Tadinya saya mau kasih judul Panduan Singkat Upgrade dst.. Tapi kok kesannya seperti kebanyakan buku – buku IT di Indonesia yang berjudul Panduan Lengkap bla.. bla.. , padahal isinya gak ada lengkap – lengkapnya. Jadi, beginilah judulnya sekarang.
Ok, ceritanya gini. Tanggal 27 Agustus kemarin, saya membeli hardisk laptop SATA, bermerk Hitachi, dengan kapasitas 160GB. Kenapa Hitachi? Karena katanya orang – orang di forum – forum dan teman yang yang ngerti komputer, hardisk notebook internal Hitachi itu bagus (karena saya gak ngerti komputer, saya manut aja kata mereka). Kenapa 160GB? Karena kalo 250GB takut notebooknya gak kuat.. (*emang bisa ya gitu?). Kenapa tanggal 27 Agustus belinya? Aah.. gak usah dibahas.
Hmm.. baiklah. Jadi notebook saya sebelumnya kapasitas hardisknya hanya 60GB. Kemudian saya mau hardisk saya yang lama ini dijadikan hardisk internal (biar bisa copy film dan lagu – lagu dari warnet). Dan hardisk yang baru itu jadi hardisk primary saya.
Masalahnya, saya tidak mau install ulang Linux saya. Konfigurasi di dalemnya sudah benar – benar kustom. Males rasanya harus backup konfigurasinya satu – satu. Selain itu, juga karena teman saya yang nista bin biadab itu (he..he..) sedang pulang kampung. Sementara, dialah salah satu kolektor ISO Linux di Jogja. Jadi kalo saya mau install program di luar CD installer Ubuntu, saya tidak punya repo nya. Kok gak apt-get ke kampus ajah? Ya gak enaklah, kan sudah bukan … emmm.. ah sudahlah.. 😉
Intinya saya ingin agar hardisk 160GB itu isinya sama dengan hardisk 60GB saya. Cuma bedanya kapasitasnya beda.
Partisi hardisk lama saya :
/ (root) (primary): 5.5GB, ext3
ADATA (extended) : 15GB, ext3
BDATA (primary) : 15GB, ext3
LAGU (primary) (jangan tanya legal ato enggak) : 8GB, fat32
Swap (extended): 1GB, swap
MS Wincrot (primary) : 10GB, ntfs
Dan saya mau partisi hardisk 160GB saya jadi :
/ (root)Â (primary) : 10GB, ext3
ADATA (extended):Â 50GB, ext3
BDATA (extended) : 50GB, ext3
EXTRA (extended) : 31GB, ext3
Swap (extended) : 1GB, swap
MS Wincrot (primary):Â 10GB, ntfs
Sebenarnya ini “semudah” melakukan clone hardisk atau clone partisi kan? Saya kira juga begitu. Tetapi ternyata tidak, karena sebagian partisi yang di hardisk lama primary, sedangkan di hardisk baru saya mau jadi extended.
Langkah Prapercobaan
Hardisk lama saya keluarkan, saya pasang ke casing hardisk eksternal (yg saya beli seharga 70rb, tapi kabel USB nya kualitas ecek – ecek.. ). Hardisk baru saya pasang ke laptop.
Jadi hardisk di notebook saya kosongan, dan yang berisi OS dan data ada di External Case.
Perhatian, ini tulisan yang cukup panjang.. bersiaplah.. 😛 Continue reading “Pengalaman Upgrade Hardisk Laptop di Linux”