“Nabok Nyilih Tangan” ini istilah dalam bahasa Jawa, tapi sepertinya sudah umum diketahui masyarakat secara nasional. Belakangan (atau mungkin dari dulu kali ya), ini sering sekali dilakukan media-media online.
Kalau kita ambil contoh kasus sewaktu Pilpres 2014 kemarin, media-media online itu tidak jarang memberikan judul sensasional dengan isi yang sebenarnya tidak sesuai substansi judulnya. Ilustrasinya seperti ini:
Judul: “Jokowi itu koruptor !”
Isinya: .. ujar tukang ojek yang biasa mangkal di Tanah Abang
Judul: “Prabowo itu antek asing !”
Isinya: ..ujar abang-abang penjual mie ayam di depan kampus Moestopo
Saya enggak tahu sih tujuannya apa. Entah mereka memang sekadar cari trafik (iya, bisnis media online itu kejam), atau memang media-media ini sedang melakukan framing (nabok nyilih tangan tadi).
Beberapa kali saya baca di kolom komentar, ada juga yang sadar. Kurang lebih isi komentarnya, “Ah.., kalau mau ngomongin jelek-jelek tokoh politik satu ini, pasti elo (si media online), ngutip kata-kata si pengamat satu ini. Dia kan emang benci sama do’i..”.
Dengan ramainya social media seperti sekarang, seringkali orang-orang hanya meng-capture judulnya, lalu mem-forward-nya kemana-mana. “Tuh.. Ini resmi loh di media X, Jokowi itu emang koruptor..!”. “Nah kan, kalian gak percaya sih, ini headline resmi di media Y, Prabowo itu memang antek asing !”. Lalu peranglah opini publik di social media. Ya mungkin memang itu tujuannya ya.
Ada sih media online yang masih lebih pas menuliskan judulnya. Kurang lebih jadinya seperti ini:
Judul: “Tukang Ojek: Jokowi itu koruptor !”
Judul: “Penjual Mie Ayam: Prabowo itu antek asing !”
Lebih mendingan. Jadi dari awal kita tahu konteksnya. Kalau itu ucapan dari seseorang. Bukan pernyataan resmi dari media tersebut.
Catatan: “Tukang ojek”, dan “penjual mie ayam” ini tentu contoh ngasal. Pada kenyataannya sih biasanya yang ngomong adalah pengamat dari lembaga something-something, atau dosen dari kampus, atau anggota partai sebelah, dst.
Lalu kenapa judul tulisan ini malah sama aja seperti contoh-contoh di atas? 😉
Kenapa judulnya pakai tanda koma? Kan sudah ada kata penghubung “dan”. *komentar ngasal*
Wooo iyaa.. 😀 Udah dibenerin.
kadang lelah dengan politik di Indonesia, sampai-sampai jadi gak pingin dengar berita lagi soalnya pasti ada politiknya itu dan akan berlanjut selama berhari-hari dengan topik yang sama
dikunjungi ya website sya ngan :
http://www.3teria.com/