Linux dan Kesejahteraan Karyawan

4 thoughts on “Linux dan Kesejahteraan Karyawan”

  1. Kebanyakan karyawan memang OS Windows Oriented. Memang OS Windows sudah digunakan secara massal dan ada aplikasi khusus yang digunakan perusahaan yang memang hanya tersedia di OS Windows. Hal itu menyebabkan banyak perusahaan yang masih mempertahankan mempergunakan OS Windows.

    Saya sendiri sejak menjadi staff IT di kantor cabang yang sekarang, penggunaan OS untuk komputer “mix” antara Windows dan Linux (Distra Arch Linux). Beberapa komputer (yang digunakan kepala cabang, bagian akunting dan sekretariat) menggunakan OS Windows, sisanya Linux. Komputer yang menggunakan Windows memang menggunakan program yang memang hanya ada versi Windowsnya.

    Untuk aplikasi sedapat mungkin menggunakan yang “open source” (Browser Chromium, LibreOffice untuk menggantikan MS Office), yang digunakan untuk keperluan internal. Sedangkan lainnya menggunakan aplikasi online via browser macam Google Docs. Hanya yang berhubungan dengan pihak luar kantor, apabila dokumennya menggunakan format MS Office (.doc, .docx, .xls, .xlsx, .ppt, .pptx) kami gunakan WPS Office yang gratis.

    Kebanyakan user kami hanya perlu penyesuaian sedikit dalam menggunakan aplikasi2 tersebut. Soal produktifitas tidak ada masalah, apalagi kesejahteraan karyawan rata2 lebih baik dibandingkan perusahaan lain yang sejenis.

    Soal maintenance, saya selaku administrator bisa dibilang hanya sibuk seminggu sekali untuk update komputer yang menggunakan Linux. Sebulan sekali untuk yang menggunakan Windows.

    Yang membuat image menggunakan Linux itu perusahaan yang ngak modal itu menurut saya dikarenakan persepsi bahwa linux itu gratisan, hanya untuk kalangan “hobyist”. Bahwa ada yang mengganggap Linux itu tidak cocok dipakai di desktop. Saya sendiri lebih senang perusahaan investasi di perangkat keras komputasi, sehingga bisa tahan lama dalam menunjang aktifitas perusahaan. Pilihan OS yang digunakan tergantung aplikasinya.

  2. Kebanyakan karyawan memang OS Windows Oriented. Memang OS Windows sudah digunakan secara massal dan ada aplikasi khusus yang digunakan perusahaan yang memang hanya tersedia di OS Windows. Hal itu menyebabkan banyak perusahaan yang masih mempertahankan mempergunakan OS Windows.

    Saya sendiri sejak menjadi staff IT di kantor cabang yang sekarang, penggunaan OS untuk komputer “mix” antara Windows dan Linux (Distra Arch Linux). Beberapa komputer (yang digunakan kepala cabang, bagian akunting dan sekretariat) menggunakan OS Windows, sisanya Linux. Komputer yang menggunakan Windows memang menggunakan program yang memang hanya ada versi Windowsnya.

    Untuk aplikasi sedapat mungkin menggunakan yang “open source” (Browser Chromium, LibreOffice untuk menggantikan MS Office), yang digunakan untuk keperluan internal. Sedangkan lainnya menggunakan aplikasi online via browser macam Google Docs. Hanya yang berhubungan dengan pihak luar kantor, apabila dokumennya menggunakan format MS Office (.doc, .docx, .xls, .xlsx, .ppt, .pptx) kami gunakan WPS Office yang gratis.

    Kebanyakan user kami hanya perlu penyesuaian sedikit dalam menggunakan aplikasi2 tersebut. Soal produktifitas tidak ada masalah, apalagi kesejahteraan karyawan rata2 lebih baik dibandingkan perusahaan lain yang sejenis.

    Soal maintenance, saya selaku administrator bisa dibilang hanya sibuk seminggu sekali untuk update komputer yang menggunakan Linux. Sebulan sekali untuk yang menggunakan Windows.

    Yang membuat image menggunakan Linux itu perusahaan yang ngak modal itu menurut saya dikarenakan persepsi bahwa linux itu gratisan, hanya untuk kalangan “hobyist”. Bahwa ada yang mengganggap Linux itu tidak cocok dipakai di desktop. Saya sendiri lebih senang perusahaan investasi di perangkat keras komputasi, sehingga bisa tahan lama dalam menunjang aktifitas perusahaan. Pilihan OS yang digunakan tergantung aplikasinya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *