KAMASE @ Mondialogo Engineering AwardThomas Ari Negara baru saja pulang dari Mumbai, India sewaktu saya menemuinya di kos – kosannya yang hanya berjarak sekitar 50m dari kos saya. Dia mewakili tim dari KAMASE (Komunitas Mahasiswa Sentra Energi) – Jurusan Teknik Fisika UGM untuk mempresentasikan proposal hasil penelitiannya mengenai potensi penggunaan Tenaga Surya sebagai pembangkit listrik untuk daerah Panggang, Bantul, Yogyakarta. Tim KAMASE ini terdiri dari : Thomas Ari Negara, Bayu Utomo, Eri Wijaya, Ahmad Fajar – (Fisika Teknik 03) dan Elsa Melfiana (Teknik Nuklir 03).

Proposal hasil penelitian tim KAMASE ini diikutkan dalam ajang tahunan Mondialogo Engineering Award. Untuk seleksi awal, tim KAMASE berhasil masuk dalam 30 nominasi terbaik dari seluruh dunia. Dan setelah melalui berbagai tahap seleksi, termasuk presentasi di Mumbai – India tersebut, akhirnya tim KAMASE berhasil masuk dalam 10 yang terbaik, dan berhak mendapatkan dana proyek sebesar 20.000 Euro.

KAMASE tentunya tidak bekerja sendiri. Mondialogo Engineering Award ini mensyaratkan tim yang dibentuk harus merupakan kerjasama dari negara berkembang dan negara maju. KAMASE akhirnya mendapatkan partner dari Curtin University of Technology, Australia dengan fasilitasi dari Ahmad Agus, ST, M.Sc (dosen Jurusan Teknik Fisika – UGM) yang sedang melanjutkan studi PhD nya di Australia. Tim dari Australia selain Ahmad Agus, ST, M.SC adalah : YU Zhao, Susanne Sugiarto, Richard Barnett dan satu orang dari Iraq, Hussam Khalaf.

Hal menarik yang ditekankan Thomas adalah penelitian yang masuk dalam Mondialogo Engineering Award bukanlah teknologi yang super modern dan futuristik seperti dalam jurnal – jurnal ilmiah (nanoelektronik, bioelektronik, astronomi modern, teknologi internet, nuklir, dll). Melainkan teknologi – teknologi sederhana, tetapi yang berpengaruh langsung pada masyarakat luas. Seperti penelitian tim KAMASE yang mengambil lokasi daerah Panggang, Bantul. Daerah ini kesulitan sumber listrik dan suplai air setelah pasca Gempa Jogja Mei 2006 lalu.

Penelitian KAMASE ini adalah merancang bagaimana menggunakan energi terbarukan (energi angin, mikrohidro dan tenaga surya) untuk menyediakan sumber energi dan suplai air yang berkelanjutan bagi daerah Panggang, Bantul, Yogyakarta. Dengan begitu proses recovery daerah ini setelah Gempa Mei 2006 Jogja lalu bisa berjalan dengan baik.

Tentang India

“Ahh.., jebule India ki podho wae karo Indonesia. Malah ketoke isih mendingan Indonesia.. Tenan..”. Begitu ujar Thomas ketika ditanyakan apa kesannya tentang India. Dalam Bahasa Indonesia kurang lebih terjemahannya “Ah, ternyata India itu sama aja dengan Indonesia. Malah kayanya masih mendingan Indonesia.. Beneran..”. Saya akhirnya percaya setelah melihat rekaman di handycam yang dia bawa saat ke India.

Lebih lanjut dia bercerita “Aku bingung lihat orang – orang disana. Aku sempat ngelewatin satu daerah. Jadi di satu jalan panjang itu, ada orang – orang banyak boker di pinggir jalan itu gitu aja.. “. Hah?!! Anda tidak percaya.., coba saja tanya kenalan anda yang pernah ke Mumba, India.

Terlepas dari “kebiasaan” orang India yang aneh tersebut, mulai sekarang sepertinya kalangan akademisi di Indonesia harus kembali disadarkan tentang pentingnya teknologi sederhana dan penerapannya. Teknologi maju seperti Mainframe, Clustering multi PC, Reaksi Fusi, MicroRobotic, Hydroelectric, dsb akan menjadi tidak berguna ketika anda berada di daerah pedalaman Indonesia. Dimana jangankan listrik, atau baju, kain saja tidak ada. 20 km dari Kota Mojokerto saja banyak daerah yang belum tersentuh listrik. Di Propinsi Jambi, masih sering terjadi pemadaman listrik bergilir. Kita memang harus berjalan, tetapi sebelum berjalan pastikan anda punya kaki..

Foto : Thomas (baju batik), Ahmad Agus, ST, M.Sc (memegang mic) . Foto diambil dari situs Mondialogo.org