Bereksperimen dengan Logic Pro X Membuat Dance Music

Selama beberapa tahun saya terbiasa menggunakan Digital Audio Workstation (DAW) yang bernama Ableton. Ketika masih di Windows, ataupun ketika sudah berganti ke laptop Mac. Kekurangannya, hampir semua instrumen bawaan Ableton tidak pernah saya gunakan. Mentok saya cuma gunakan untuk membuat white-noise.  Jadinya sangat bergantung dengan VST.

Setelah install ulang Mac saya dengan OS terbaru (Sierra), saya memutuskan berganti ke Logic Pro X. Agak berat sebenarnya, karena Logic ini hanya tersedia di Mac. Jika suatu saat nanti saya berganti ke OS lain, otomatis program ini tidak bisa saya gunakan lagi.

Saya nyaman sekali menggunakan Ableton sebenarnya. Tapi selain kekurangan di atas, harga Ableton juga mahal, $799, kalau dikonversi ke Rupiah menjadi sekitar Rp 10 juta.

FL Studio saya tidak begitu familiar, cuma pernah coba sehari atau 2 hari jaman kuliah dulu. Harganya sama dengan Logic sebenarnya, itu sudah termasuk berbagai instrumen VST. Sayangnya FL Studio tidak tersedia untuk Mac. Dulu sih mereka pernah meluncurkan versi Betanya untuk Mac. Tapi entah mengapa gak lanjut.

Anyway, saya akhirnya membeli Logic Pro dengan harga $199, dirupiahkan kemarin menjadi Rp2,99 jt. Tapi ini sudah dilengkapi berbagai instrumen dan sampler. Selain itu kita bisa download sekitar 80GB sound sample dan loop, gratis, free royalti, resmi dari Apple. Jadi enggak perlu beli sample sound seperti Vengeance dkk, yang harganya justru lebih mahal dari Logic.

Setelah coba-coba selama sebulanan (yes, this is my first time using Logic), akhirnya berhasil jadi 1 lagu, genrenya dance music. Saya juga gak tahu ini genre Electro House, atau apa. Saya cuma pehobi amatiran. Kalau suka silahkan didownload via situs-situs downloader YouTube itu. 😀

Gimana, enak lagunya?

Membuat Musik Digital Menggunakan Software Open Source

[Foto: mixtribe | flickr.com]

Semasa kuliah, perangkat lunak open source seputar pengolah musik yang saya tahu hanya Audacity dan LMMS. Kalau di Windows sempat kenal Fruity Loops (sekarang berganti nama jadi FL Studio), tapi sebentar saja. Jadi saya tidak tahu banyak. Bahkan cenderung bingung dengan konsepnya, walaupun banyak yang bilang sangat mudah.

Circa 2009

Setelah di Jakarta, saya kembali ngoprek membuat musik di laptop menggunakan Linux. Perangkat lunak yang saya gunakan:

  • Seq24 (sequencer): Untuk merekam part-part midi.
  • ZynAddSubFX: Synthesizer. Kalau di dunia VST semacam Sylenth1 atau Nexus lah.
  • Hydrogen: Drum machine
  • QjackCtl (JACK audio connection Kit): Semua tool tadi disentralisasi di sini, jadi bisa dimulai secara bersamaan.
  • Audacity: Semacam Photoshop tapi buat audio post-processing (record, cut, multitrack, change pitch / tempo, convert, dll). Sampai sekarang saya masih sering pakai, baik di Windows maupun Mac.

(Sayang saya tidak ketemu screenshot yang sempat saya ambil waktu itu). Continue reading

Tentang Membuat Lagu

Beberapa waktu belakangan ini saya cukup aktif menciptakan karya musik. Ada yang instrumental (EDM – Electronic Dance Music), ada yang lagu biasa.

Proses pembuatan lagu (non-EDM) ini cukup mengherankan juga bagi saya. Beberapa variasinya :

  1. Saya menemukan nadanya dulu (entah di jalan, di kamar mandi, di mall, dll). Nada ini segera saya rekam di handphone. Di kamar saya cari chord nya dengan gitar. Jika tema lagunya belum ada, saya cari temanya dulu, baru kemudian liriknya menyusul. Antara menemukan nada sampai saya lanjutkan membuat liriknya itu bisa jedanya berbulan – bulan, atau tahunan bahkan. Karena seringkali mood nya sudah keburu hilang, atau saya bingung sendiri temanya apa. Contohnya : Nada lagu yang saya ciptakan waktu kelas 4 SD dulu, sampai sekarang belum ada liriknya.. 🙁
  2. Saya genjreng – genjrengan aja dengan gitar di kamar (belakangan kadang dengan keyboard). Kadang menemukan nada – nada yang menurut saya menarik, langsung saya buat liriknya, dan jadi lagu. Anehnya, dengan proses ini justru lebih sering lagunya langsung jadi, lengkap dengan liriknya.
  3. Membuat lirik dulu, baru mencari nada yang sesuai dengan lirik tersebut, hingga jadi satu lagu utuh. Ini yang dari dulu saya coba praktekkan dari jaman kuliah. Tapi ini juga susah. Karena susah membuat kalimat yang bagus sekaligus potongan suku katanya pas untuk nada lagunya. Atau mungkin juga karena saya amatir aja sih.

Beberapa hal yang saya pelajari :

  1. Susah ternyata bikin lirik lagu ya. Apalagi jika temanya rada abstrak. Yang paling mudah itu bikin lirik tentang cinta – cintaan. Gak heran lagu dengan tema cinta itu paling banyak.
    Lagu karya saya pertama banget itu liriknya malah bagian awalnya modifikasi dari lirik lagu Agnes Monica dan Anang Hermansyah, dan sudah bisa ditebak tema lagunya juga tentang cinta – cintaan.
  2. Tema lagu itu juga sangat membantu. Kalau temanya rada abstrak (contoh : tentang kemelut dunia, pemanasan global, dsb), saya sulit sekali mencari kata – kata yang pas.
  3. Pada dasarnya bernyanyi itu katanya sama dengan bercerita. Jadi kalau ada hal yang mau diceritakan dengan lagu, itu sangat membantu. Liriknya lebih cepat dapat, karena kita tahu persis apa yang mau diceritakan. Contohnya lagu dari curhatan teman saya itu.
  4. Nada yang enak, harus dibarengi pilihan kata yang pas. Kalau enggak, bakal terasa rada janggal dinyanyikan. Disinilah kemampuan memilih kata dan sinonim sangat berperan.
  5. Bercerita lewat lagu dalam bahasa Indonesia itu susah.. Bukan karena bahasanya, tapi karena kata – kata dalam bahasa Indonesia itu cenderung lebih panjang. Contoh deh, dengan lagu Alter Bridge  : "On this day.., I see clearly..", dalam bahasa Indonesia "Hari ini, kulihat lebih jelas.", kalau dinyanyiin dengan ketukan nada yang sama, jadi gak enak. Kenapa? Karena dalam bahasa Inggris cukup 7 suku kata, sedangkan dalam bahasa Indonesia menjadi 11 suku kata. Ya.., mungkin saya perlu belajar lagi untuk memilih padanan kata yang lain sih.

Oh iya untuk jenis lagu yang EDM, sebenarnya relatif lebih mudah, karena gak terlalu butuh tema dan lirik, yang penting nada dan aliran lagu yang enak. Tapi saya justru kesulitan mencari jenis suara instrumen yang sesuai, dan seringkali masih kepentok teknik yang belum saya kuasai. (contoh : bass ala dubstep, lead ala dirty dutch, dll).

NOTE: Yeah.., belakangan saya sudah tidak begitu tertarik untuk ngoprek hal – hal teknis seputar dunia website development. Musik sedang menarik minat saya akhir – akhir ini.

Bermain Musik “Live” Menurut deadmau5

I just roll up with a laptop and a midi controller and “select” tracks n hit a spacebar. Ableton syncs the shit up for me… so no beatmatching skill required. “Beatmatching” isn’t even a fucking skill as far as I’m concerned anyway. So what, you can count to 4. cool. I had that skill down when I was 3, so don’t give me that argument please.

-deadmau5

Link : http://deadmau5.tumblr.com/post/25690507284/we-all-hit-play

deadmau5 adalah salah satu musisi yang sangat populer di dunia EDM (Electronic Digital Music)