Menjelang Natal 2013 tahun lalu, saya dan beberapa rekan kerja nongkrong di salah satu café yang cukup popular di daerah Kemang. Seperti banyak pengunjung lainnya, saya pun mengupdate status di social media. Check in di Path dengan keterangan “IT Gathering”.
Tepat setelah menutup Path, ponsel saya jatuh dari meja ke lantai. Teman-teman saya sontak bercanda “Wahhh.., hancur lebur tuh.., rusak pasti”. Saya pun menimpali dengan bercanda juga “Yaelah.., rusak ya tinggal beli baru. Jangan kayak orang susah..” Teman-teman saya hanya tertawa sambil menikmati minuman dari gelas masing-masing. Dan setelah saya ambil ponsel saya dari lantai, beginilah bentuknya.
Deemmm..! Kemakan omongan sendiri. Seperti diduga, di saat-saat seperti ini teman yang baik pasti akan…. tertawa ngakak. Apalagi keesokan paginya saya akan berangkat ke Riau dengan penerbangan pertama. Ini artinya saya tidak punya waktu lagi untuk service ponsel saya. Apess lah.
Tadinya saya kira layar Gorilla Glass di Nexus 4 itu akan cukup kuat untuk mengalami benturan kecil ketika jatuh dari atas meja. Ketika saya servis di LG Service Center (Panglima Polim, Jakarta Selatan), saya sempat mengeluh ke petugasnya “Katanya gorilla glass mas. Kok ya retak parah gini juga”. Si petugas cuma senyum sambil jawab “Ya.., gorilla glass itu anti gores mas, bukan anti pecah”. Iya juga sih ya. Ekspektasi saya saja yang terlalu berlebihan dengan kampanye pemasaran gorilla glass ini.
Oh iya, biaya ganti layar (jadi satu sama LCD) Nexus 4 ini 1,5 juta. Lama pengerjaan sekitar 3 hari.
Turut berduka mas, untung nggak sampai RIP tuh Nexus. Mungkin sudah waktunya minta ganti 😉