Hasil sama tapi proses beda, atau proses sama tapi hasil beda? Anda pilih mana? (Umum : Bag.1)

5 thoughts on “Hasil sama tapi proses beda, atau proses sama tapi hasil beda? Anda pilih mana? (Umum : Bag.1)”

  1. ye.. sependapat..

    kalo aku sih, nyantai aja.
    tiap orang punya rejeki masing-masing. gak perlu ngiri. jalani aja apa yang kamu bisa, ntar pasti ada balesannya masing-masing..

    kalo selama ini nilai ente kagak ada yg bagus, siapa tau emang otak ente cuma segitu? hehehehe becanda bro! ;p

    pokoke think positive aja. gak perlu ngomongin sesuatu yg bikin sakit ati.. 😀

  2. Siipp… bro. Makaasih atas sarannya.
    Gimana kabar MIPA?? aman..?
    Jangan – jangan dah kau hack pula jaringan di kampus MIPA 😀

  3. Sebenarnya yang perlu diperbaiki adalah tujuan kita untuk belajar. Kita belajar untuk mengetahui suatu fenomena-fenomena yang ada. Kita belajar untuk “to learn how to learn the nature”. Kalau tujuan kita belajar mendapatkan nilai A atau B sebenarya itu sih gak masalah, tetapi bukanlah suatu hal yang bijak. Menurut saya, belajar adalah pembelajaran seumur hidup. Jadi kalau anda mengatakan bahwa dengan belajar dan tidak belajar hasil yang diperoleh sama, terus terang saya 100% tidak setuju. Meskipun orang yang tidak belajar tadi nilainya bagus, tetapi dia kehilangan makna dari proses pembelajaran seperti interaksi antar teman kuliah dan interaksi antar dosen dengan mahasiswa. Orang tadi kehilangan “indepth knowledge” (pengetahuan yang mendalam) tentang fenomena alam akibat dia tidak belajar (meskipun nilainya bagus). Hal ini berbeda dengan orang yang belajar, karena dia mengetahui secara mendalam tentang fenomena alam. Sebagai contoh: orang yang membuat ayam goreng. Dia bisa membeli buku tentang cara memasak ayam goreng yang lezat (pengandaian tentang orang yang tidak belajar) atau dia bisa mencoba sendiri cara membuat ayam goreng yang lezat (pengandaian untuk orang yang belajar). Untuk orang yang membeli buku cara membuat ayam goreng yang lezat maka tentulah hasil ayam gorengnya pastilah lezat. Tetapi dia tidak bisa berkreasi karena sudah terpatok dengan resep yang sudah baku. Hal ini berbeda dengan orang yang mencoba membuat ayam goreng yang lezat. Pada percobaan pertama mungkin saja ayam goreng yang dia hasilkan tidak enak, tetapi seiring dengan berjalannya waktu dia akan menjadi seorang expert di bidang pembuatan ayam goreng (karena sering mencoba-coba), dan kemudian dia bisa membuat buku resep tentang cara membuat ayam goreng yang lezat. Hasil yang diperoleh cara pertama (membeli buku resep) lebih singkat daripada hasil yang diperoleh cara kedua (mencoba-coba), tetapi hasil yang kedua lebih “tahan lama” dan “stabil” daripada hasil yang pertama. Mungkin cuma ini dulu. Tks atas perhatiannya.

  4. Jadi kalau anda mengatakan bahwa dengan belajar dan tidak belajar hasil yang diperoleh sama, terus terang saya 100% tidak setuju

    Nah berarti anda salah menyimak kata2 saya..
    Saya juga gak setuju kok dengan itu. Liat baik2.., saya kan bilang “kesimpulan begonya”. Liat ada kata “bego”, yang artinya bodoh.

    Artinya.., kesimpulan kaya gitu adalah kesimpulan bodoh.. Dan enggak benar. Di sekitar paragraf terakhir juga kan dah kusebutkan.

    Cuma memang kesimpulannya belum kutulis. Dah lupa.. 😀

Leave a Reply to teddya Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *