Awalnya tim kecil ini mendirikan bisnis e-commerce mereka bermodalkan semangat membabi buta dan modal seadanya. Berjalan beberapa bulan. Pertumbuhannya ada, tetapi tidak masif. Belakangan mereka mulai membuka diri. Sampai akhirnya sebuah media teknologi besar memasukkan mereka dalam daftar startup yang diunggulkan di Asia.
Di momen ini, banyak sekali pihak yang menghubungi mereka menawarkan kerjasama ataupun investasi. Belum ada yang jadi kenyataan sih. Namun beberapa masih tetap terus menjalin komunikasi dengan mereka.
Belakangan, startup yang bermarkas di kawasan Jakarta Barat ini memilih untuk pivot. Masih sama-sama e-commerce, dan masih beranggotakan tim yang sama. Mereka memilih fokus menjalankan Zataru.com, ecommerce yang fokus menjual produk kecantikan (saat ini masih didominasi produk parfum), walaupun ketiga pendirinya adalah pria tulen. Mengapa ?
Tantangan
Menurut saya sih tidak aneh. Di masa awal pendirian e-commerce sebelumnya, saya banyak berdiskusi dengan pendirinya. Tantangan mereka cukup besar. Pertama adalah produk. Walaupun mereka memiliki akses langsung ke beberapa produsen, tetapi semua produsen ini lokal. Sementara produk lokal ini bukanlah yang banyak dicari oleh pasar. Tentu, pilihan satu-satunya adalah berusaha membuka jalur ke importir besar untuk mendapatkan produk yang permintaan pasarnya besar. Tetapi ini tidak mudah. Selain dibutuhkan pendekatan yang baik, modal yang akan dikeluarkan juga tidak sedikit.
Tantangan kedua adalah pemasaran. Ya betul, PR semua startup apalagi e-commerce tentu pemasaran. Tetapi berhubung mereka memasuki pasar yang sudah dikuasai pemain besar, pertarungannya akan mati-matian. Pilihannya adalah mengambil sebagian kecil pasar, atau membuat pasar baru. Keduanya tetap membutuhkan dana yang tidak sedikit. Tidak jadi masalah jika ada dukungan pendanaan yang besar di belakangnya. Ini yang masih menjadi PR besar mereka saat itu.
Zataru.com
Lalu datanglah kesempatan kedua. Mereka menemukan cara menembus jalur khusus ke penyalur utama beberapa produk kecantikan original dengan merk yang sudah dikenal pasar. Mereka sempat terpikir untuk menyatukan produk ini di e-commerce mereka sebelumnya. Tetapi, membesarkan satu produk vertikal saja sulit, apalagi yang campur aduk.
Setelah banyak berdiskusi, memetakan persaingan di pasar, dan menimbang-nimbang sumber daya yang tersedia, keputusan bulat dicapai. Mereka harus pivot. “Kita bikin e-commerce baru saja”, ujar pendirinya. Pilihan yang logis menurut saya.
Meluncurlah Zataru.com, menggunakan teknologi yang bisa dibilang sama persis dengan e-commerce sebelumnya. Markas mereka pun masih sama. Tentu operasionalnya pun tidak jauh berbeda.
Mengapa Namanya Zataru ?
Setengah bercanda pendirinya bilang, “Kayaknya e-commerce yang gede-gede ada Z nya semua tuh bro. Amazon, Zalora, Lazada. Penting tuh ada Z nya. Hehe.” Saya lebih suka jawaban versi ini sih daripada jawaban-jawaban filosofis arti nama sebuah brand. 😛
Hasil
Dalam hitungan 2 bulan, kunjungan ke websitenya masih di sekitar 3000-4000 an sebulan. Nilai penjualannya per bulan sih tergolong kecil, masih di hitungan 2 digit (juta) rupiah saja. Tetapi total nilai penjualan Zataru selama 2 bulan ini, sudah sama dengan total penjualan di e-commerce mereka sebelumnya. Padahal e-commerce sebelumnya itu sudah berjalan paling tidak setengah tahun.
E-commerce mereka sebelumnya akan tetap berjalan sampai stock mereka habis. Tetapi mereka tidak akan melakukan pemasaran lagi. Fokus mereka sudah ke Zataru.
Dengan lancarnya persediaan barang dagangan utama mereka, satu tantangan besar sudah teratasi. Sekarang mereka bisa fokus ke pemasaran. Jika nanti pemasaran mereka pun sukses, tentu tantangan berikutnya adalah logistik. Tetapi jika mereka sudah mengalami logistik, berarti mereka sudah naik level. Aroma kesuksesan sudah mulai tercium. Semoga kali ini tidak pivot lagi.