Review eZ Publish CMS

Sudah 2 bulan ini saya berkutat dengan CMS eZ Publish ini. CMS ini free, sama seperti Drupal, WordPress ataupun Joomla. Bedanya karena tidak berbasis pengembangan oleh komunitas, dokumentasi terkait relatif sulit didapatkan.

Beberapa perbedaan eZ Publish dengan CMS opensource lainnya :

  1. Dikembangkan oleh perusahaan (eZ Systems AS, berbasis di Norwegia)
  2. Extension (modul/plugin) yang masuk ke situs resmi eZ direview dulu dengan ketat oleh eZ Systems. Jadi tidak semua extension kiriman dari komunitas otomatis di approve dan masuk situs resmi mereka.
  3. Fitur yang disediakan secara default sangat banyak (Custom Field *sejenis CCK kalau di Drupal*, Polling, Newsletter, Multiple Site, Single sign on, dll).
  4. Secara default memang bisa digunakan sebagai satu CMS untuk beberapa situs. Tapi arti satu CMS disini tidak cuma scriptnya. Jadi bukan cuma satu script untuk beberapa situs sekaligus, melainkan satu CMS itu secara sistem bisa mencakup beberapa situs sekaligus.
  5. Secara default support multiple database (*mmm.. database cluster kali ya istilahnya).
  6. Secara default Cache nya aktif.. *ehm.. super duper aktif malah gan..!
  7. Banyak konfigurasi yang disimpan tidak di database, melainkan di file INI.
  8. Templating menggunakan *bahasa* sendiri, yang mirip – mirip Smarty.
  9. Secara default ada fitur *social network* (saya belum telusuri lebih jauh, tapi setahu saya sangat basic)
  10. Advance user access limitation
  11. Secara default menyediakan fitur Drafting dan Versioning content
  12. Fitur RSS Import tersedia secara default
  13. Semua konten adalah node.. (bahkan user dan kategori *dalam eZ istilahnya Folder* pun adalah node)
  14. Fitur auto resize image sesuai konfigurasinya sangat membantu (Berbahagialah jika anda menggunakan Linux, ImageMagick adalah kuncinya disini)
  15. Menyatakan diri sebagai CMS yang enterprise.. *bagi saya Drupal dan WordPress sih enterprise juga…, apalagi sangat banyak situs besar yang menggunakan kedua CMS ini (eZ Publish justru sangat jauh jika dibanding kedua CMS itu)

Yang saya rasa kurang pas :

Demi kemudahan manajemen sistem, fitur custom field secara default tersedia. Tapi tidak seperti Drupal yang CCK nya menggenerate table baru, eZ Publish memasukkannya dalam field – field di table MySQL. Akibatnya, setiap query content melakukan query SQL yang cukup berat, karena JOIN query berlapis – lapis yang dihasilkan. Continue reading “Review eZ Publish CMS”

CakePHP 1.2 RC 3

CakePHP 1.2 RC 3 akhirnya keluar. Menurut keterangan di milis CakePHP sih performa kecepatan load versi RC 3 ini jauh di atas RC 2. Lengkapnya bisa dilihat di Bakery. Ya.., saya sedang berenang di kolam CakePHP setelah sempat basah – basahan di air mancur CodeIgniter. 😉 Continue reading CakePHP 1.2 RC 3

Menggunakan CMS atau Framework?

Saya termasuk orang yang mengembangkan website tanpa pernah membuatnya dari nol. Maksudnya, saya tidak membuat komponen dari website itu secara manual satu demi satu. Mulai dari arsitektur website, komponen modul, file uploader, user access, image manager, dll. Biasanya semua dilakukan dengan menggunakan CMS yang OpenSource, seperti WordPress dan Drupal (jaman dulu juga termasuk PHPNuke). Biasanya memang saya melakukan modifikasi disana – sini agar website ini bisa bekerja sesuai keinginan. Umumnya akhirnya website tersebut akhirnya bisa berjalan sesuai harapan.

Tetapi kemudian datang masalah seperti berikut ini :

  1. Website tersebut membutuhkan galery foto dengan fasilitas slideshow.
  2. Website tersebut membutuhkan katalog produk.
  3. Website tersebut ingin mengimplementasikan fasilitas social network.
  4. Website itu ingin menyediakan fasilitas bagi membernya untuk bisa mengupload file MP3. Dan tiap member nantinya bisa mengatur level akses terhadap file MP3 yang dia upload.
  5. Website tersebut ingin mempunyai form yang terintegrasi untuk arsip wawancara.
  6. dll

Jika saya menggunakan CMS seperti Drupal. Mungkin hal ini masih bisa ditangani dengan ketersediaan modulnya yang sangat banyak. Atau jika memang modulnya belum tersedia, kita bisa membuat sendiri. Selain itu jika kurang puas, kita masih bisa melakukan oprek lebih dalam dengan menggunakan API yang disediakan Drupal. Dengan tujuan agar website ini sesuai dengan apa yang kita inginkan.

Tetapi, hal ini bisa jadi merupakan masalah baru. Tentunya kadangkala hal ini bisa menjadi solusi untuk satu masalah tetapi bukan tidak jarang malah menimbulkan masalah baru. Beberapa skenario yang sering terjadi : Continue reading “Menggunakan CMS atau Framework?”