[Update] Portal Iklan yang “Mungkin” Ada Beritanya

Inget jaman dulu Detik.com sering disindir – sindir, sebagai “Portal Iklan yang Ada Beritanya..” ?. Setelah redesign, agak mending memang. Dan Budiono Darsono (Pimred Detik) pun pernah bilang di blognya, di halaman depan Detik hanya akan ada 14 banner. Waktu itu saya iseng sempat hitung, dan jumlahnya memang 14. Enggak tahu kalau sekarang. Tapi kemarin … Continue reading [Update] Portal Iklan yang “Mungkin” Ada Beritanya

Masa Tiba – Tiba Pulang Kampung terus Ternak Ayam ?

Beberapa Minggu lalu tak sengaja bertemu teman lama di Jogja yang sekarang bekerja di sebuah perusahaan lokal di bidang makanan di Jakarta. Walaupun ini perusahaan lokal, tapi produknya udah jadi salah satu top brand di Indonesia, bahkan sudah mendunia. Ekspansi nya sudah ke mancanegara. Setelah bincang – bincang ngalor ngidul, mulailah sesi keluhan. Teman saya … Continue reading Masa Tiba – Tiba Pulang Kampung terus Ternak Ayam ?

WordPress Mobil Pack – Untuk Ponsel yang Tidak Punya WP Native Application

Dulu saya pernah menulis tentang firasat saya bahwa dunia Mobile Site akan berkembang pesat di Indonesia. Karena itu blog ini pun saya tambahkan plugin agar mobile friendly juga. Dengan begitu, ketika blog ini diakses dari perangkat mobile, tampilannya menyesuaikan. Saya menggunakan plugin WordPress Mobile Pack. Tapi itu baru untuk pembaca. Saya masih kesulitan untuk memposting … Continue reading WordPress Mobil Pack – Untuk Ponsel yang Tidak Punya WP Native Application

Kapan Negara boleh Blok Twitter / Facebook?

Ya maksudnya gak cuma Twitter & Facebook aja sih.., semua social media lah.. (Plurk, Yahoo Mim, Koprol, dsb). Bisa ditebak, tulisan saya ini berhubungan dengan keadaan di Mesir sekarang. Kalau boleh saya bilang keadaan di Mesir sekarang mirip kaya Indonesia di bulan Mei tahun 1998 dulu. Rakyat ingin reformasi. Masyarakat bentrok dengan aparat. Yel – … Continue reading Kapan Negara boleh Blok Twitter / Facebook?

Programmer Sukses

Bulha sedang menunggu pesanan sego kucing dan es tehnya ketika seorang gadis yang membawa kamera DSLR, dengan tas ransel di pundak, kaos oblong, dan celana jins pendek mendekatinya lalu duduk di sampingnya. Lokasi mereka nongkrong memang cocok untuk mengabadikan apa yang terlihat di depan Monumen Serangan Umum 1 Maret, yaitu di depan Kantor Pos perempatan … Continue reading Programmer Sukses

Copet di Busway Itu Nyata

SE G502*peringatan : ini postingan curhat*

Kronologi

Jadi gini ceritanya. Saya sama temen naek dari Halte Busway Kebon Jeruk, hendak menuju Pondok Indah Mall (PIM). Sebelum memutuskan naik, dua busway kami biarkan lewat, karena memang itu jam padat banget, sekitar jam 6 sore. Tapi karena niatnya mau nonton di XXI, daripada telat nekat aja naik busway yang sudah penuh sesak itu.

Sewaktu di busway, seperti biasa ada sedikit dorong – mendorong kecil di dalam. Ada yang persiapan mau turun, ada yang mencari posisi lebih nyaman, (dan belakangan saya ketahui, ada yang sedang berusaha mencopet hengpon saya).

Halte berikutnya, Kelapa Dua Sasak, beberapa orang turun. Karena saya berdiri pas nempel di kaca pintu busway, otomatis saya tersenggol beberapa penumpang, hal yang biasa terjadi. Setelah selesai, saya mengambil posisi lagi. Di halte berikutnya, Pos Pengumben, ada beberapa penumpang yang turun lagi, tapi kali ini tidak berdesak – desakan.

Saya mempunyai kebiasaan setiap beberapa saat memeriksa barang – barang yang saya bawa. Ketika menyadari kantong kiri bagian depan celana jins saya kosong, pikiran pertama saya hengpon saya itu jatuh. Meminjam hengpon temen saya, saya telpon HP saya. Masih ada nada sambung.., lama.. dan tidak diangkat. Saat itu busway sudah sampai lagi ke halte Medika Permata Hijau. Ketika saya coba telpon kedua kalinya, sudah tidak ada jawaban. Sah.. HP saya sudah dimatikan.

Kecurigaan pertama sebagai manusia, tentu tertuju orang – orang yang berada di sekitar saya. Hingga akhirnya beberapa saat kemudian satu persatu penumpang mulai angkat bicara. Mereka curiga dengan satu orang pria yang dari tadi gerak – geriknya mencurigakan. Continue reading “Copet di Busway Itu Nyata”

Tabungan Bapak dan Tabungan Anak

Di sebuah pedesaan di daerah Pleret (sekitar setengah jam dari pusat kota Jogja). Seorang ayah sedang memperhatikan dari kejauhan anaknya paling bungsu yang sedang ngoprek Karmic Koala. Tetangga sebelah rumah duduk disebelahnya, dan masih gak habis pikir dengan pola pikir si bapak. Tetangga : “Mas.. sampeyan dulu gimana kok bisa nyekolahain anak yang pertama dulu … Continue reading Tabungan Bapak dan Tabungan Anak

Pawai 17-an di Jogja, “Tugu Jogja” pun digotong

Inilah yang sering membuat saya sulit untuk tidak mencintai Jogja. Budaya setempat dan tingkat partisipasi masyarkat lokal terhadap kegiatan masyarakat masih terbilang tinggi. Hari Minggu (9 Agustus) lalu di daerah Pogung (dusun Pogung Kidul, Dalangan, Rejo, dll) diadakan pawai 17-an (atau ‘pawai pitulasan’ dalam istilah Jawanya). *Pogung ini adalah daerah yang didominasi kos – kosan mahasiwa Fak. Teknik UGM.

tugu

Seperti pawai tahun – tahun sebelumnya kreatifitas warga ini tidak pernah berkurang.. Tak tanggung – tanggung, tugu Jogja pun digotong.. Ha..ha… (itu cuma replikanya.. *tapi mirip banget lho).

Pawai yang mengitari dusun Pogung Kidul, Pogung Dalangan, Pogung Rejo, dll ini pesertanya dibagi menjadi beberapa berbagai kelompok, berdasarkan RT. Tapi secara umum tema yang diangkat masing – masing kelompok tetap sama : Kemerdekaan, Budaya, dan Lingkungan (Global Warming Awareness)

pemanah

Gak tua, gak muda.., gak cowok gak cewek.. semuanya ikutan dalam rombongan pawai. Barisan wanita – wanita cantik ini (saya lupa dari RT berapa) cukup unik, karena cara mereka berjalan tidak umum. Barisan *prajurit* pria (di depan) maupun barisan *pemanah* wanita  berjalan sesuai irama alat musik gamelan yang dimainkan. Dengan ritme yang cukup pelan, dan ada gerakan khususnya. *duh.. susah mendeskripsikannya… 🙁  Pokoknya suasananya keliatan Kraton banget gitu deh.. 😀

*kalau dah acara gini, baru banyak keliatan gadis – gadis cantik asli Pogung..  😀 Continue reading “Pawai 17-an di Jogja, “Tugu Jogja” pun digotong”