Bereksperimen dengan Logic Pro X Membuat Dance Music

Selama beberapa tahun saya terbiasa menggunakan Digital Audio Workstation (DAW) yang bernama Ableton. Ketika masih di Windows, ataupun ketika sudah berganti ke laptop Mac. Kekurangannya, hampir semua instrumen bawaan Ableton tidak pernah saya gunakan. Mentok saya cuma gunakan untuk membuat white-noise.  Jadinya sangat bergantung dengan VST. Setelah install ulang Mac saya dengan OS terbaru (Sierra), … Continue reading Bereksperimen dengan Logic Pro X Membuat Dance Music

Sotoy Beli Midi Controller

Ini cerita lama sebenarnya. Di sekitar tahun 2012 saya cukup aktif ngoprek musik digital. Membuat musik ala-ala EDM, atau kadang rekaman ala kadarnya lalu ditambahkan instrumen musik digital. Dari awalnya coba-coba, belakangan setelah melihat postingan dari @nartzco, saya ikut-ikutan membeli keyboard midi controller M-Audio Keystudio 49. Saya ingat momen ketika membeli midi controller di toko alat … Continue reading Sotoy Beli Midi Controller

Membuat Musik Digital Menggunakan Software Open Source

Semasa kuliah, perangkat lunak open source seputar pengolah musik yang saya tahu hanya Audacity dan LMMS. Kalau di Windows sempat kenal Fruity Loops (sekarang berganti nama jadi FL Studio), tapi sebentar saja. Jadi saya tidak tahu banyak. Bahkan cenderung bingung dengan konsepnya, walaupun banyak yang bilang sangat mudah. Circa 2009 Setelah di Jakarta, saya kembali ngoprek … Continue reading Membuat Musik Digital Menggunakan Software Open Source

Tentang Membuat Lagu

Beberapa waktu belakangan ini saya cukup aktif menciptakan karya musik. Ada yang instrumental (EDM – Electronic Dance Music), ada yang lagu biasa. Proses pembuatan lagu (non-EDM) ini cukup mengherankan juga bagi saya. Beberapa variasinya : Saya menemukan nadanya dulu (entah di jalan, di kamar mandi, di mall, dll). Nada ini segera saya rekam di handphone. … Continue reading Tentang Membuat Lagu

Slank dan Kaskus

Dulu, waktu jaman saya SMP, Slank sangat dekat dengan anak – anak remaja, terutama anak sekolahan. (sekarang saya kurang tahu). Slank bagi remaja seusia saya waktu itu adalah simbol kebebasan, simbol perlawanan, dan sebagai salah satu bentuk identitas. Tas – tas sekolah, bahkan baju sekolah sekalipun dipasangi logo – logo Slank. Mereka , lebih bangga … Continue reading Slank dan Kaskus

Berkat YouTube Joe Satriani pun Menjadi Pengiring Solo Gitar Jeong-Hyun Lim

Joe Satriani bukanlah nama yang asing lagi di kalangan musisi. Banyak yang menyebutnya sebagai salah satu gitaris terbaik dunia. Bahkan Steve Vai (salah satu gitaris terbaik dunia juga) pada mulanya berguru pada Joe Satriani.

Jeong-Hyun Lim (seorang warga negara Korea Selatan). Ada yang tahu nama ini? Kalau anda mungkin kebetulan pernah dengar, atau melihat video solo gitar Canon D’ Rock dengan nickname funtwo, nah dialah pria yang memainkan solo gitar dalam video di YouTube tersebut. Bahkan video tersebut termasuk dalam 10 video terfavorit di YouTube hingga saat ini. *Canon D’Rock versi aslinya dibuat oleh Jerry Chang (Seorang warga negara Taiwan. Dia memberikan tablatur gitar Canon D’Rock untuk di download bebas).*

Semasa masih getol bergitar ria (*waktu masih bercita – cita jadi musisi), saya sudah banyak melihat video konser Joe Satriani, video tutorialnya, maupun video wawancaranya. Tapi seumur – umur saya belum pernah lihat Joe Satriani full jadi pengiring solo gitar gitaris lain (yang bukan “selevel” dia).

Tapi itulah yang terjadi pada acara YouTube Live 22 November 2008 lalu. Joe Satriani membawakan sedikit potongan lagunya, “Satch Boogie”.  Setelah itu langsung disambung dengan potongan hits lainnya, “Surfing With The Alien”, tetapi kali ini berduet dengan Jeong Lim. Dan ini disambung lagi dengan lagu ketiga, “Canon D’Rock”. Di lagu ini Jeong Lim jadi lead gitar, dan Joe Satriani “cuma” jadi pengiringnya (rythem) (!). Continue reading “Berkat YouTube Joe Satriani pun Menjadi Pengiring Solo Gitar Jeong-Hyun Lim”

Batak Rock !

Di lingkungan musisi dan kalangan masyarakat Batak, nama Vicky Sianipar mungkin tidak asing lagi. Pria berdarah Batak kelahiran Jakarta ini banyak mengaransemen ulang musik – musik tradisional Batak menjadi musik yang modern. Banyak anak muda Batak yang awalnya tidak begitu tahu lagu Batak, setelah mendengar hasil aransemen Vicky menjadi sangat menyukai lagu – lagu tradisional … Continue reading Batak Rock !

Saatnya Band (Musisi) Tidak “Menjual Lagu”

Setelah diskusi dengan beberapa orang teman yang terlibat di dunia band indie, ada beberapa hal yang cukup menarik perhatian. Diantaranya adalah era masa depan industri musik Indonesia. Kurang lebih begini rangkumannya:

Anda punya band? Atau anda musisi? Anda membuat lagu? Anda sudah rekaman (recording)? Nah, itu proses yang biasanya dilakoni band/musisi. Oh iya, rekaman yang dimaksud disini adalah rekaman swadaya (recording dengan biaya sendiri). Selanjutnya ngapain ya?

Nah, tahap selanjutnya setelah proses rekaman inilah yang sering kali membingungkan. Beberapa band/musisi melakukan promo album, di antaranya dengan kerjasama dengan industri lain (biasanya rokok), dan yang paling umum menggandeng partner dari media radio dan distro – distro.

Harapannya adalah lagu mereka bisa dikenal publik dan akhirnya laku terjual. Apakah metode seperti ini akan terus bertahan untuk waktu – waktu ke depan? Sementara sekarang adalah jaman digital, sehingga lagu yang dijual dalam bentuk CD dengan benderol harga lumayan bisa dengan mudah digandakan (dibajak) dan disebarluaskan secara gratis (dan ilegal).

Contoh paling mudah adalah launching album terbaru PeterPan beberapa waktu lalu. Bahkan sebelum album “Hari yang Cerah” tersebut dilaunching secara resmi, seluruh lagu dalam satu album tersebut sudah berdengung di seputar kost-kostan daerah Jogja . Dan tentunya “hal biasa” ini tidak hanya terjadi di Jogja saja bukan? Dan tentunya tidak hanya album PeterPan saja, Kangen band juga (ouhh.. , topik sensitif ya :D).

Untuk band sekelas PeterPan, Padi, Dewa19, Slank, dll mungkin hal ini tidak berpengaruh banyak. Pendapatan mereka tetap berlebih. Tapi bagaimana dengan mereka yang berjalan di jalur indie? Pangsa pasar sedikit, bertahan susah, masih dibajak lagi.. (helahh…, sedih banget..)

Bagaimana jika sekarang skemanya kita ubah. Musisi, ciptakan karya, rekaman (baik itu rekaman yang profesional maupun amatir), setelah itu berikan lagu anda secara gratis. Continue reading “Saatnya Band (Musisi) Tidak “Menjual Lagu””