tetap offline bukanlah yang saya maksud. Untuk yang berjualan di online (e-commerce, tiket, jasa reservasi, dll) juga bukan yang saya maksud. Kalau contoh riilnya, bisnis online yang saya maksud : Detik.com, Kaskus.us, KapanLagi.com, Koprol.com, Flickr.com, YouTube.com, Twitter.com, Facebook.com, Pinboard.in.

Nasihat

Oke, lanjut.. Nah jadi, sejak sekitar 5 tahun lalu, saya sering mengamati dunia bisnis online baik lokal maupun luar (tulisan2 jaman itu masih ada di blog ini). Beberapa “sabda” yang dari jaman itu hingga sekarang selalu saya dengar adalah : “Jangan ragu – ragu masuk ke bisnis online di Indonesia… Marketnya sangat besar.., potensi bisnisnya juga sangat besar.. bla..bla..”. (1)

Kemudian biasanya diikuti dengan nasihat : “Inget, bisnis online itu tidak melulu sumber pendapatannya dari iklan, masih banyak model bisnis lainnya, misal : layanan berbayar (seperti 37signals.com), konten premium (seperti DetikPortal.com), and the bla.. and the bla..” (2)

Anehnya, paradoks dengan nasihat di atas, pihak – pihak yang sama (luar negri maupun lokal) juga mempopulerkan ini : “Budget beriklan di online itu sekarang naiknya pesat sekali.., sudah naik jadi _sekian_ persen.” Atau yang seperti ini : “Ada sekian Milliar rupiah budget iklan dari perusahaan – perusahaan di Indonesia dan tiap tahun makin besar nilainya. Hampir semuanya masuknya kesitu – situ juga (portal berita), jadi peluang nya masih besar..” (3)

Skeptis

Teman – teman saya mungkin menganggap saya selalu pesimis soal dunia bisnis online Indonesia. Tapi, saya sendiri sebenarnya merasa saya mengambil sikap skeptis, tapi tetap optimis. Nah berhubungan dengan 3 poin di atas, ini yang mau saya bahas :

(1) Iya.. benar.. marketnya besar.. ada 30-40jt-an pengguna internet di Indonesia (di tahun 2006 dulu diperkirakan baru ada 18jt). Untuk poin ini saya setuju.

(2) Nah untuk poin ini saya masih skeptis. Saya jaman dulu sempat memegang teguh nasihat (2), sehingga sebegitu bencinya saya dengan banner-ads. Seperti di film The Social Network itu, mereka juga anti banget dengan banner ads toh.. (waktu nasihat itu saya dengar, Friendster masih jadi raja soc. network). Tapi nyatanya memang sumber pemasukan paling real itu ya iklan (ads), entah apapun itu bentuknya : tulisan berbayar, banner image, teks, contextual text, link dsb.  (Facebook pun sekarang memasang ads toh… Twitter juga menampilkan ads (dalam bentuk promoted hashtag)).

Iya saya tahu.. kalau efektifitas banner ads itu (katanya) cuma sekitar 2,8%, tapi itu bukankah kalau usernya nggak targeted?  Kalau ngiklan obat diabetes di situs komunitas penderita diabetes lebih efektif dong harusnya ya.. Toh.. situs e-commerce juga (katanya) tingkat konversinya juga paling pol cuma 2%.. bahkan untuk yang sekelas Bhinneka.com yang sudah dipercaya.

Pertimbangan lainnya, situs yang secara trafik memang luar biasa : Detik.com, Kaskus.us, KapanLagi.com, LintasBerita.com dll, sumber pemasukannya dari iklan juga bukan? Kompas.com (yang dibackup group sebesar Kompas Gramedia) pun 70% pemasukannya disumbang oleh halaman depannya (saya lupa baca soal ini dimana), yang berarti 70% nya itu sudah pasti ads (atau saya yang salah tangkap?). Read More

SharingFoto.com – Dijual Seharga $5000

SharingFoto.com adalah situs tentang review handphone. Ya..ya.. tentu saja tidak.., dari namanya jelas situs ini adalah situs untuk sharing foto (walaupun selama ini saya tidak berhasil mengupload dan mensharing-kan foto saya 🙁 ). Selain itu situs ini menyediakan layanan untuk mencetak foto, dan cetak mug sesuai dengan foto yang kita upload, dengan harga Rp 25.000,-.

Di salah suatu blog saya pernah baca bahwa ini adalah aplikasi web pertama di Indonesia yang menggunakan framework Ruby On Rails. Dan saya pun menemukan situs ini ketika mencari dokumentasi tentang Ruby On Rails.

Hal yang mengejutkan adalah, website yang baru berjalan kurang lebih satu tahun ini akan dijual seharga $5000. Salah seorang programmer dari Rajasa (perusahaan yang menaunginya) menuliskan hal ini dalam blognya.

Tidak dijelaskan secara rinci mengapa akhirnya mereka membuka penawaran untuk membeli situs ini. Tetapi dari salah satu tulisan di blog resmi dari SharingFoto.com ini, sepertinya mereka hendak bertransformasi menjadi situs yang lebih variatif.

Ahaa…, akhirnya..! Dari awal saya mengetahui website ini saya sudah teringat tentang CafePress.com. Pernah dengar CafePress.com? Di CafePress ini model bisnisnya adalah seperti ini : Read More

Jamendo.com – Sebuah Contoh Nyata Musik Gratis dan Legal

Jamendo.comDulu saya sempat menulis sebuah konsep tentang kira – kira seperti apa industri musik(Indonesia khususnya) nantinya. Silahkan dibaca disini. Detail konsepnya memang tidak saya tulis. Tetapi intinya saya menginginkan (atau ingin membuat) situs yang berisi koleksi lagu – lagu (baik dalam format mp3 maupun ogg) dari musisi – musisi Indonesia. Tetapi bukan yang bajakan, atau ilegal. Melainkan legal. Jadi yang saya harapkan si pemilik lagu sendiri yang mengupload lagunya disini. Dan disediakan bebas untuk didownload secara gratis. Dan lebih jauh lagi, saya menginginkan agar website ini harus dibangun di atas sistem operasi Linux, dengan software – software legal. Untuk hal ini saya tidak tahu apakah Jamendo juga melakukan hal yang sama, mengingat pendirinya juga adalah seorang Linuxer (founder dari Lynucs.org). Ia juga teman dari Gael Duval (pendiri distro Mandrake Linux), yang sudah keluar dari Mandrake dan membuat distro baru Ulteo.

Sebagian musisi mungkin akan khawatir dengan hak cipta lagu dalam website Jamendo tersebut. Tetapi ini bisa ditangani dengan model lisensi dari Creative Commons License. Sedangkan mengenai bagaimana si musisi tersebut mendapatkan royalti/bayaran/ atau apapun yang intinya adalah “penghargaan” atas karya ciptanya, bisa dibaca pada tulisan saya tadi itu. Jamendo sendiri menyediakan opsi bagi hasil dari iklan di websitenya (dengan ketentuan tertentu) bagi musisi dan donasi dari user yang mendownload website tersebut.

Jamendo.com sendiri bagi saya merupakan “A Proof of Concept” dari apa yang saya bayangkan. Dan Jamendo melakukannya dengan sangat baik. Dan tidak hanya bagaimana musisi mendapat uang atas hasil karyanya yang di jelaskan dengan transparan, tetapi bagaimana Jamendo menghasilkan uang dari website nya tersebut pun dijelaskan.

Bagi para musisi, di Jamendo.com anda bisa mengupload lagu – lagu hasil karya anda sendiri. Syaratnya Read More

Bidang Pekerjaan yang Harus Dihindari untuk Abad 21

Anda sedang mencari pekerjaan? Di bidang apa? Dimana? Kalau anda mencari pekerjaan di Amerika, menurut Forbes.com hindarilah bidang pekerjaan berikut ini :

  1. Manufaktur

    Dulu hampir semua bagian di manufaktur membutuhkan banyak campur tangan manusia, kini hampir semuanya kalah oleh teknologi komputer, mesin dan robot. Pengurangan tenaga kerja dan mengganti dengan mesin otomatis tentu sangat menguntungkan bagi perusahaan.

  2. Programmer Komputer

    Programmer komputer semakin hari semakin banyak. Menurut Forbes sendiri dengan penambahan programmer sekitar 2% dari tahun 2004 – 2014, perusahaan Amerika lebih suka melakukan outsorcing (coba saja lihat Bangalore, India yang biasa menjadi tujuan outsource pertama). Bahkan sampai berkembang istilah Bangalored, sebagai pengganti kata outsourced. Bagi mereka outsourcing ini biayanya lebih murah. Untuk bisa bersaing dengan hal ini, maka para programmer harus punya spesialisasi, misal : programmer keamanan jaringan.

  3. Jurnalis Read More