Salah satu potongan obrolan saya dengan beberapa teman.
“Dia jadi apply ke tempat lo?”
“Iya. Dia mah yang penting pindah dari kantornya sekarang.”
“Loh, kenapa?”
“Bayangin aja, semua komputer di sana pake Linux. Gak modal banget tuh perusahaan. Urusan kesejahteraan karyawannya pasti pait deh.”
“Apa hubungannya Linux sama kesejahteraan?”
“Ya.. artinya pelit perusahaannya. Dia kan perusahaan consumer goods. Sistem IT itu penting banget lah buat bisnisnya. Kalau untuk yang penting aja dia gak mau keluarin modal, apalagi buat kesejahteraan karyawan cuy. Walaupun gue ngerti Linux, tapi gue mah ogah kerja di perusahaan kaya gitu.”
Dan 3 orang lainnya mengiyakan argumen rekan saya itu.
Dulu saya sering berkutat di seputar komunitas Linux. Tapi saya baru tahu kalau ada persepsi seperti ini untuk perusahaan yang sepenuhnya memilih menggunakan GNU/Linux dan OpenSource ataupun Free Software. Apa ini umum ya di luar komunitas pengguna Linux?
Kebanyakan karyawan memang OS Windows Oriented. Memang OS Windows sudah digunakan secara massal dan ada aplikasi khusus yang digunakan perusahaan yang memang hanya tersedia di OS Windows. Hal itu menyebabkan banyak perusahaan yang masih mempertahankan mempergunakan OS Windows.
Saya sendiri sejak menjadi staff IT di kantor cabang yang sekarang, penggunaan OS untuk komputer “mix” antara Windows dan Linux (Distra Arch Linux). Beberapa komputer (yang digunakan kepala cabang, bagian akunting dan sekretariat) menggunakan OS Windows, sisanya Linux. Komputer yang menggunakan Windows memang menggunakan program yang memang hanya ada versi Windowsnya.
Untuk aplikasi sedapat mungkin menggunakan yang “open source” (Browser Chromium, LibreOffice untuk menggantikan MS Office), yang digunakan untuk keperluan internal. Sedangkan lainnya menggunakan aplikasi online via browser macam Google Docs. Hanya yang berhubungan dengan pihak luar kantor, apabila dokumennya menggunakan format MS Office (.doc, .docx, .xls, .xlsx, .ppt, .pptx) kami gunakan WPS Office yang gratis.
Kebanyakan user kami hanya perlu penyesuaian sedikit dalam menggunakan aplikasi2 tersebut. Soal produktifitas tidak ada masalah, apalagi kesejahteraan karyawan rata2 lebih baik dibandingkan perusahaan lain yang sejenis.
Soal maintenance, saya selaku administrator bisa dibilang hanya sibuk seminggu sekali untuk update komputer yang menggunakan Linux. Sebulan sekali untuk yang menggunakan Windows.
Yang membuat image menggunakan Linux itu perusahaan yang ngak modal itu menurut saya dikarenakan persepsi bahwa linux itu gratisan, hanya untuk kalangan “hobyist”. Bahwa ada yang mengganggap Linux itu tidak cocok dipakai di desktop. Saya sendiri lebih senang perusahaan investasi di perangkat keras komputasi, sehingga bisa tahan lama dalam menunjang aktifitas perusahaan. Pilihan OS yang digunakan tergantung aplikasinya.
Kebanyakan karyawan memang OS Windows Oriented. Memang OS Windows sudah digunakan secara massal dan ada aplikasi khusus yang digunakan perusahaan yang memang hanya tersedia di OS Windows. Hal itu menyebabkan banyak perusahaan yang masih mempertahankan mempergunakan OS Windows.
Saya sendiri sejak menjadi staff IT di kantor cabang yang sekarang, penggunaan OS untuk komputer “mix” antara Windows dan Linux (Distra Arch Linux). Beberapa komputer (yang digunakan kepala cabang, bagian akunting dan sekretariat) menggunakan OS Windows, sisanya Linux. Komputer yang menggunakan Windows memang menggunakan program yang memang hanya ada versi Windowsnya.
Untuk aplikasi sedapat mungkin menggunakan yang “open source” (Browser Chromium, LibreOffice untuk menggantikan MS Office), yang digunakan untuk keperluan internal. Sedangkan lainnya menggunakan aplikasi online via browser macam Google Docs. Hanya yang berhubungan dengan pihak luar kantor, apabila dokumennya menggunakan format MS Office (.doc, .docx, .xls, .xlsx, .ppt, .pptx) kami gunakan WPS Office yang gratis.
Kebanyakan user kami hanya perlu penyesuaian sedikit dalam menggunakan aplikasi2 tersebut. Soal produktifitas tidak ada masalah, apalagi kesejahteraan karyawan rata2 lebih baik dibandingkan perusahaan lain yang sejenis.
Soal maintenance, saya selaku administrator bisa dibilang hanya sibuk seminggu sekali untuk update komputer yang menggunakan Linux. Sebulan sekali untuk yang menggunakan Windows.
Yang membuat image menggunakan Linux itu perusahaan yang ngak modal itu menurut saya dikarenakan persepsi bahwa linux itu gratisan, hanya untuk kalangan “hobyist”. Bahwa ada yang mengganggap Linux itu tidak cocok dipakai di desktop. Saya sendiri lebih senang perusahaan investasi di perangkat keras komputasi, sehingga bisa tahan lama dalam menunjang aktifitas perusahaan. Pilihan OS yang digunakan tergantung aplikasinya.
hahahahaha…
ngga umum, ini anti mainstream! 😀