Ini lanjutan dari cerita sebelumnya. Setelah gagal membuat paspor di kampung halaman, akhirnya saya memutuskan untuk membuat paspor di Jakarta saja, tapi baru terlaksana 6 bulan kemudian 😛 Saya mikirnya, kalau di kampung halaman sendiri saja ribet, apalagi di Jakarta. Belum lagi kalau cari – cari info di internet banyak juga cerita ribetnya ngurus paspor.
Ok, jadi saya sebelumnya buka – buka lagi situs Imigrasi untuk mencari prosedur resminya. Dari beberapa teman ada cerita kalau daftar via online lebih cepat dan gak ribet, walaupun di internet banyak juga yang ceritanya kebalikannya.
Berikut langkah – langkah yang saya lewati kemarin :
- Dokumen wajib di scan dulu (inget, scan hitam putih.. dan ada maksimum size nya untuk tiap berkas, saya lupa berapa). Dokumen yang saya scan : Kartu Keluarga, KTP, Surat Rekomendasi Kantor, dan Ijazah kuliah.
- Sebelum mendaftar online, pastikan dulu komputer yang anda gunakan terkoneksi dengan internet (ya eyalaaah..) + printer (!), karena di akhirnya ada bagian yang harus di-print.
- Cari tahu juga tentang lokasi kantor – kantor imigrasi yang akan anda datangi, apa nama resminya (misal : Kanim I Kelas Khusus bla.. bla..). Nanti saya ceritain dibawah soal ini.
- Masuk ke situs imigrasi (http://www.imigrasi.go.id) ada menu “Layanan Paspor Online”. Saat tulisan ini dibuat sih, linknya kesini : http://ipass.imigrasi.go.id:8080/xpasinet/faces/InetMenu.jsp
- Pilih menu “Pra Permohonan Proposal”, isi formnya dan lanjutkan. Oh iya, saya membuat paspor yang 48 lembar. Kata beberapa teman ada negara yang tidak menerima paspor 24 lembar. Teman yang lain bilang, kalau paspor 24 lembar sekarang hanya untuk TKI. Saya enggak tahu juga kebenarannya.
- Di bagian upload silahkan upload masing – masing dokumen yang diperlukan.
- Nanti ada bagian untuk memilih kapan tanggal mau datang ke kantor Imigrasi dan pilihan kantor Imigrasinya. Tanggalnya itu H+1 lho. Wow.. cepat sekali ternyata via online. Kalau masukin manual kan harus masukkan berkas, datang lagi berapa hari kemudian.
- Nah terakhir akan muncul halaman yang harus dicetak. Disini tertera tanggal dan lokasi Kanim yang harus didatangi. Surat ini harus dibawa waktu kesana.
- Sebelum berangkat ke kantor imigrasi, pastikan anda membawa semua dokumen aslinya, bahkan yang tidak diupload. (Saya tetap bawa Akte Kelahiran, Ijazah SMP, sampe surat keterangan ijin dari ortu *biar kantor Imigrasinya gak dimarahin ortu saya kalau saya kabur ke luar negri #uhuk).
- Tidak perlu bawa fotokopinya, fotokopinya nanti aja di kantor Imigrasi. Soalnya biasanya ada aturan soal fotokopi ini (diperbesar dua kali lah, bolak – baliklah, dsb..)
- Saya pilih Kanim Jakarta Barat (di deket stasiun Kota, tepatnya deket lapangan Museum Fatahillah itu). Sampai disana sekitar jam 9 pagi.
- Nanya petugas untuk yang online gimana, jawabannya : “Isi formulir dulu mas.., formulirnya di sebelah, gratis kok”. Sampai disini saya mulai skeptis.. Kan sudah input data online, kok ngisi form manual lagi? Wah.. jangan – jangan ini jadinya harus masukin manual. Saya telpon seorang teman, soalnya ceweknya pernah bikin paspor online. Ternyata jawabannya bikin lebih was – was. Setelah mereka datang ke kantor Imigrasi Jakarta Selatan, petugasnya bilang kalau sistemnya lagi gak bisa diakses atau apalah gitu, intinya gak bisa aja. Jadi harus proses manual lagi.
- Ya sudahlah, nanggung dah sampai situ. Jadi saya isilah formulirnya. Saya tanya ke satpamnya, dibilang harus beli map di koperasi. (Entahlah ya.., kayaknya urusan beli map ini sudah jadi protokol standar di kantor pemerintahan. Iya enggak sih? Atau enggak ya?) Tapi harganya masuk akal kok jadi no-problemo lah. Saya pikir juga biar yang ngurusin gak ribet. Bayangin aja kalau mapnya berwarna – warni, beda – beda ukuran. Kan alay – alay juga bikin paspor cuy.. 😛
- Map sudah, formulir sudah, lanjut ambil nomor antrian (antrian kaya di bank itu loh, yang pake LCD + suara mbak – mbak otomatis dari speaker, canggih juga disini).
- Setelah menunggu sebentar (sekitar sejam), akhirnya saya dipanggil. Sejam ini cepet lho beneran.. Karena ternyata ada loket khusus untuk yang daftar online. Melihat loket ini semangat saya kembali menggebu – gebu (halah). Loket yang manual, antriannya ampuun deh. Ibu – ibu di sebelah saya sampai pergi ke museum dulu jalan – jalan (beneran…!).
- Berkas saya diperiksa di loket khusus ini. Dokumen aslinya diminta untuk diperiksa.
- Ternyata upload-an saya tidak bisa didownload sama petugasnya. Di sistem kosong. Jadi dia minta fotokopian berkas saya. Saya sempat bingung, hati saya gundah.. apakah.. ini artinya saya harus balik ke proses manual ?? Apakah saya harus antri lagi?? Oh tidakk.. apakah saya juga harus ikut ibu – ibu tadi jalan – jalan ke museum sambil nunggu antrian? *ehm! Ternyata tidak, petugasnya nanti yang meng-scan dokumen saya itu, tapi harus menunggu lagi 1 jam. Memang sibuk banget sih sepertinya di dalam ruangan itu.
- Kemudian ditanya mau langsung bayar, foto dan wawancara hari ini atau hari lainnya? Saya bilang hari ini saja, tanggung biar beres sekalian. Saya duduk lagi, menunggu nama saya dipanggil.
- Nama saya dipanggil, petugas minta saya menunjukkan KTP, lalu diberikan semacam kuitansi dan nomor antrian untuk pembayaran. Oh noo.., no antrian lagi. Dan saya lihat di monitor, jauh jaraknya. Saya ingat saya dapat nomor 302 A.
- Menunggu lama, dan jam 12 istirahat. Jam 1 buka lagi, menunggu lagi. Setelah nomor antrian dipanggil, saya bayar, besarnya : Rp. 225.000,- saja. Lalu dikasih nomor antrian lagi untuk foto dan wawancara. Oh noo.. not another nomor antrian.. 😐
- Foto dan wawancara di gedung yang berbeda. Ada dua tempat foto dan wawancara. Ruang foto dan wawancara yang ber-AC (dekat loket pembayaran tadi) sepertinya khusus untuk yang rombongan, tour travel, dan.. “jalur khusus” Mungkin ya, saya gak nanya juga sih. Bisa jadi juga karena memang penuh banget antriannya, jadi dibikin dua ruang.
- Saya dapat nomor 74, dan antrian masih nomor 62, jarum jam sudah menunjukkan pukul setengah 2 siang. Setelah bertanya ke salah satu petugas, diberi tahu nanti nomor akan dipanggil untuk foto. Saya main game Sea Empire dulu di Android, menunggu nomor saya dipanggil.
- Sekitar pukul setengah 3, tiba – tiba seorang petugas keluar dari ruang foto, sambil berteriak ke penonton, “masih mau digoyang..?! Yang disanaaaah…!” Enggak ding. Dia nanya “Siapa lagi yang belum foto?” Dan ternyata, untuk foto enggak usah ngantri, cepet – cepetan aja.. Pantes aja dari tadi ribut mulu di depan ruang foto. Damn.., 1 jam sia – sia. (Tapi untuk wawancara tetap mengikuti nomor antrian)
- Sekitar pukul 3 sore, break dulu, petugasnya sholat. Sebagian yang mengantri terlihat jenuh sepertinya, ada yang pesen bakso, ada yang merokok di luar. Sebagian ibu – ibu ribut dengan petugas yang katanya mendahulukan antrian tertentu setelah diberi uang rokok.
- Syukurlah sebagian pengantri makan bakso, jajan, dan merokok di luar, jadi antrian jadi lebih sedikit. Akhirnya saya dipanggil. Cuma ditanya “Ohh.. kerja disini ya?” (sambil lihat surat rekomendasi kantor). Terus diminta menunjukkan dokumen asli lagi, lalu tanda tangan di atas paspor. Dan boleh pulang. Di kuitansi pembayaran tadi diberi catatan, waktu pengambilan paspor 5 hari kemudian, pukul 14.00 WIB. Waktu sudah menunjukkan pukul 4 sore, saya kembali ke tempat kerja.
- 5 hari kemudian saya datang lagi ke kantor Imigrasi Jakarta Barat ini. Saya sudah mempersiapkan mental jika harus mengantri lagi. Sampai disana pukul 13.30, nyoba ke loket sambil menunjukkan bukti pengambilan. Ternyata cukup menunjukkan KTP, tanda tangan, terus selesai, pulang dengan membawa paspor.. Aseekk.. 😀
Nah soal kantor imigrasi tadi. Milih – milih kantor imigrasi ini agak ribet juga. Sering dengar dari beberapa teman, kalo kantor Imigrasi yang A ramai sekali, yang B enggak ramai tapi seringya daftar online gak bisa diproses, atau kalau yang C, banyak calonya, jadi suka dipersulit. Entahlah, saya enggak tahu juga mana yang benar informasinya.
Tapi saya tetap mengikuti informasi salah satu teman saya. Di Kanim Imigrasi Jakarta Barat (di dekat stasiun Kota itu), katanya tidak terlalu ramai, jadi kesitulah saya walaupun sebenarnya lokasi saya lebih dekat ke Kantor Imigrasi Jakarta Selatan.
Nah waktu memilih kantor Imigrasi (sewaktu mendaftar online), perhatikan dengan detail nama dan alamatnya. Gak lucu kan kalau sampai salah alamat. *eh.. lucu sih kalau salah, dicoba aja.. >:D
Kesimpulan
Akhirnya saya puas, karena bisa mengurus paspor tanpa perlu pakai calo (mengingat saya pernah gagal membuat paspor di kampung halaman saya sendiri).
Total biaya :
- Taksi (hari I) : 120.000 (pulang – pergi)
- Biaya resmi : 255.000
- Map + sampul paspor : 7.000
- Taksi (hari II) – ke halte busway Ratu Plaza : 25.000
- Busway (pulang pergi) : 7.000
- Taksi (halte busway ke kantor) : 22.000
- TOTAL : 436.000
CATATAN : Ini tulisan lain mengenai pengalaman membuat paspor online di Kantor Imigrasi Jakarta Selatan (lengkap dengan foto – foto & screenshot)
Wah, asiknya bisa ngurus paspor dengan cara “lempeng” 🙁
Makasih buat infonya ^^