Disclaimer:
- Tulisan ini kemungkinan besar gak berlaku untuk karyawan yang sudah mendapatkan kenaikan gaji tinggi (>30%). Buat karyawan seperti ini ESOP itu anggaplah “duit nemu”.
- Tulisan ini berlaku buat level karyawan. Kalau level manajemen sih ESOP dapatnya gede banget, jadi dapetnya signifikan banget (bermiliar-miliar). Tinggal risiko startupnya tumbang atau tidak saja.
- Tulisan ini cocok untuk karyawan yang mau pindah ke startup, naik gaji tidak signifikan, atau bahkan turun, tapi dikompensasi dengan ESOP.
Apa itu ESOP?
Buat yang udah paham soal ESOP, bisa skip part ini. Buat yang belum paham, yuk gas.
Jadi ESOP itu singkatan dari Employee Stock Option Plan. Arti singkatnya, kesempatan bagi karyawan untuk membeli saham perusahaan dengan harga khusus.
Contoh, kalian pas kontrak kerja disebutkan akan mendapatkan ESOP sebesar Rp 10juta. Nah ini ada konversinya. Misal Rp 10 juta itu setara dengan 100 lembar saham (asumsi harga sahamnya saat itu Rp 100.000/lembar).
100 lembar saham ini harus dibeli kalau kalian mau dapat. Nah ini kuncinya, harga beli sahamnya bukan Rp 100.000. Tapi harga spesial, misal Rp 1.000/lembar.
Jadi untuk dapat ESOP senilai Rp 10.000.000 tadi, kalian harus beli sahamnya dengan harga Rp 1.000 x 100 = Rp 100.000. Lumayan banget kan, modal Rp 100.000, tapi dapet Rp 10jt.
Teknisnya sih biasanya, gak perlu beneran bayar Rp 100.000. Tapi langsung aja dipotong di jumlah sahamnya. Jadi harusnya dpt 100 lembar, jadinya dapet 99 lembar, tapi gratis.
Jebakan ESOP
Nah mari masuk ke inti tulisan. Di dunia startup, waktu proses rekrutmen sering banget calon karyawan ditawarin gaji plus tambahan benefit ESOP. Masalahnya, kadang-kadang dibanding tempat kerja sebelumnya, gaji yang ditawarin gak naik jauh, bahkan ada juga yang turun.
Misal nih, gaji di kantor sebelumnya Rp 10jt. Pindah ke startup X, gaji naik dikit jadi Rp 11juta, tapi diiming-imingi dapat ESOP senilai Rp 240jt.
Whuaaa? Gede banget ya? Tapi ada syarat, ESOP nya ini gak dikasih di depan tapi dicicil selama 4 tahun (vested period). Kalau dikalkulasi jadinya kira-kira Rp 60jt/tahun atau sama dengan Rp 5jt perbulan. Ditambah gaji, berarti (kata recruiternya), sama aja dapat gaji Rp 11jt + 5jt = Rp 16jt. Wah.. itu udah naik 60% loh dibanding gaji di kantor sebelumnya.
Tanpa pikir panjang. Langsung sign kontrak deh. Bulan depan masuk kantor baru, gaji naik “60%”. Yeaaay!
Apakah ini keputusan yang tepat? Mari kita bedah.
ESOP*
Seperti semua perjanjian, bintang-bintang kecil*, alias syarat dan ketentuan itu perlu diperhatikan. Untuk contoh di atas ternyata detailnya begini:
- Hak ESOP
- Nilai ESOP yang bakal didapat: Rp 240jt. Tapi biasanya gak dikunci dalam nilai rupiah, melainkan dalam nilai unit saham. Dengan valuasi startup X saat ini, nilai sahamnya adalah Rp 10.000/lembar. Jadi karyawan berhak mendapatkan ESOP sebesar: Rp 240jt/10rb = 24.000 unit hak saham, biasanya disebut RSU (Restricted Stock Unit)
- Jadi hak ESOP nya: 24.000 unit.
- Vested Period: 4 tahun
- Ini artinya ESOP akan diberikan seluruhnya kalau karyawan tetap bekerja di startup X selama 4 tahun.
- Startup X cukup “fair”. ESOPnya akan diberikan dengan ketentuan 25% diberikan tiap tahun. Jadi tahun pertama karyawannya berhak utk RSU besar 60.000 unit, begitu juga di tahun kedua, ketiga dan keempat. *tidak semua startup begini, ada juga yang benar-benar memberikan 100% ESOPnya di tahun ke 4 aja.
- Special Price: Rp 1.000/lembar
- Artinya, karyawan bisa mendapatkan ESOP 24.000 unit itu dengan harga Rp 24jt.
Jebakan Vested Period
Seperti disebutkan di atas, untuk bisa dapet ESOP nya 100%, jadinya harus kerja di startup X selama 4 tahun.
Kalau keluar sebelum 4thn gimana? Ya sisanya hangus. Misal kita baru bekerja 2 tahun, lalu (dengan alasan apapun) akhirnya memutuskan pindah kerja. Berarti ESOP yang didapat hanya 12.000 unit.
Jebakan Liquidity
Wah lumayan dong dapat 12.000 unit. Ini kan setara Rp 120jt. Ya.., potong spesial price nilai bersihnya jadi Rp 108jt (10.800 unit). Masih OK banget, cuy.
Belum tentu. Kalau startup X sudah IPO, bener. 10.800 unit tadi bisa langsung dijual ke bursa saham. Cair duitnya. Tapi kalau belum IPO, nah ini yang nyesek. Beberapa startup yang udah mature (unicorn), ada tempat sesama employee bisa jual beli unit ESOP nya. Tapi ada juga yang bener-bener gak bisa apa-apa, harus nunggu sampai startupnya IPO, diakuisisi, atau ada corporate action khusus (buyback saham oleh startupnya). Kalau ini gak terjadi sampai 10 tahun lagi gimana? Ya.. sabar menanti aja. Mudah-mudahan valuasi perusahaannya juga naik ya. Jadi nilai Rp 108jt itu bisa makin naik juga nilainya.
Ini artinya punya aset, tapi gak bisa dicairin (no liquidity). Ini juga kalau startupnya tumbuh bagus ya. Kalau startupnya tumbang alias tutup, jadi sia-sia itu semua unit ESOP nya. Gak dapat apa-apa.
Jebakan Nilai Uang di Masa Depan
Ini prinsip dasar keuangan. Uang sekarang itu lebih bernilai daripada uang di masa depan. Karena ada inflasi.
Contoh, nilai uang Rp 100juta saat ini lebih berharga dibanding Rp 100juta 10 tahun lagi. Sederhananya, 100jt saat ini mungkin bisa buat beli tanah sekian meter persegi. 10 tahun lagi, nilai harga tanah yang sama udah naik jauh, jadi gak bisa dibeli lagi dengan Rp 100juta.
Balik ke contoh di atas. Oke deh, anggap saja startup X ini IPO 8 tahun kemudian (biasanya startup itu butuh sekitar 10 tahun sampai IPO).
Nah tadi hak ESOP yang didapatkan adalah 10.800 unit. Anggep deh, harga sahamnya waktu IPO udah naik, tadinya Rp 10rb/lembar, setelah IPO jadi Rp 20rb/lembar. Berarti kalau seluruh unit dijual, bisa dapat Rp 216jt.
Sebanding kah nunggu 10th, untuk bisa mendapatkan Rp 216jt?
Dengan rumus PMT di Excel (Google Sheet), ini bisa disimulasikan. Singkatnya, kita juga bisa mendapatkan Rp 216jt setelah 10th, cukup dengan investasi rutin Rp 1.8jt per bulan di produk investasi yang returnnya 6% per tahun (Reksadana, Obligasi, P2P, dll).
Jebakan Harga Saham Jeblok Setelah IPO
Contoh sebelumnya saham startup X ini naik nilainya dari Rp 10rb ke 20rb saat IPO. Biasanya ketika IPO, pemilik unit ESOP gak bisa langsung jual unitnya. Ada lock period (waktu tunggu). Ini bisa berbulan-bulan, sampai tahunan.
Misal, saat IPO harga sahamnya Rp 20rb/lembar, ternyata 8 bulan kemudian (saat lock period berakhir) harganya turun 30%, berarti nilainya Rp 14rb. Dikali jumlah unit 10.800, yang bisa dicairkan adalah Rp 151,2jt. Ini nilai yang didapatkan 10th sejak pertama kali bekerja di startup X.
Lagi-lagi, cukup dengan berinvestasi Rp 1.3jt per bulan di produk investasi yang returnnya 6%, hasilnya juga sama Rp 151jt.
Jebakan ESOP untuk Startup yang sudah IPO
Di contoh-contoh di atas, kondisinya adalah karyawan bergabung ke startup sebelum IPO. Nah bagaimana kalau saat bergabung, startupnya sudah IPO. Udah pasti aman dong ESOPnya?
Belum tentu juga.
Anggap aja sama situasinya (nilai ESOP, vested period, dll), bedanya karyawan bergabung di startup yang sudah IPO.
Kita hitung dari awal.
- Hak nilai ESOP: Rp 240jt (sama dengan di atas)
- Harga saham per lembar saat bergabung: Rp 10.000/lembar
- Artinya hak ESOP yang didapatkan: 24.000 unit (vested 4 tahun)
Sama seperti di atas, setelah 2 tahun karyawan keluar. Artinya unit yang bisa didapat 12.000 unit (kita kesampingkan dulu nilai bersihnya, anggep ini off-charge deh).
Tibalah saatnya mencairkan saham, dengan menjualnya langsung di bursa (karena sudah IPO). Eh… ternyata, harga saham startup ini turun terus 2 tahun terakhir. Dulu waktu karyawan ini bergabung Rp 10rb/lembar, sekarang malah Rp 4rb/lembar. Dibandingkan special pricenya (Rp 1rb/lembar) sih, nilainya naik 4x lipat.
Memang betul, ini ESOPnya bisa langsung cari, gak perlu nunggu sampai 8 tahun seperti contoh di atas. Tapi, nilainya jauh lebih kecil. 12.000 unit x 4rb = Rp 48jt. Kalau dibagi ke masa kerja, ini kira-kira sama dengan tambahan 2jt perbulan.
Sebentar.. Tadi kan katanya nilai ESOP nya Rp 240jt. Kalau harga saham nya di bursa turun ke Rp 4rb/lembar, sudah 2 tahun bekerja, bukannya harusnya karyawan dapat 30.000 unit saham?
Oh tidak.. Itu dia jebakannya. Karena ESOP itu yang dikunci adalah jumlah unit berdasarkan harga saham saat karyawan bergabung.
Jebakan Bonus dalam Bentuk ESOP
Ini juga cukup umum. Di startup itu banyak juga bonus tahunan yang dikombinasi antara Rupiah dan ESOP. Misal, bonus kinerja Rp 30jt, Rp 20jt nya dalam bentuk uang cash, 10jt sisanya dalam bentuk unit ESOP. Tapi… (lagi-lagi) ESOP nya ini ada vested periodnya lagi. Bisa sampai setahun vestednya.
Jebakan ESOP dalam Situasi PHK
Beberapa tahun ini marak isu PHK di tech startup, tech-winter kata media. Bagaimana bintang-bintangnya dalam situasi begini? Nah ini juga perlu diperhatikan.
ESOP itu adalah instrumen dari perusahaan untuk “mengikat” karyawan agar lebih “loyal” kepada perusahaan. Makanya ada vested period, sekian tahun. Tapi.. dalam kondisi PHK, tidak berlaku sebaliknya (sejauh yang saya tahu ya).
Artinya, ketika PHK, hak ESOP tadi bisa jadi hangus begitu saja. Atau diberikan hanya sekian persennya saja.
Kesimpulan
Apakah ESOP berarti jelek dan tidak usah diperhatikan?
Oh tidak. ESOP itu bagus. Saya tetap memiliki pandangan begitu. Hanya saja:
- Kita perlu tau ** (bintang-bintang kecilnya), alias syarat dan ketentuannya.
- Kita sebaiknya mampu menentukan apakah nilai yang nanti kita dapat itu sebanding atau tidak (formula PMT di Excel / Google Sheet adalah kuncian)
Contoh-contoh di atas adalah kasus-kasus negatif yang (sangat) mungkin terjadi. Kalau kasus positif sih sudah banyaklah ya cerita-ceritanya di media, jadi tidak perlu dibahas.
Tapi yang pasti (menurut saya pribadi), jangan pernah menganggap ESOP sebagai gaji. Karena nilainya fluktuatif sekali, bahkan kalau perusahaannya belum IPO nilainya bisa jadi Rp 0.
ESOP mungkin bisa bikin kita kaya raya, mungkin. Tapi tagihan listrik, biaya sekolah anak, dll itu bukan lagi mungkin, tapi pasti.
Bijak-bijaklah menilai ESOP. Saya pernah kurang bijak. 🙂
Catatan:
Ada yang bilang, “Pindah kerja itu bukan soal uang saja, tapi pengembangan diri, memberikan impact, dll.”
Betul, saya setuju. Tulisan ini memang hanya fokus pada aspek finansialnya saja.