Seperti Inilah Sulitnya Membuat Satu Halaman Website

93 thoughts on “Seperti Inilah Sulitnya Membuat Satu Halaman Website”

  1. Yang salah ya developernya:

    1. Ngga konfirm dulu dari awal ke supervisornya (e.g. Direktur IT) kalo dapet rekues dari Presiden Direktur.
    2. Ngga ngelakuin requirement gathering lengkap dengan paper/electronic trail biar kalo dibilang ada yang kurang bisa nunjuk ke requirement di awal. Kalo memang perusahaannya butuh CYAE (Cover-Your-Ass-Engineering) ya praktekanlah CYAE.
    3. Setiap ada change request langsung diterima tanpa berlindung di balik atau inform ke supervisornya. Bikin paper/electronic trail yang jelas juga biar punya bukti kalo disalahin. Again, CYAE.

    Note: CYAE ngga baik buat maturity seorang engineer. Kalo Anda berkerja di perusahaan yang terus menerus memaksa anda mempraktekkan CYAE, mending pindah ke perusahaan lain.

  2. ini lucu sih 😀 dan ini baru kisah developer in-house. coba kalo yg versi agency. prosesnya bisa tambah panjang lagi 😀

  3. 1. Jarang sih staf biasa yg mau minta Dir. IT nya buat confirm detail request ke Presdir? Kalau pun akhirnya berani, bisa ditebak jawabannya “Bikin aja dulu, nanti direview”.
    2. Walaupun sudah ada sistem approval tercanggih, kalau Direktur, apalagi Presdir yang bersabda, percayalah, pada akhirnya level staf ya ikut aja.
    3. Kembali ke poin 2.

    No.. it’s not about me. Ini cuma mau nunjukin aja, kalau this is what could happened in real life web development. And this is happened a lot.

  4. Persis bro..! Ini tadinya gue mau bikin versi yang pake agency, tapi gak kebayang lagi ntar panjangnya tulisan ini jadinya. Haha.

  5. You misunderstood me. Anda di sini bukan Anda pribadi, itu juga sudah jelas dari disclaimer di akhir cerita, Anda di sini maksud saya mereka2 yang baca komentar saya.

    Saya paham betul kok suka duka web development. Been there, done that. Again, tujuan poin 2 dan 3 di atas adalah untuk Covering Your Ass, bukan supaya ada approval resmi dari Presdir. Ketika si developer dihimpit di tengah banyak stakeholder seperti di atas, dia harus pintar main politik juga kalo engga mau ujung2nya dia yang jadi tumbal buat disalahin

    Solusi yang lebih baik ya pindah ke perusahaan yang kulturnya ngga toxic kaya gitu. Biasanya memang kalau core businessnya bukan IT, kita jadi relegated ke posisi kelas dua.

  6. Menarik ceritanya, tapi saya senang dgn tim2 di divisi lain yg cukup detail. seperti wajah orang yang tampil harus ada persetujuannya, dll.

  7. Memang sih…ini kenyataan yang ada dan tidak bisa mengelah, untuk kedepannya…berhati-hatilah jika menerima job dari prerusahaan besar, jangan terima job sebelum semua jelas.

  8. bener banget, awalnya emang ga percaya ..
    yaellah 1 halaman doang, beberapa jam-an juga kelar ..

    dan ternyata 1 jaman :v belom kelar2

    yuph birokrasi antar divisi yang menyulitkan 😀 ,

  9. memang serumit ini untuk develop website. Bukan masalah seberapa pintar anda mengatasi framework, tapi juga seberapa cerdas anda menghandle berbagai macam divisi dalam perusahaan

  10. Jahat banget developernya disalahin… 🙁

    1. Ngga konfirm dulu dari awal ke supervisornya (e.g. Direktur IT) kalo dapet rekues dari Presiden Direktur. —> Trus kalo udah ke supervisor mau apa? Suru supervisornya yang tanya detailnya? Kemungkinan besar suru cari tau sendiri. Kalaupun supervisornya bantuin, cerita di atas bisa tetap terjadi toh. Bedanya cuma nambah 1 rantai (aktor) lagi.

    2. Ngga ngelakuin requirement gathering lengkap dengan paper/electronic trail biar kalo dibilang ada yang kurang bisa nunjuk ke requirement di awal. Kalo memang perusahaannya butuh CYAE (Cover-Your-Ass-Engineering) ya praktekanlah CYAE. —> Gw ada pengalaman di startup company, jadi gw melihat ini sebagai kejadian yang sangat sangat sering terjadi di startup. Mau ada detail requirementnya kek, mau ada ttd bos besarnya di situ kek, tetep aja semua bisa terjadi dan semua bisa berubah. Cerita di atas menggambarkan itu dengan perfect sekali. It (shit) happens.

    3. Setiap ada change request langsung diterima tanpa berlindung di balik atau inform ke supervisornya. Bikin paper/electronic trail yang jelas juga biar punya bukti kalo disalahin. Again, CYAE. —> Yah namanya juga si developer di cerita ini posisinya begitu (bukan IT-driven company). Mana yang request level direktur semua pulak. Nasib bos….

    Tapi gw setuju satu hal sama lo, KALO GA SENENG YA PINDAH AJA.

  11. Saya jadi terharu bacanya 😀 ternyata membuat sebuah halaman saja butuh perjuangan yag berliku-liku, setelah baca cerita di atas saya semakin semangat untuk belajar desain web. 😀

  12. Ouch! PD bilang “2 months for a single web page??! I’m gonna f**k IT Department ! “. Birokrasi memang suck but we should live with it.

  13. Demi kesejahteraan bersama, dengan menggunakan bahasa yang awam … Makannya Saya sekarang berhenti menerima jasa desain/pembuatan web + semacamnya. Sekarang Saya lebih suka jadi developer open-source saja pak, yang lebih bebas dan lebih ikhlas, sebagai hobi, dan memutuskan untuk tidak kuliah di jurusan TI. Pengalaman dulu waktu pernah nerima jasa desain tema juga begitu permintaannya banyak, meskipun batasan sebenarnya sudah ditentukan, tapi dari sananya tidak tau kalau mewujudkan permintaan-permintaan tersebut itu sebenarnya sulit.

    Bicara soal harga juga, Saya jadi bingung menentukan karena dari pihak klien (ciye bahasanya) tidak tahu apa-apa soal latar belakang pembuatannya jadi Saya anggap wajar saja kalau semisal mereka singkat menganggap kalau harga desain web itu cuma sekian murah rupiah. Maklum, orang-orang seperti agan-agan ini kerjanya kan abstrak semua.

    Proyek macam open-source setidaknya memberikan sedikit penjelasan secara tersirat (kalau mereka mau menyisihkan waktu untuk melihat isinya) kepada semua orang mengenai bagian-bagian sulitnya, entah melalui kode, melalui rencana-rencana yang disisipkan dalam pembaharuan kode, de-es-be. Dari situ Saya jadi merasa seperti dapat ruang untuk sedikit bicara, meskipun Saya tidak mendapatkan bayaran dari itu.

    Oya, jangan terpengaruh dengan Saya ya, yang memutuskan untuk berhenti menerima jasa X dan tidak kuliah di jurusan TI. Beberapa orang pada akhirnya punya pilihan sendiri mengenai bagaimana ilmu mereka ingin mereka gunakan, pilihan Saya adalah Saya ingin memberikan ilmu yang Saya punya selama itu tidak merugikan Saya secara psikologis.

    Kalau sekiranya pembaca lain memang benar-benar punya niat serius untuk menjadi seorang ahli TI, maka karusnya pembaca pasti sudah mengerti dan siap dengan resiko-resiko semacam ini. Percaya saja, tidak cuma di dunia TI saja kok. Di dunia kesehatan, teknik otomotif, pegawai negeri sipil dan seni juga sama saja kalau sudah masuk ke wilayah interaksi antara “konsumen” dan “produsen”.

  14. aaah boong banged, buktinya bikin post 1 halaman gini juga kelar sehari.. tuh tgl nya cuman 1 hari ajah..

    wkwkwk

  15. Wah…. Jadi pelajaran buat saya yang lagi belajar dan berusaha konsisten di bidang ini.
    Btw, memang begitulah terkadang beberapa perusahaan di Indonesia, saling tumpang tindih dan pengen nampil di tiap kesempatan walau kadang dirasa kurang penting. Hehehe

  16. 1 open youtube
    2 search “the expert short comedy sketch”
    3 enjoy your absurd movie

  17. cukup terwakili :v. saya pernah bikin web gak selesai sampe domainnya expired krn nunggu content dari client 😀

  18. saya juga pernah ngalamin itu , bedanya saya bikin web buat perusahaan multinasional baru , yg bikin greget semuanya Dari logo sampe semuasemuanya di urus sendiri . udh beres selesai hampir 3bulanan eh si hosting resmi hilang dari mukabumi azzz cpanel ilang domain lenyap . takdir : . btw pengalamanya seru nih ternyata lebih ribet lagi di perusahaan gede 😀 Good

  19. saya juga pernah ngalamin itu , bedanya saya bikin web buat perusahaan multinasional baru , yg bikin greget semuanya Dari logo sampe semuasemuanya di urus sendiri . udh beres selesai hampir 3bulanan eh si hosting resmi hilang dari mukabumi azzz cpanel ilang domain lenyap . takdir : . btw pengalamanya seru nih ternyata lebih ribet lagi di perusahaan gede 😀 ternyata aku tak sendiri 😀 hahaha peace bro 😀

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *