Brasero – CD Ripper yang Super Canggih di Linux

Di Linux *Ubuntu Ibex*, tool untuk copy CD Audio (ripping) yang paling saya sukai adalah program Brasero. Saya sudah sangat sering menggunakan program ini, soalnya Bapak Kos saya sering minta dicopykan lagu dari CD yang dia beli, agar bisa dimainkan berulang kali untuk latihan nyanyi anaknya. Tapi tak disangka kemampuannya bisa super canggih seperti ini … Continue reading Brasero – CD Ripper yang Super Canggih di Linux

Instalasi LAMPP Cara Saya

XAMPPIni tutorial instalasi XAMPP cara saya (di Linux jadinya LAMPP – Linux Apache Mysql PHP Perl). Kelebihannya :

  • Portabel. Anda mo ganti – ganti distro.., mo install ulang Linux anda.. Gak ngefek.
  • Edit konfigurasi lebih gampang. File berada di direktori yang dimiliki akses penuh oleh user, dan gampang diakses.

Kebutuhan pra instalasi (pre-requirement) :

Partisi sistem operasi dan partisi tempat menyimpan data terpisah

Mengapa pakai cara ini?

Begini. Saya dulu sempat berganti – ganti distro Linux antara Ubuntu dan Debian. Belakangan saya tetap di Ubuntu. Tetapi setiap rilis Ubuntu baru, saya memilih untuk melakukan fresh install (selalu gagal dengan upgrade). Nah selama berganti – ganti distro itu, saya tetap bermain – main dengan web development. Dan sangat susah jadinya kalau LAMPP nya tidak “portabel”.

LAMPP sendiri defaultnya harus diletakkan di /opt/lampp. Ada beberapa kesulitan yang saya hadapi dengan letak direktori seperti itu.

  • File – file web berada di htdocs. Nah, saya harus mengeset permission di /opt/lampp/htdocs agar bisa diakses user. Bisa diatasi memang, dengan meletakkan htdocs di direktori lain / partisi lain, lalu dibuat symbolic links (shorcut) ke direktori tersebut. Atau dengan mengubah konfigurasi LAMPP anda.
  • Ok. Untuk folder htdocs masih bisa diatasi. Tapi setelah anda install ulang Linux anda, direktori /opt/lampp anda juga kan hilang. Eitss.. aman.. Htdocs kan sudah dibackup. Tinggal install ulang LAMPP, pasang di /opt/lampp, dan sesuaikan htdocsnya. Selesai? Belum.. Database nya bagaimana? Anda lupa backup? Ya udah.. mati aja.. Ha..ha..
  • Anda juga baru ingat, kalau ternyata anda sudah melakukan beberapa modifikasi dengan file php.ini serta httpd.conf. Weeww.. Lupa backup juga.. ? Mati lagi.. untuk kedua kalinya.. 😀

Nah.. salah satu cara yang cukup aman folder /opt/lampp nya yang di symbolic links. Gini versi lengkapnya : Continue reading “Instalasi LAMPP Cara Saya”

Meresize Semua Image di dalam Satu Direktori

Sori kalo basbang.. Ini pengalaman saya sewaktu mengurusi (alm) OtakKiri.com. Saat itu, rekan saya ini salah mengupload gambar thumbnail yang diperlukan. Gambar yang diupload adalah gambar dengan resolusi besar : lebarnya 300 px. Saat itu sekitar 130-an gambar sudah terupload. Meresize gambar yang ada di notbuk dan mengupload ulang lagi bukanlah solusi yang tepat.. Untung … Continue reading Meresize Semua Image di dalam Satu Direktori

Mencari Mp3 di YouTube dengan Linux

Saya pernah melihat sebuah klip lagu bagus di YouTube. Kadangkala saya begitu menyukai lagu di dalam video tersebut. Saya ingin menyetelnya berulang – ulang kali. Tapi rasanya tidak efisien jika setiap kali saya mau mendengarkan lagu tersebut saya harus kembali membuka YouTube.

Oh iya, donlot ajaah.. Kan bisa tuh di donlot file .flv nya. Udah sih.., udah di download. Tapi nanti kan playernya adalah player video. Jadi saya tidak bisa memutarnya dengan memasukkannya ke dalam player audio saya di Ubuntu Intrepid, yaitu Amarok. Iya sih.., Amarok bisa memainkan file flv juga (walaupun gambarnya tidak keluar). Tapi jika digabungkan dalam sebuah berkas playlist, seringkali file flv tersebut tidak dimainkan dengan benar. Continue reading “Mencari Mp3 di YouTube dengan Linux”

Beralih ke Ubuntu Intrepid, Pertahankan Java dan Eclipse Anda

Saya baru saja melakukan upgrade fresh install Ubuntu Intrepid tadi sore. Sayangnya, DVD repositorynya belum tersedia. Jadi terpaksa ritual pemasangan perangkat lunak setelah fresh install tidak bisa saya lakukan dengan mudah. Duuh.. sedih deh..

Gini nih, saya kan biasa pakai Eclipse (dengan PDT) untuk bercoding CakePHP ria.. Nah, ketika saya selesai install Ubuntu Intrepid, tentu saja saya perlu menginstal ulang Java SE nya. Mudah memang dengan apt-get, tetapi koneksi saya hanyalah 3G dari TelkomselFlash, yang kecepatannya.. (hmm.. takut OOT..). Jadi tidak mungkin saya melakukan apt-get install java, yang besar paketnya *sekian* MB itu.

Untungnya saya sangat jenius.. (keliatan kan?).  Sebelum pasang Intrepid, saya buat backup dari J2SE saya. Saya salinlah direktori /usr/lib/jvm/java-sun-6-sdk ke /media/adata/opt. Kebetulan Eclipse pun saya pasang (install) di direktori yang sama. (/media/adata/ saya symbolic link ke /home/laban/adata). Dengan begitu saya tidak perlu mengunduh ulang Java SE lewat apt-get.

Berikutnya saya coba jalankan perintah java di terminal. Dan muncul pesan error bahwa berkas jre/lib/i386/jvm.cfg tidak ditemukan. Ternyata berkas tersebut merupakan symbolic links dari /etc/jvm.cg. Sementara berkas tersebut terlupakan untuk saya salin dari Ubuntu Hardy sebelumnya.

Akhirnya saya buat sendiri berkas tersebut. Tapi isinya apa? Hmm.. butuh 10 googling untuk tahu apa isinya. Dan ternyata cukup dengan dua baris ini sudah bisa berjalan : Continue reading “Beralih ke Ubuntu Intrepid, Pertahankan Java dan Eclipse Anda”

Bagi – bagi Partisi di Linux

Langsung saja. Ini lanjutan dari tulisan sebelumnya tentang partisi di Linux.

Partisi saya adalah sebagai berikut :

/dev/sda1 : Wincrot
/dev/sda2 : Linux
/dev/sda5 : ADATA
/dev/sda6 : BDATA
/dev/sda7 : EXTRA
/dev/sda8 : Swap

Partisi Linux dan Wincrot dibuat pada saat instalasi. Sedangkan partisi sisanya dibuat belakangan dengan program GParted (di Ubuntu Linux).

Tujuan : Saya mau punya partisi yang pemakainnya semudah di Windows (Drive D, Drive E, Drive G, dll).

Catatan : Semua isi tulisan ini berorientasi pada distro Ubuntu Linux dengan desktop GNOME.

Analogi dengan Windows Explorer, maka di GNOME file browser (Nautilus), saya rasa bentuknya akan menjadi seperti ini :

Nautilus Explorer

Nah agar bisa jadi seperti itu, caranya : Continue reading “Bagi – bagi Partisi di Linux”

Pentingnya Membagi Partisi di Linux

GParted LinuxSaya seringkali menemukan pengguna Linux yang hanya menggunakan 1 partisi untuk keseluruhan Linuxnya. Kemudian untuk menyimpan data, biasanya dilakukan dengan membuat direktori – direktori khusus di dalam direktori HOME nya. (Contoh : /home/laban/kerjaan, /home/laban/foto). Ada juga yang membaginya menjadi dua bagian : / (root) dan /home.

Apakah salah membagi partisi seperti itu?

Tentu saja tidak.. Tapi kalau bagi saya pribadi tidak aman.. Begini contoh kasusnya (pengalaman pribadi sih).

Contoh Kasus I

Saya menginstal Ubuntu Linux. Dan semua kerjaan saya di linux ini ya saya simpan di partisi Linux ini. Preview partisinya kurang lebih begini :

/dev/sda1 : Linux

/dev/sda2 : Swap

Di folder home user (/home/laban), saya buat direktori tempat saya menyimpan file – file saya : (/home/laban/web, /home/laban/gambar, /home/laban/surat-surat)

Suatu hari, saya bermain – main dengan compile kernel. Setelah selesai saya restart. Dan ternyata Kernel Panic..! Saya tidak bisa masuk ke Linux. Dan bodohnya, saya tidak punya backup image kernelnya yang lama..

Beberapa trik sebenarnya bisa dilakukan agar saya bisa kembali lagi menggunakan Linux itu. Tapi pengalaman saya sendiri, susah mencari dokumentasinya. Tanya di forum dan milis, belum tentu bisa dapat jawaban yang benar dalam waktu cepat. Percaya atau tidak, saya lebih memilih untuk melakukan instal ulang.

Tapi tunggu.., kalau install ulang, berarti /dev/sda1 di format semua dong? Gimana dong datanya?

> Hmm… tenang saja. Kan bisa pake Live CD. Dengan Live CD partisi di hardisk kan bisa dibaca.

Tapi di copy kemana?

> Oh iya ya.., kan partisinya cuma satu. Oh iya.., diburn aja ke DVD. LinuxMint itu kalo gak salah bisa ngeburn DVD kok.

Lha, kan DVD-ROM nya dipake buat jalanin Live CD nya..

> Ouchh…

Contoh Kasus II

Saya menginstal Ubuntu Linux. Dan semua kerjaan saya di linux ini ya saya simpan di partisi Linux ini. Preview partisinya kurang lebih begini : Continue reading “Pentingnya Membagi Partisi di Linux”

Pengalaman Upgrade Hardisk Laptop di Linux

Tadinya saya mau kasih judul Panduan Singkat Upgrade dst.. Tapi kok kesannya seperti kebanyakan buku – buku IT di Indonesia yang berjudul Panduan Lengkap bla.. bla.. , padahal isinya gak ada lengkap – lengkapnya. Jadi, beginilah judulnya sekarang.

Ok, ceritanya gini. Tanggal 27 Agustus kemarin, saya membeli hardisk laptop SATA, bermerk Hitachi, dengan kapasitas 160GB. Kenapa Hitachi? Karena katanya orang – orang di forum – forum dan teman yang yang ngerti komputer, hardisk notebook internal Hitachi itu bagus (karena saya gak ngerti komputer, saya manut aja kata mereka). Kenapa 160GB? Karena kalo 250GB takut notebooknya gak kuat.. (*emang bisa ya gitu?). Kenapa tanggal 27 Agustus belinya? Aah.. gak usah dibahas.

Hmm.. baiklah. Jadi notebook saya sebelumnya kapasitas hardisknya hanya 60GB. Kemudian saya mau hardisk saya yang lama ini dijadikan hardisk internal (biar bisa copy film dan lagu – lagu dari warnet). Dan hardisk yang baru itu jadi hardisk primary saya.

Masalahnya, saya tidak mau install ulang Linux saya. Konfigurasi di dalemnya sudah benar – benar kustom. Males rasanya harus backup konfigurasinya satu – satu. Selain itu, juga karena teman saya yang nista bin biadab itu (he..he..) sedang pulang kampung. Sementara, dialah salah satu kolektor ISO Linux di Jogja. Jadi kalo saya mau install program di luar CD installer Ubuntu, saya tidak punya repo nya. Kok gak apt-get ke kampus ajah? Ya gak enaklah, kan sudah bukan … emmm.. ah sudahlah.. 😉

Intinya saya ingin agar hardisk 160GB itu isinya sama dengan hardisk 60GB saya. Cuma bedanya kapasitasnya beda.

Partisi hardisk lama saya :

/ (root) (primary): 5.5GB, ext3

ADATA (extended) : 15GB, ext3

BDATA (primary) : 15GB, ext3

LAGU (primary) (jangan tanya legal ato enggak) : 8GB, fat32

Swap (extended): 1GB, swap

MS Wincrot (primary) : 10GB, ntfs

Dan saya mau partisi hardisk 160GB saya jadi :

/ (root)  (primary) : 10GB, ext3

ADATA (extended):  50GB, ext3

BDATA (extended) : 50GB, ext3

EXTRA (extended) : 31GB, ext3

Swap (extended) : 1GB, swap

MS Wincrot (primary):  10GB, ntfs

Sebenarnya ini “semudah” melakukan clone hardisk atau clone partisi kan? Saya kira juga begitu. Tetapi ternyata tidak, karena sebagian partisi yang di hardisk lama primary, sedangkan di hardisk baru saya mau jadi extended.

Langkah Prapercobaan

Hardisk lama saya keluarkan, saya pasang ke casing hardisk eksternal (yg saya beli seharga 70rb, tapi kabel USB nya kualitas ecek – ecek.. ). Hardisk baru saya pasang ke laptop.

Jadi hardisk di notebook saya kosongan, dan yang berisi OS dan data ada di External Case.

Perhatian, ini tulisan yang cukup panjang.. bersiaplah.. 😛 Continue reading “Pengalaman Upgrade Hardisk Laptop di Linux”

Masalah pada TelkomselFLASH Unlimited dari Kartu HALO

Sekitar tanggal 21 Juli lalu, tiba – tiba saya tidak bisa mengirim SMS dan melakukan panggilan. Saya biarkan hingga tanggal 23. Tetap tidak bisa. Akhirnya call 111, ternyata saya belum bayar tagihan bulan itu.., makanya kartu saya diblokir (salah saya…, he..he..) Tanggal 23 Juli, saya bayar tagihannya. SMS dan telpon sudah kembali normal. Tetapi saya … Continue reading Masalah pada TelkomselFLASH Unlimited dari Kartu HALO