Berapakah Nilai Teman anda?

Sahabat saya, Rizqy (biasa dipanggil John Cobra). menuliskan sebuah tulisan yang cukup menarik tentang nilai pertemanan. Ya.., ini memang ada hubungannya Twitter, Facebook, marketing, dkk. Si Jhon Cobra ini ternyata memang sedang menyelesaikan thesisnya di MM UGM, pantes saja sekarang tulisannya tiba – tiba jadi serius.. 😀 Oh iya, ini tulisannya : Berapakah Nilai Teman … Continue reading Berapakah Nilai Teman anda?

Kecelakaan Pesawat Garuda di World’s Most Amazing Videos – Lebay..

Pernah nonton acara “World’s Most Amazing Videos” ?  Kalau enggak salah ini juga disiarin di salah satu TV Nasional. Isi acaranya, seusai judulnya : Video – video yang paling menakjubkan di dunia. Kebanyakan sih tentang kecelakaan. Barusan, sambil setting SVN repo di server Debian, TV saya biarkan menyala. Kebetulan channel yang saya pilih waktu itu … Continue reading Kecelakaan Pesawat Garuda di World’s Most Amazing Videos – Lebay..

Ke Twitter Lagi

Sewaktu lagi heboh – hebohnya Twitter, saya sempat bikin akun. Terus nyobain nge-tweet. Habis itu ditinggalkan. Setelah itu muncul Plurk. Setelah disentil Mas Yahya, akhirnya saya bikin akun. Dan terjerumuslah saya di dunia plurknista itu. (and it did fun.. (dance)plurk ) Belakangan fitur karma (yang tadinya asyik) kok malah terasa mulai mengganggu. Kalo ndak diupdate … Continue reading Ke Twitter Lagi

Komputer, Komputer dan Komputer Lagi

Bulha dan Haran duduk di pinggir jembatan baru di bilangan Pogung Kidul. Sebuah jembatan baru yang menghubungkan jalan di sepanjang selokan Mataram dengan Jalan Monjali.  Sambil sesekali nge-Plurk via handphone Motorla c650 nya, Haran menampakkan mimik wajah yang gelisah. Sepertinya ada beban berat yang ingin diungkapkannya kepada Bulha.

Haran : “Bul, kok aku rasane pengen unplugged dari dunia komputer yo..”

Bulha : “Lah ngopo-e Ran?”

Haran : “Bosan, dab..! Gini deh.. aku tanya kamu sekarang. Kerjamu apa?”

Bulha : “Programmer..”

Haran : “Hobimu apa?”

Bulha : “Mmm.. main game online.”

Haran : “Kalo ada waktu senggang kamu ngapain?”

Bulha : “Biasanya sih ngerancang arsitektur web yang pengen kubuat.. Kalo enggak bikin sampler di Fruity Loop”

Haran : “Kamu gak pernah sosialisasi sama orang po?”

Bulha : “Ya pernahlah.. Hampir tiap saat malah.. Lewat Facebook, Plurk, Twitter, YM.. Macem – macemlah, dab.. Toh pacarku juga kerjanya graphic desainer, jadi kita selalu komunikasi via YM. Gak ada masalah tuh.”

Haran : (menirukan icon DOH nya Plurk) “Itu yang tak maksud.. Semua waktumu diisi dengan komputer..”

Bulha : “Ya.. ya.. gak juga. Tapi kan emang kerjaku programmer. Jadi tiap hari di depan komputer, ya aktifitasku jelas seputar itu dong.. Tapi kalo libur kan aku bisa bermain dengan duniaku sendiri..”

Haran : “Emang kalo lagi liburan kamu ngapain?”

Bulha : “Resolusi ku untuk liburan tahun ini sama dengan tahun kemarin, belajar seni..” (diucapkan dengan gaya yang mantap, pede, dan berapi – api, mirip kaya teman – temannya yang ikut MLM)

Haran : “Wuah.. Boleh tuh resolusinya.. Seni opo ki dab? Bikin band reggae, kursus nari ato apa nih?”

Bulha : “Yo ora lah.. Aku sudah ngerencanain, nanti setiap libur di tengah tahun pertama ini aku bakal belajar disain bergaya Realism dengan The Gimp sama Inkscape, nah tengah tahun kedua aku belajar seni Surrealism lewat animasi dengan Flash”

Haran : “Arrghhh.. Iki sing tak maksud tadi.. Kerja di komputer, hobi di komputer, kalo ada waktu senggang main komputer, sosialisasi via komputer, menghabiskan waktu liburan dengan komputer.. Kalo valentin-an, ngirim icon Coklat ke pacarmu lewat Facebook, kalo temen ulang tahun, ngasih gambar kue ultah lewat email.. Edan kowe ki..!” Continue reading “Komputer, Komputer dan Komputer Lagi”

Ini Adalah Jalan Beraspal (Beda Jalan di Sumatra dan Pulau Jawa)

Saya secara lancang menggeneralisasi seluruh jalan di P. Sumatra dan di P. Jawa. Tidak apa – apalah, kalau gak gitu kan gak seru. 🙁

jalan-full-view

Gambar di atas adalah? Gambar jalan beraspal. Errr.. maksud saya jalan yang _tadinya_ beraspal. Eh, atau memang masih beraspal ya? Ya begitu deh pokoknya. Dari pertama jalan itu diaspal (seingat saya waktu saya TK), jalan itu belum pernah diaspal ulang lagi. Oh iya, gambar itu diambil dari salah satu daerah di Kotamadya Jambi, yang berada cukup dekat dengan Bandara Propinsi, dan juga pusat kantor – kantor Kotamadya. Di sepanjang jalan ini ada terdapat lebih dari 8 perumahan. Dan ujung dari jalan ini adalah komplek Pertamina.

jalan-full-view2

Di seluruh daerah yang pernah saya lewati di Yogyakarta (Godean, Kaliurang, Kota Gede, Imogiri, Wates, Parangtritis, Pleret, dll), Solo, Sragen, Magelang, Muntilan, dan Temanggung, saya tidak pernah menemukan kondisi jalan seperti itu (mungkin saya belum beruntung). Tetapi di Jambi, sangat mudah menemukan jalan seperti ini. Oh iya, tidak cuma di Jambi. Kondisi lebih parah juga dulu pernah ada di jalan penghubung Jambi – Sumatera Selatan. Begitu juga jalan utama di Duri, Riau, dimana Chevron berada. Continue reading “Ini Adalah Jalan Beraspal (Beda Jalan di Sumatra dan Pulau Jawa)”

Alasan Mengapa Masih Banyak yang Pilih Calo

Oke, memang panjang kali lebarnya gak bakal cukup buat ngomongin per-calo-an. Karena pembicaraannya bisa jadi tak berujung (tak berhingga). Nah, karena tak berhingga ditambah satu tetap tak berhingga, jadi gak masalah kalau saya tambah satu. 😀

Kalau anda berasal dari propinsi A, kemudian kebetulan dapat kerja (serabutan) di propinsi B, birokrasi tidak akan lepas dari anda. Dari daerah asal anda, anda sudah bikin KTP, yang katanya KTP Nasional. Tapi setiap ngurus dokumen apapun (mulai dari bikin rekening bank sampai nyewa CD bajakan di rental), yang diminta tetap KTP lokal.

Bikin KTP lokal? Harus punya KK (Kartu Keluarga) lokal situ juga. Dan anda pun harus mengurus perpindahan KK. Sebagai orang yang kerjanya serabutan, gak pasti bakal berapa lama di provinsi B, wajar kalau anda merasa berat hati untuk mengurusnya. Selain repot, tentunya juga nanti kena biasa administrasi sana – sini + makan waktu. Ditambah anda masih belum tahu bakal berapa lama berada di propinsi B.

Cerita serupa terjadi juga ketika anda membeli kendraan bermotor. Ya, anda tetap bisa membeli motor second di dealer – dealer motor second. Tidak perlu balik nama, biar gak usah berurusan dengan berbagai administrasi yang ribet. Yang penting dokumen lengkap dan dealernya punya reputasi bagus.

Tapi saat tiba waktu perpanjangan STNK, maka anda tetap harus punya KTP asli sesuai yang tertera di STNK dan BPKB. Pilihan lain, (kalau anda punya fotokopi KTP pemilik sebelumnya) anda bisa balik nama. Tapi.. anda tetap harus punya KTP lokal untuk bisa balik nama. Dan untuk membuat KTP lokal, kembali ke masalah di atas.

Solusi? *Untung* nya di negara kita tercinta ini banyak *pihak* yang bersedia menolong, tentunya dengan biaya tertentu (baca : calo). Cukup datang ke tempat mereka (beberapa bahkan bisa dipanggil), berikan sejumlah uang yang sesuai dengan perjanjian, dan dalam 1 hari semuanya beres. Hemat waktu, hemat tenaga, hemat pikiran, walau tetap beresiko tinggi (!). *tindakan yang bertentangan dengan hukum tentu ada sanksinya  – kalau ketahuan. Continue reading “Alasan Mengapa Masih Banyak yang Pilih Calo”

Selamat Tahun Baru

Tahun 2008 kemarin memang spesial buat saya dan keluarga. Setelah 5 tahun lebih kami tidak pernah berkumpul bersama, di tahun ini kami bisa berkumpul bersama lagi. Pertama di Jogja, kemudian di Jakarta, dilanjutkan di Medan. Nah Natal kemarin hingga pergantian tahun ini pun akhirnya kami bisa berkumpul kembali lagi di rumah, di Jambi.

Menyongsong tahun baru 2009 ini sebenarnya saya sudah mencoba membuat beberapa resolusi, dari yang 1024, 1280, sampe yang 1440 :D. Tapi banyak yang tidak bisa dirancang dengan jelas karena beberapa hal yang belum ada kejelasan. Tapi tepat tanggal 31 kemarin, saya mendapat email konfirmasi yang menyatakan aplikasi S2 saya ke luar negri ditolak.. 🙁 *hiks.. padahal dah niat pengen ke luar negri. Tapi gak apalah.., teman saya pun ditolak juga.. Ha.ha..ha

Nah sepertinya besok saya sudah bisa membuat resolusi untuk tahun depan, karena bagian *luar negri* sudah bisa dicoret.. Ha..ha.. Continue reading “Selamat Tahun Baru”

Tak Bisa Bahasa Jawa dengan Bahasa Jawa

Selama saya di Jogja, saya sudah cukup terbiasa dengan “tounge switching” ala masyarakat Jawa. Tongue Switching itu maksudnya, berganti bahasa ketika berbicara dengan orang yang lebih tua / lebih dihormati. Jika tadinya berbicara dengan Jawa Ngoko, maka ketika berbicara dengan orang tua, atau orang yang dihormati, bahasanya berganti ke yang lebih halus (tapi sepertinya masih belum Kromo Inggil). *Tongue Switching* itu istilah saya sendiri, jadi gak usah cari di Wikipedia yah..

Hari Sabtu tanggal 20 lalu, saya justru terjebak sendiri dengan Tongue Switching ini. Waktu itu saya, ditemani Yodi mengirimkan sekotak kardus ganja kering ke kampung halaman saya. Selesai mengurus berkas administrasi dengan mbak – mbak di Kantor Pos, paket saya itu dibungkus dengan karung oleh seorang ibu – ibu. Karung itu juga di jahit setiap sudutnya agar lebih rapi. Setelah itu saya menuliskan alamat rumah saya di karung itu dengan spidol. Gratis? Hooo.. tentu saja.., kalau dia ibumu.. Kalau enggak, ya bayar.

[Updated – 1 Jan 2009 : Si Gilingan Cabe itu ternyata mengambil fotoku]
Kantor Pos
Karena dia adalah seorang ibu, maka saya pun otomatis melakukan Tongue Switching.

Saya : “Sampun Bu?” (*Sudah Bu?)

Si Ibu : “Inggih Mas” (*Iya Mas)

Saya : “Pinten Bu?” (menanyakan biayanya)

Si Ibu : “Sedhoso mawon mas..” (*sepuluh mas)

Saya : (saya bingung, sedhoso itu dalam bahasa Indonesia berapa ya? Maka saya pun bertanya) “Sedhoso niku pinten Bu?” Continue reading “Tak Bisa Bahasa Jawa dengan Bahasa Jawa”

Dialog Kenyataan

[Suasana yang sangat terasa berbeda ketika pulang kampung adalah dialog – dialog khasnya]

*ilustrasi, saduran dari berbagai dialog

Bulha : “Ran.. Wuaah.. Akhirnya pulang kampung juga kamu.”

Haran : “Iya Bul, kangen rumah. Eh, denger – denger anak si Mimin dah jadi PNS sekarang ?”

Bulha : “Iya.. Kan si Mimin dah lama nabung.”

Haran : “Nabung? Emang kalo nabung di Bank ada undian hadiahnya bebas tes PNS ?”

Bulha : “Ya enggak.., kalo dia gak nabung dari dulu, mau cari duit darimana dia buat “melicinkan” proses masuk anaknya si Mimin itu”.

Haran : “Waduhh.. Segitunya, beneran ?”

Bulha : “Ya iyalah.. Investasi itu namanya.. Coba aja itung, dengan model 30jutaan, hidup mu dan anak – anakmu terjamin seumur hidup. Walopun kecil, tapi pasti.”

Haran : “Investasi yang balik modalnya lebih pasti ya? He..he..”

Bulha : “Iya.. Soalnya kalo ngelicinin masuk TNI ato POLRI kan pasarannya kurang lebih sama. Tapi, ntar bisa aja suatu saat dikirim perang atau tugas di daerah konflik kan? Terus, harus kasih “uang penjamin” lagi biar gak dikirim ke daerah konflik.” Continue reading “Dialog Kenyataan”

Plat B Everywhere

Ini tahun kelima saya menikmati libur Lebaran di Jogja. Dan sama seperti tahun – tahun sebelumnya, biasanya hari pertama, kedua, dan ketiga lebaran saya keliling Jogja untuk melihat keramaian yang ada. Tidak semuanya ramai tentunya. Daerah Pogung (daerah kos – kosan nya anak Teknik) sepi kaya kuburan.. Pada mudik semua penghuninya. Bahkan pemilik kos pun … Continue reading Plat B Everywhere

Kenalilah Anak Anda

Cannabis SativaBukan karena saya sudah punya anak, ataupun berencana mau punya anak dalam waktu dekat ini.. Saya cuma miris dengan beberapa kejadian yang saya lihat dan saya tidak melakukan apa – apa untuk memperbaikinya, tapi cuma menulisnya di blog ini.

Sewaktu saya duduk di bangku SMP, saya pernah bergabung dalam sebuah band dengan beberapa teman dari SMA lain. Waktu itu saya kejatuhan tugas jadi vokalis. Lagunya Sweet Child O’ Mine (Gun N Roses) dan Mawar Merah (Slank), untuk suatu acara pentas seni SMP. (jangan salah, suara saya sekarang masih sejelek dulu kok..)

Setelah latihan ngeband, saya dan teman – teman nongkrong di rumah salah seorang gitaris kami. Di kamarnya sambil ngobrol gak jelas ngalur ngidul, si gitaris mengambil tape recorder nya. Dia menyetel lagu “Si Hebat” dari /rif. Waktu itu saya dan dia memang ngefans berat dengan /rif.

Selesai ngulik lagu, teman saya itu mengambil obeng dan mulai mempreteli bagian belakang tape recordernya. Saya cukup bingung waktu itu.  Sepenglihatan saya tidak ada yang rusak dengan tape recorder itu. Ternyata di dalam tape recorder itu ada gumpalan kertas koran yang diikat dengan karet gelang. Si gitaris mengeluarkannya dan menyerahkannya pada si drummer. Pelan – pelan kertas itu dibuka. Dan saya lihat di dalamnya ada lipatan – lipatan kertas koran yang sangat rapi dan sangat banyak jumlahnya. Si drummer membagikannya ke yang lain. Waktu itu saya sedang asyik menghapal 12 Bar Blues.

“Yo.. dimulai yo.. “, ujar si gitaris sambil membagikan kertas lintingan rokok. Koran dengan lipatan kecil itu pun dibuka, dan terlihatlah daun – daun yang sudah dicincang dan dikeringkan. Selain itu juga tampak beberap biji kecil. “Tembakau spesial..”, kata yang lain sambil terkekeh – kekeh.. Kalau seingat saya sih itu namanya Cannabis Sativa. Si basis sempat berujar, “Eh To.. tapi kamu jangan ‘nyanyi‘ ya.. “, sambil memberi senyum penuh tanda.. Continue reading “Kenalilah Anak Anda”