Berkat YouTube Joe Satriani pun Menjadi Pengiring Solo Gitar Jeong-Hyun Lim

Joe Satriani bukanlah nama yang asing lagi di kalangan musisi. Banyak yang menyebutnya sebagai salah satu gitaris terbaik dunia. Bahkan Steve Vai (salah satu gitaris terbaik dunia juga) pada mulanya berguru pada Joe Satriani.

Jeong-Hyun Lim (seorang warga negara Korea Selatan). Ada yang tahu nama ini? Kalau anda mungkin kebetulan pernah dengar, atau melihat video solo gitar Canon D’ Rock dengan nickname funtwo, nah dialah pria yang memainkan solo gitar dalam video di YouTube tersebut. Bahkan video tersebut termasuk dalam 10 video terfavorit di YouTube hingga saat ini. *Canon D’Rock versi aslinya dibuat oleh Jerry Chang (Seorang warga negara Taiwan. Dia memberikan tablatur gitar Canon D’Rock untuk di download bebas).*

Semasa masih getol bergitar ria (*waktu masih bercita – cita jadi musisi), saya sudah banyak melihat video konser Joe Satriani, video tutorialnya, maupun video wawancaranya. Tapi seumur – umur saya belum pernah lihat Joe Satriani full jadi pengiring solo gitar gitaris lain (yang bukan “selevel” dia).

Tapi itulah yang terjadi pada acara YouTube Live 22 November 2008 lalu. Joe Satriani membawakan sedikit potongan lagunya, “Satch Boogie”.  Setelah itu langsung disambung dengan potongan hits lainnya, “Surfing With The Alien”, tetapi kali ini berduet dengan Jeong Lim. Dan ini disambung lagi dengan lagu ketiga, “Canon D’Rock”. Di lagu ini Jeong Lim jadi lead gitar, dan Joe Satriani “cuma” jadi pengiringnya (rythem) (!). Continue reading “Berkat YouTube Joe Satriani pun Menjadi Pengiring Solo Gitar Jeong-Hyun Lim”

Batak Rock !

Di lingkungan musisi dan kalangan masyarakat Batak, nama Vicky Sianipar mungkin tidak asing lagi. Pria berdarah Batak kelahiran Jakarta ini banyak mengaransemen ulang musik – musik tradisional Batak menjadi musik yang modern. Banyak anak muda Batak yang awalnya tidak begitu tahu lagu Batak, setelah mendengar hasil aransemen Vicky menjadi sangat menyukai lagu – lagu tradisional … Continue reading Batak Rock !

Saatnya Band (Musisi) Tidak “Menjual Lagu”

Setelah diskusi dengan beberapa orang teman yang terlibat di dunia band indie, ada beberapa hal yang cukup menarik perhatian. Diantaranya adalah era masa depan industri musik Indonesia. Kurang lebih begini rangkumannya:

Anda punya band? Atau anda musisi? Anda membuat lagu? Anda sudah rekaman (recording)? Nah, itu proses yang biasanya dilakoni band/musisi. Oh iya, rekaman yang dimaksud disini adalah rekaman swadaya (recording dengan biaya sendiri). Selanjutnya ngapain ya?

Nah, tahap selanjutnya setelah proses rekaman inilah yang sering kali membingungkan. Beberapa band/musisi melakukan promo album, di antaranya dengan kerjasama dengan industri lain (biasanya rokok), dan yang paling umum menggandeng partner dari media radio dan distro – distro.

Harapannya adalah lagu mereka bisa dikenal publik dan akhirnya laku terjual. Apakah metode seperti ini akan terus bertahan untuk waktu – waktu ke depan? Sementara sekarang adalah jaman digital, sehingga lagu yang dijual dalam bentuk CD dengan benderol harga lumayan bisa dengan mudah digandakan (dibajak) dan disebarluaskan secara gratis (dan ilegal).

Contoh paling mudah adalah launching album terbaru PeterPan beberapa waktu lalu. Bahkan sebelum album “Hari yang Cerah” tersebut dilaunching secara resmi, seluruh lagu dalam satu album tersebut sudah berdengung di seputar kost-kostan daerah Jogja . Dan tentunya “hal biasa” ini tidak hanya terjadi di Jogja saja bukan? Dan tentunya tidak hanya album PeterPan saja, Kangen band juga (ouhh.. , topik sensitif ya :D).

Untuk band sekelas PeterPan, Padi, Dewa19, Slank, dll mungkin hal ini tidak berpengaruh banyak. Pendapatan mereka tetap berlebih. Tapi bagaimana dengan mereka yang berjalan di jalur indie? Pangsa pasar sedikit, bertahan susah, masih dibajak lagi.. (helahh…, sedih banget..)

Bagaimana jika sekarang skemanya kita ubah. Musisi, ciptakan karya, rekaman (baik itu rekaman yang profesional maupun amatir), setelah itu berikan lagu anda secara gratis. Continue reading “Saatnya Band (Musisi) Tidak “Menjual Lagu””

Barang di kamarku : Gitar Elektrik

Judulna mungkin aneh ya. Barang di kamarku ; gitar elektrik. Itu maksudna aku mo cerita tentang barang – barang yang ada di kamarku. Nah di kamarku kan banyak isina. Ceritanya satu – satu. Sekarang nie, aku mo cerita tentang gitar listrik. Gethoo… bro.!

Ok gini nih mulana. Sekitar bulan Juli 2005 kemaren kan KMTF – UGM (salah satu organisasi yang aku ikuti ngadain acara band gitu. Kami ngundang artis2 lokal Jogja (beritana ada tuh di situs KMTF). Nah berhubung aku masuk seksi acara, dan kebagian ngurusin artis, jadi aku banyak ketemu ‘n ngobrol ama para manajer dan personel band na. Dari situ api “ngeband” ku dulu waktu SMP jadinya berkobar – kobar lagi. Apalagi temen sejurusanku ada juga anak band, dan malah sekitar Maret nanti bakal ngeluarin mini album (nama na After20 *promosi nih..,he.he..*). Aku sering ngobrol2 ama mereka ttg dunia musik. Pokokna singkatna aku jadi pengen ngeband lagi gara – gara itu.
Continue reading “Barang di kamarku : Gitar Elektrik”