Rilis Theme WordPress untuk Situs KPLI Jogja

Karena KPLI Jogja sangat dekat dengan istilah GPL, maka saya rasa tidak ada salahnya jika theme wordpress untuk situs KPLI – Jogja (Jogja Linux) pun saya lepaskan secara gratis dibawah lisensi GPL. Silahkan download di sini : https://labanapost.com/download/jogjalinux79.tar.gz

PERINGATAN : Theme ini dibuat khusus (custom) untuk situs Jogja Linux, jadi untuk bisa tampil keren seperti situs Jogja Linux saat ini anda harus menyesuaikan sendiri beberapa bagian dari theme tersebut.

Sedikit cerita *curhat* dibalik re-desain situs KPLI Jogja ini.

Nama

Nama theme nya JogjaLinux79. Kenapa? JogjaLinux nya jelas.., tapi mengapa angka 79? Karena dibuatnya dari tahun 2007 – 2009. Lama? Ya gitulah.. :P. Sebenarnya saya sudah janji sama bung Iwan ‘stwn’ (pembuat distro Kuliax – eks. ketua KPLI Jogja) untuk meredesain situs Jogja Linux. Dan seharusnya desain baru tersebut dilaunching bersamaan dengan event Indonesia Linux Conference 2007 yang saat itu dipegang oleh KPLI Jogja. Tapi janji tinggal janji.., aku telah ingkari.. Ouh..ouh.. ouh.. Laa.. la..laa.. *ehm..

Logo

Logo baru Jogja Linux itu sebenarnya sudah jadi sebelum ILC 2007. Jadi tadinya niatnya launching desain baru situs Jogja Linux, sekalian memperkenalkan logo barunya. Eh iya, sapa ya yang buat logo Jogja Linux yang baru ini? Aku kok lupa? Pliss.., yang tahu ninggal komen dibawah ya..

[UPDATE] Logo KPLI Jogja yang baru ini dibuat oleh Fahrezal Effendi aka rezal aka exavolt (thanx bung Iwan atas koreksinya).

Logo yang digunakan di web sekarang bukan versi original. Yang digunakan di web sekarang itu sudah saya edit sedemikian rupa dengan software Inkscape.

Mockup

Desain dalam bentuk grafis (istilahnya kalo gak salah mockup) pernah dibuat tahun 2007.  Tapi jelek banget.. jadi ndak tega diteruskan jadi theme wordpress. Kalau yang sekarang kan keren abiss… (berani protes, gorok…!). Berikutnya terjadi modifikasi terus. Silahkan lihat disini https://labanapost.com/download/. Semua file yang bernama depan mockup-*, dan berakhiran *.htm itu adalah perkembangannya dari jaman ke jaman. Yang sekarang dipake adalah versi 0.4, walaupun dengan sedikit perubahan dari mockup asli.

Selama proses ini saya juga tetap diuber – uber sama bung Agung (ketua KPLI Jogja). Hingga akhirnya dia berhasil. (Cocok buat dipilih lagi jadi ketua untuk pengurus periode berikutnya).

Oh iya, seluruh desain dibuat menggunakan Inkscape pada OS Ubuntu, saya menggunakan bantuan grid image *lupa dapet dari situs mana*. Color Pallete yang saya pilih di Inkscape adalah Tango.

XHTML + CSS

Di versi mockup 0.3 sebenarnya sudah sempat mau dijadikan theme, walaupun saya masih merasa ndak puas. Kemudian setelah beberapa kali meminta bantuan di milis Jogja Linux, akhirnya ada yang mau meluangkan waktu membantu saya. Bung Andri bersedia mengkonversinya ke XHTML & CSS menggunakan bantuan tool YAML. Tetapi karena saya akhirnya merubah desainnya ke versi 0.4, hasil kerja keras bung Andri tersebut tidak jadi diteruskan menjadi theme wordpress. Continue reading “Rilis Theme WordPress untuk Situs KPLI Jogja”

TemanMacet.com – Sesuai Harapan

Di tulisan sebelumnya saya sempat menyinggung sedikit tentang PasarMalem.com. Kali ini saya review dikit tentang TemanMacet.com. Komentar yang pertama saya bilang waktu nyoba dengerin salah satu podcast TemanMacet.com : Nah.. ini dia nih..! Dan saya langsung mendownload podcast berikutnya.. 😀 NB: Buat yang belum tahu, PasarMalem.com itu podcast tentang teknologi dan new media, dan TemanMacet.com … Continue reading TemanMacet.com – Sesuai Harapan

Ke Twitter Lagi

Sewaktu lagi heboh – hebohnya Twitter, saya sempat bikin akun. Terus nyobain nge-tweet. Habis itu ditinggalkan. Setelah itu muncul Plurk. Setelah disentil Mas Yahya, akhirnya saya bikin akun. Dan terjerumuslah saya di dunia plurknista itu. (and it did fun.. (dance)plurk ) Belakangan fitur karma (yang tadinya asyik) kok malah terasa mulai mengganggu. Kalo ndak diupdate … Continue reading Ke Twitter Lagi

Ide – ide Website yang Tidak (belum) Terealisasi

Dalam waktu dua tahun terakhir ini banyak sekali ide – ide website yang muncul di kepala saya. Sebagian sangat sederhana, sebagian lagi terlalu kompleks. Sebagian terlihat bisnis modelnya, sebagian lagi tidak jelas bisa dapat uang darimana. Sebagian bisnis modelnya konvensioanl (member / layanan berbayar, iklan, affiliate), sebagian lagi bisnis modelnya unik. Dan yang paling pamungkas … Continue reading Ide – ide Website yang Tidak (belum) Terealisasi

Amazon S3 dengan CakePHP

Beberapa hari ini saya cukup disibukkan dengan memahami cara kerja Amazon Simple Storage Service (Amazon S3), yang merupakan salah satu layanan dari Amazon Web Service (AWS), dilanjutkan dengan menulis beberapa baris kode agar bisa bekerja dengan CakePHP . Ini adalah salah satu bagian dari situs yang sedang saya kerjakan.

Langsung aja. Library PHP5 untuk mengakses layanan Amazon S3 ini saya gunakan Class S3 dari http://undesigned.org.za/2007/10/22/amazon-s3-php-class, hasil karya dari Donovan Schönknecht.

Agar bisa diakses dalam CakePHP, file class S3 tadi (S3.php) diletakkan di folder app/vendor/. Setelah itu saya buat fungsi baru di dalam controller yang mengakses Amazon S3 nantinya.

function _initAws()
{
// AWS access info
if (!defined('awsAccessKey')) define('awsAccessKey', 'AKHTZQYAXRXHTZQYAUUM'); // Sesuaikan dengan AccessKey anda
if (!defined('awsSecretKey')) define('awsSecretKey', 'VJFcyIksmdnk90kngio'); // Sesuaikan dengan SecretKey anda

App::import('Vendor', 'S3', array('file'=>'S3.php'));
$s3 = new S3(awsAccessKey, awsSecretKey);
return $s3;
}

Kemudian jika di dalam salah satu fungsi controller anda (di dalam controller yang sama), anda ingin mengakses S3, cukup gunakan baris berikut :

$s3 = $this->_initAws();

$s3->putBucket('cdn.labanux.com', S3::ACL_PRIVATE); // Membuat bucket baru

$s3->putObjectFile($file_path, 'cdn.labanux.com', 'image/'.$file_name.'.xcf', S3::ACL_PRIVATE);

// Menyimpan ke bucket cdn.labanux.com, dengan nama file image/$filename.xcf (image itu hanyalah virtual folder, karena Amazon S3 tidak mensupport folder. Dengan dinamai seperti itu, maka file anda kelihatan seperti berada di dalam sebuah folder / subfolder

Oh iya, bucket itu unik, ndak ada yang sama di AWS. Terus asyiknya gini, kalau bucket kita bernama : labanux, maka bucketnya beralamat di s3.amazonaws.com/labanux, ataupun labanux.s3.amazonaws.com. Kalo nama bucketnya cdn-ku.org, maka bisa diakses di cdn-ku.org.s3.amazonaws.com, ataupun s3.amazonaws.com/cdn-ku.org

Nah kalo kita punya domain labanux.com, kita bisa nambahin subdomain cdn.labanux.com kan? Nah, di S3 nya kita bikin bucket dengan nama cdn.labanux.com. Jadi ntar bisa diakses dengan alamat cdn.labanux.com.s3.amazonaws.com.

Lalu gimana biar CDN (Content Delivery Network) nya beralamat di cdn.labanux.com? Gampang, di NS servernya dibuat record CNAME cdn.labanux.com diarahkan ke cdn.labanux.com.s3.amazonaws.com

Lalu bagaimana jika kita ingin mengakses file dari AWS untuk di berikan kepada user (di download user) ?

Kalau file & bucketnya public, bisa langsung diakses secara direct (misal filenya : image/fotoku.jpg) : s3.amazonaws.com/bucket/image/fotoku.jpg. Atau kalau mengikuti contoh di atas jadinya : cdn.labanux.com.s3.amazonaws.com/image/fotoku.jpg, atau (ini yang saya pakai) : cdn.labanux.com/image/fotoku.jpg.

Nah, kalau file / bucketnya private. Ada dua cara. Cara pertama : Continue reading “Amazon S3 dengan CakePHP”

LinuxMint Dukung Palestina

Clement Lefebvre, founder distro LinuxMint baru saja mengeluarkan statemen yang mengundang banyak perhatian komunitas Linux. Dalam tulisannya di Blog LinuxMint dengan tegas dia menyatakan bahwa dia mendukung Palestina. Dan dia menambahkan dua statement ini : “I’m only going to ask for one thing here. If you do not agree I kindly ask you not to … Continue reading LinuxMint Dukung Palestina

Software yang Beli Pasti Lebih Bagus Daripada yang Gratis

“Logikanya aja lah.., sesuatu yang beli itu pasti lebih bagus daripada yang gratisan.. Iya kan? Jadi, .Net itu lebih bagus daripada Java”, ujar salah seorang pembicara pada acara Sunday Sonten ke-8 yang waktu itu bertempat di kampus Informatika UPN Yogyakarta. Saya tidak tahu *hacker* ini sedang bercanda atau serius, tapi lihat mimik wajah dan gaya … Continue reading Software yang Beli Pasti Lebih Bagus Daripada yang Gratis

Kontes Berpikir Kritis 2009 : Navinot.com

Pertama lihat judul tulisan tersebut di Navinot.com, saya tidak mendapat clue kira – kira apa isi tulisannya. Saya merasa tidak tertarik. Karena bayangan saya isinya adalah sesuatu yang berhubungan dengan pemikiran – pemikiran kritis seperti dalam dunia perpolitikan nan menjenuhkan itu. Saya akhirnya baru membuka tulisan itu hampir seminggu kemudian (setelah *disenggol* bung Ivan, co-founder … Continue reading Kontes Berpikir Kritis 2009 : Navinot.com

Lagi, Karya Anak Negri : BundaGaul.com dan LewatMana.com

BundaGaul.com sudah berjalan sekitar dua bulan lalu. Sesuai namanya, tebakan saya benar, situs ini adalah jejaring social (Social Network) khusus ibu – ibu. Kok bisa khusus ibu – ibu? Kan semua orang bisa mendaftar? Menurut pengembangnya (Sanny Gaddafi dan Marlinda Yumin), jika ketahuan bukan perempuan, accountnya langsung dihapus. Review lengkapnya bisa dilihat di Navinot. LewatMana.com … Continue reading Lagi, Karya Anak Negri : BundaGaul.com dan LewatMana.com

Gojek Lokal 2.0 dan Geng 2.0

Sewaktu kita sekolah ataupun kuliah, seringkali kita temui kelompok anak – anak muda. Ada yang terkelompok dengan sengaja, ada yang tidak. Ada yang lebih *menggigit* dengan menamakan dirinya Geng Ini, Geng Anu, Geng Peranu, dan anu – anu lainnya..

Proses seleksi masuk geng – geng / kelompok – kelompok anak – anak muda ini juga samar – samar. Ada yang ngalir aja, kaya misalnya anak – anak yang tiap sore nongkrong di kantinnya Mas Anu, atau anak – anak yang waktu SMP dah pada bawa mobil sendiri. Ada yang karena sama – sama anak band. Ada juga yang terbentuk karena gaya bercanda mereka dan topik pembicaraan mereka yang punya kesamaan. Jadi kelompok ini terbentuk secara otomatis, siapa yang punya kesamaan dalam suatu (atau beberapa) hal secara otomatis masuk dalam geng tersebut. Tapi ada juga yang pake seleksi ketat macam geng – geng motor di Bandung yang sempat mbikin heboh kemarin.

Di setiap kelompok – kelompok anak muda ini, karena saking seringnya bareng, lama kelamaan gaya bercandanya pun terbentuk dengan sendirinya. Tak jarang istilah – istilah baru pun muncul. Semakin lama istilah ini tentu semakin banyak. Tapi gak masalah, toh pada kenyataannya jarang sekali ada penambahan anggota baru. Jadi yang masuk dalam kelompok ini asyik – asyik saja dengan gaya bercanda mereka, dan *gojek lokal* mereka. (*gojek lokal : becandaan yang cuma dimengerti anggota kelompok tersebut).

2.0

Karena teknologi berkembang, model kelompok ini juga berkembang. Sekarang naik ke dunia online. Kelompok – kelompok yang terbentuk juga macem – macem bentuknya, ada yang berupa forum, ada yang milis, ada yang group di Facebook, dll (geng 2.0). Alasan terbentuknya pun macem – macem. Tapi proses masuknya anggota baru ke kelompok / geng ini lah letak perbedaan mendasarnya.

Di contoh kelompok ataupun geng di atas tadi, biasanya orang – orang di luar kelompok tersebut segan untuk masuk ke geng / kelompok tersebut. Pertama, karena memang dirasa “Oh.. itu kan emang geng mereka..”. Selama gak ada anggota geng yang membawa masuk, hampir mustahil ada yang tiba – tiba datang dan bilang “Nama saya Alien, saya boleh gabung kelompok kalian enggak?”. Kebanyakan akhirnya ada yang ikut bergabung karena dia udah sering berkumpul, nongkrong, hang out atau ngangkring bareng mereka.

Dengan dunia online banyak hal jauh lebih mudah. Kita sangat mudah untuk “berteman”, tinggal klik “Add as friend” maka kita sudah “berteman” dengan seseorang, ntah memang kenal atau tidak. (definisi kenal disinipun samar – samar, antara memang kenal atau pernah tahu). Begitu juga dengan geng / kelompok tadi. Tinggal klik “join this group”, atau “subscribe” ke milisnya, berarti kita sudah menjadi “anggota” geng / kelompok tersebut.

Kenyataanya, kelompok yang sudah berjalan lama tersebut juga memiliki fenomena yang tidak jauh berbeda dengan dunia offline. Mereka punya istilah – istilah sendiri, gaya bicara sendiri, dan mereka punya gojek lokal sendiri (gojek 2.0). Contoh : cuma anak – anak Mbah Gendong yang tahu istilah *PUR…! Panganan pitik…! – dengan gaya megang bola bowling..* (cuma contoh lho ya..). Continue reading “Gojek Lokal 2.0 dan Geng 2.0”

Menjadi Penari Sambil Mengkritik Penari Lainnya

Ini sedikit hal yang mengganggu pikiran saya beberapa saat lalu (yang sempat saya tulis juga di Plurk). Ini situasinya.

Anggaplah anda seorang penari. Ya cuma penari. Maksud saya penari yang sudah pengalaman beberapa kali pentas disana – sini. Tapi belum pernah tampil di kelas nasional, apalagi internasional. Anda juga belum memiliki sanggar tari, masih penari independen (penari indie?). Impian anda adalah menjadi penari profesional, yang melakukan pentas di panggung kelas nasional (atau malah internasional), punya sanggar tari, sehingga bisa mengajak (mempekerjakan penari lainnya) untuk membuat kolaborasi – kolaborasi tarian indah lainnya.

Sambil berusaha mencapai impian anda tersebut, anda mulai mencari berbagai resource mengenai tari. Hingga akhirnya anda sampai di media internet. Dimana anda bisa mencari berbagai artikel seputar tarian, jenis – jenis tarian baru, video tutorial, atau informasi pernak – pernik yang berkaitan. Tentu saja akhirnya anda menemukan banyak informasi tentang penari – penari lainnya. Baik yang sudah profesional, mapan, ataupun masih amatir.

Anda pun akhirnya mulai menuliskan tentang penari – penari ini di sebuah blog. Anda menganalisis mengapa satu penari gagal dan penari lainnya berhasil. Anda juga sering mereview penari – penari baru yang muncul dengan gaya yang modern, artistik tapi dengan sentuhan etnik. Seringkali anda juga mulai membuat tulisan yang berisi kritik terhadap perubahan gaya tari seseorang, yang menurut anda tidak orisinil, terlalu meniru penari lainnya. Atau kadang anda mengkritik seorang penari baru yang terkenal, tapi cuma dengan gerakan – gerakan yang terlihat bagus sesaat.

Banyak pengunjung blog anda yang mengikuti tulisan anda. Tentu saja ada pro kontra terhadap kritik atau pujian yang anda berikan. Sebagian dari pengunjung ini juga adalah para penari amatir yang berusaha jadi profesional. Sebagian lagi mereka yang baru saja membuka sanggar tari.

Pernyataan yang mungkin muncul : Hey… siapa kamu? Berani – beraninya menulis tentang dunia tari? Continue reading “Menjadi Penari Sambil Mengkritik Penari Lainnya”