Ide – ide Website yang Tidak (belum) Terealisasi

Dalam waktu dua tahun terakhir ini banyak sekali ide – ide website yang muncul di kepala saya. Sebagian sangat sederhana, sebagian lagi terlalu kompleks. Sebagian terlihat bisnis modelnya, sebagian lagi tidak jelas bisa dapat uang darimana. Sebagian bisnis modelnya konvensioanl (member / layanan berbayar, iklan, affiliate), sebagian lagi bisnis modelnya unik. Dan yang paling pamungkas … Continue reading Ide – ide Website yang Tidak (belum) Terealisasi

Amazon S3 dengan CakePHP

Beberapa hari ini saya cukup disibukkan dengan memahami cara kerja Amazon Simple Storage Service (Amazon S3), yang merupakan salah satu layanan dari Amazon Web Service (AWS), dilanjutkan dengan menulis beberapa baris kode agar bisa bekerja dengan CakePHP . Ini adalah salah satu bagian dari situs yang sedang saya kerjakan.

Langsung aja. Library PHP5 untuk mengakses layanan Amazon S3 ini saya gunakan Class S3 dari http://undesigned.org.za/2007/10/22/amazon-s3-php-class, hasil karya dari Donovan Schönknecht.

Agar bisa diakses dalam CakePHP, file class S3 tadi (S3.php) diletakkan di folder app/vendor/. Setelah itu saya buat fungsi baru di dalam controller yang mengakses Amazon S3 nantinya.

function _initAws()
{
// AWS access info
if (!defined('awsAccessKey')) define('awsAccessKey', 'AKHTZQYAXRXHTZQYAUUM'); // Sesuaikan dengan AccessKey anda
if (!defined('awsSecretKey')) define('awsSecretKey', 'VJFcyIksmdnk90kngio'); // Sesuaikan dengan SecretKey anda

App::import('Vendor', 'S3', array('file'=>'S3.php'));
$s3 = new S3(awsAccessKey, awsSecretKey);
return $s3;
}

Kemudian jika di dalam salah satu fungsi controller anda (di dalam controller yang sama), anda ingin mengakses S3, cukup gunakan baris berikut :

$s3 = $this->_initAws();

$s3->putBucket('cdn.labanux.com', S3::ACL_PRIVATE); // Membuat bucket baru

$s3->putObjectFile($file_path, 'cdn.labanux.com', 'image/'.$file_name.'.xcf', S3::ACL_PRIVATE);

// Menyimpan ke bucket cdn.labanux.com, dengan nama file image/$filename.xcf (image itu hanyalah virtual folder, karena Amazon S3 tidak mensupport folder. Dengan dinamai seperti itu, maka file anda kelihatan seperti berada di dalam sebuah folder / subfolder

Oh iya, bucket itu unik, ndak ada yang sama di AWS. Terus asyiknya gini, kalau bucket kita bernama : labanux, maka bucketnya beralamat di s3.amazonaws.com/labanux, ataupun labanux.s3.amazonaws.com. Kalo nama bucketnya cdn-ku.org, maka bisa diakses di cdn-ku.org.s3.amazonaws.com, ataupun s3.amazonaws.com/cdn-ku.org

Nah kalo kita punya domain labanux.com, kita bisa nambahin subdomain cdn.labanux.com kan? Nah, di S3 nya kita bikin bucket dengan nama cdn.labanux.com. Jadi ntar bisa diakses dengan alamat cdn.labanux.com.s3.amazonaws.com.

Lalu gimana biar CDN (Content Delivery Network) nya beralamat di cdn.labanux.com? Gampang, di NS servernya dibuat record CNAME cdn.labanux.com diarahkan ke cdn.labanux.com.s3.amazonaws.com

Lalu bagaimana jika kita ingin mengakses file dari AWS untuk di berikan kepada user (di download user) ?

Kalau file & bucketnya public, bisa langsung diakses secara direct (misal filenya : image/fotoku.jpg) : s3.amazonaws.com/bucket/image/fotoku.jpg. Atau kalau mengikuti contoh di atas jadinya : cdn.labanux.com.s3.amazonaws.com/image/fotoku.jpg, atau (ini yang saya pakai) : cdn.labanux.com/image/fotoku.jpg.

Nah, kalau file / bucketnya private. Ada dua cara. Cara pertama : Continue reading “Amazon S3 dengan CakePHP”

Kontes Berpikir Kritis 2009 : Navinot.com

Pertama lihat judul tulisan tersebut di Navinot.com, saya tidak mendapat clue kira – kira apa isi tulisannya. Saya merasa tidak tertarik. Karena bayangan saya isinya adalah sesuatu yang berhubungan dengan pemikiran – pemikiran kritis seperti dalam dunia perpolitikan nan menjenuhkan itu. Saya akhirnya baru membuka tulisan itu hampir seminggu kemudian (setelah *disenggol* bung Ivan, co-founder … Continue reading Kontes Berpikir Kritis 2009 : Navinot.com

Lagi, Karya Anak Negri : BundaGaul.com dan LewatMana.com

BundaGaul.com sudah berjalan sekitar dua bulan lalu. Sesuai namanya, tebakan saya benar, situs ini adalah jejaring social (Social Network) khusus ibu – ibu. Kok bisa khusus ibu – ibu? Kan semua orang bisa mendaftar? Menurut pengembangnya (Sanny Gaddafi dan Marlinda Yumin), jika ketahuan bukan perempuan, accountnya langsung dihapus. Review lengkapnya bisa dilihat di Navinot. LewatMana.com … Continue reading Lagi, Karya Anak Negri : BundaGaul.com dan LewatMana.com

Gojek Lokal 2.0 dan Geng 2.0

Sewaktu kita sekolah ataupun kuliah, seringkali kita temui kelompok anak – anak muda. Ada yang terkelompok dengan sengaja, ada yang tidak. Ada yang lebih *menggigit* dengan menamakan dirinya Geng Ini, Geng Anu, Geng Peranu, dan anu – anu lainnya..

Proses seleksi masuk geng – geng / kelompok – kelompok anak – anak muda ini juga samar – samar. Ada yang ngalir aja, kaya misalnya anak – anak yang tiap sore nongkrong di kantinnya Mas Anu, atau anak – anak yang waktu SMP dah pada bawa mobil sendiri. Ada yang karena sama – sama anak band. Ada juga yang terbentuk karena gaya bercanda mereka dan topik pembicaraan mereka yang punya kesamaan. Jadi kelompok ini terbentuk secara otomatis, siapa yang punya kesamaan dalam suatu (atau beberapa) hal secara otomatis masuk dalam geng tersebut. Tapi ada juga yang pake seleksi ketat macam geng – geng motor di Bandung yang sempat mbikin heboh kemarin.

Di setiap kelompok – kelompok anak muda ini, karena saking seringnya bareng, lama kelamaan gaya bercandanya pun terbentuk dengan sendirinya. Tak jarang istilah – istilah baru pun muncul. Semakin lama istilah ini tentu semakin banyak. Tapi gak masalah, toh pada kenyataannya jarang sekali ada penambahan anggota baru. Jadi yang masuk dalam kelompok ini asyik – asyik saja dengan gaya bercanda mereka, dan *gojek lokal* mereka. (*gojek lokal : becandaan yang cuma dimengerti anggota kelompok tersebut).

2.0

Karena teknologi berkembang, model kelompok ini juga berkembang. Sekarang naik ke dunia online. Kelompok – kelompok yang terbentuk juga macem – macem bentuknya, ada yang berupa forum, ada yang milis, ada yang group di Facebook, dll (geng 2.0). Alasan terbentuknya pun macem – macem. Tapi proses masuknya anggota baru ke kelompok / geng ini lah letak perbedaan mendasarnya.

Di contoh kelompok ataupun geng di atas tadi, biasanya orang – orang di luar kelompok tersebut segan untuk masuk ke geng / kelompok tersebut. Pertama, karena memang dirasa “Oh.. itu kan emang geng mereka..”. Selama gak ada anggota geng yang membawa masuk, hampir mustahil ada yang tiba – tiba datang dan bilang “Nama saya Alien, saya boleh gabung kelompok kalian enggak?”. Kebanyakan akhirnya ada yang ikut bergabung karena dia udah sering berkumpul, nongkrong, hang out atau ngangkring bareng mereka.

Dengan dunia online banyak hal jauh lebih mudah. Kita sangat mudah untuk “berteman”, tinggal klik “Add as friend” maka kita sudah “berteman” dengan seseorang, ntah memang kenal atau tidak. (definisi kenal disinipun samar – samar, antara memang kenal atau pernah tahu). Begitu juga dengan geng / kelompok tadi. Tinggal klik “join this group”, atau “subscribe” ke milisnya, berarti kita sudah menjadi “anggota” geng / kelompok tersebut.

Kenyataanya, kelompok yang sudah berjalan lama tersebut juga memiliki fenomena yang tidak jauh berbeda dengan dunia offline. Mereka punya istilah – istilah sendiri, gaya bicara sendiri, dan mereka punya gojek lokal sendiri (gojek 2.0). Contoh : cuma anak – anak Mbah Gendong yang tahu istilah *PUR…! Panganan pitik…! – dengan gaya megang bola bowling..* (cuma contoh lho ya..). Continue reading “Gojek Lokal 2.0 dan Geng 2.0”

Menjadi Penari Sambil Mengkritik Penari Lainnya

Ini sedikit hal yang mengganggu pikiran saya beberapa saat lalu (yang sempat saya tulis juga di Plurk). Ini situasinya.

Anggaplah anda seorang penari. Ya cuma penari. Maksud saya penari yang sudah pengalaman beberapa kali pentas disana – sini. Tapi belum pernah tampil di kelas nasional, apalagi internasional. Anda juga belum memiliki sanggar tari, masih penari independen (penari indie?). Impian anda adalah menjadi penari profesional, yang melakukan pentas di panggung kelas nasional (atau malah internasional), punya sanggar tari, sehingga bisa mengajak (mempekerjakan penari lainnya) untuk membuat kolaborasi – kolaborasi tarian indah lainnya.

Sambil berusaha mencapai impian anda tersebut, anda mulai mencari berbagai resource mengenai tari. Hingga akhirnya anda sampai di media internet. Dimana anda bisa mencari berbagai artikel seputar tarian, jenis – jenis tarian baru, video tutorial, atau informasi pernak – pernik yang berkaitan. Tentu saja akhirnya anda menemukan banyak informasi tentang penari – penari lainnya. Baik yang sudah profesional, mapan, ataupun masih amatir.

Anda pun akhirnya mulai menuliskan tentang penari – penari ini di sebuah blog. Anda menganalisis mengapa satu penari gagal dan penari lainnya berhasil. Anda juga sering mereview penari – penari baru yang muncul dengan gaya yang modern, artistik tapi dengan sentuhan etnik. Seringkali anda juga mulai membuat tulisan yang berisi kritik terhadap perubahan gaya tari seseorang, yang menurut anda tidak orisinil, terlalu meniru penari lainnya. Atau kadang anda mengkritik seorang penari baru yang terkenal, tapi cuma dengan gerakan – gerakan yang terlihat bagus sesaat.

Banyak pengunjung blog anda yang mengikuti tulisan anda. Tentu saja ada pro kontra terhadap kritik atau pujian yang anda berikan. Sebagian dari pengunjung ini juga adalah para penari amatir yang berusaha jadi profesional. Sebagian lagi mereka yang baru saja membuka sanggar tari.

Pernyataan yang mungkin muncul : Hey… siapa kamu? Berani – beraninya menulis tentang dunia tari? Continue reading “Menjadi Penari Sambil Mengkritik Penari Lainnya”

IndonesiaOnTime.com – Sudah Resmi Ditutupkah?

Sepertinya kabar burung tentang portal berita lokal yang mati itu memang kenyataan. Hari ini saya akses IndonesiaOnTime, dan tidak ada berita baru sama sekali sejak akhir tahun 2008. Tapi sampai sekarang situsnya masih bisa diakses. IndonesiaOnTime.com ini salah satu portal berita baru yang digawangi beberapa orang yang sangat berpengalaman di media elektronik (radio & televisi). … Continue reading IndonesiaOnTime.com – Sudah Resmi Ditutupkah?

Dimana Informasi Webpreneurship Indonesia ?

Tanggal 6 Desember lalu saya diminta memberi kuliah umum di Teknik Informatika UPN, Jogja. Judul yang diberikan dari Himatif UPN adalah “Webpreneurship”.

Saya sendiri bukan (belum menjadi) Entrepreneur. Cuma senang memperhatikan dunia web saja. Jadi pada kesempatan tersebut, saya lebih banyak sharing dari apa yang saya tahu dari membaca di internet maupun diskusi dengan teman – teman (baik pelaku maupun pengamat) di jagad maya.

Saat membuat presentasi tersebut saya baru sadar. Dari sekian banyak website yang saya sorot di dalam presentasi saya, sangat sedikit situs Indonesia. Mereka diantaranya : Detik.com, Kompas.com, DetikPortal.com, PortalHR.com, YogYES.com, Cerpenista.com, KutuKutuBuku.com, dan Penonton.com. Situs – situs itu sebagian saya jadikan contoh bagaimana mereka bisa menghasilkan uang dari dunia internet. Sebagian lagi saya jadikan contoh situs yang model bisnisnya belum saya ketahui.

Ya, memang banyak situs Indonesia lainnya yang boleh dikatakan berhasil, seperti Kaskus.us, Bhinneka.com, dll. Tapi informasi mengenai mereka sangat sulit didapatkan. Kalaupun ada biasanya bukan dari media, atau dari liputan media (maupun blog), melainkan dari milis, jaringan pertemanan, dll. Continue reading “Dimana Informasi Webpreneurship Indonesia ?”

Friendster dan Polisi

Selama beberapa waktu belakangan ini saya merasa yang mainan Friendster dah ketinggalan jaman.. (walaupun saya sendiri masih ngupdate foto – foto di FS terus.. He..he..) . Sekarang jamannya Facebook. Punya blog juga biasa aja.., sekarang mainannya Plurk.

Tapi kenyataannya, di sebagian besar daerah lainnya, Friendster masih jadi tujuan utama anak muda berinternet. Entah itu buat lihat – lihat update terbaru berita temennya, cari “nice looking girls / boys”, menggosip, kirim – kirim komen, godain temen, dll.

Tapi asyik juga. Saya yang hampir setiap hari minimal ngenet 8 jam saja tidak begitu tahu perkembangan teman – teman lama saya via Friendster. Tapi teman – teman saya di Jambi sana justru sangat update dengan perkembangan teman – teman kami lainnya, berkat Friendster. Kalau teman – teman kampus (yang sudah berpencar ke seluruh penjuru dunia) sih selalu dapat kabarnya via milis.

Tapi mungkin saja fenomena ini tidak terjadi di daerah yang internetnya kembang kempis. Toh di Riau sana, di perumahan karyawan perusahaan minyak Amerika itu, banyak yang update berita temannya via Friendster. Walaupun mereka juga biasanya aktif di milis (soalnya, sebagian besar dari mereka juga kan alumni dari universitas besar di Pulau Jawa sini).

Terus intinya apa? Gak tau.. Ha..ha.. Tadinya mo nulis apa gitu.., tapi kok makin lama makin ngelindur.. He..he..

Udahlah, nih contoh percakapan yang terjadi dengan seorang sahabat via telepon, kemarin sore.


Sori adanya cuma bahasa Jambi (males translate) 😀

Tlilililitt.. tli li litt… (ringtone HP). Lihat di HP tertera nama sahabat lama yang sekaligus juga saudara saya, dan sekarang sudah berpangkat Bripda di Kepolisian Jambi.

Saya : “Woi.. Do.. Apo kabar? Lamo dak kontak kontak..”

Do (nama samaran) : “Baeklah To.. Kau tu na sombong nian.. lah betaun dak balek – balek ke Jambi”.

Saya : “Ha..ha.. basing be, mau lah aku tu balek, tapi dak katek waktu. Mano kemaren sibuk ngurus skripsi. Tapi gek Natalan aku balek kok, siapin be tim penjemput dari POLRI, he..he..he. Eh.., apo kabar budak – budak?”

Do : “Cam itu lah To.. Banyak yang berubah, lah jadi anak gaul. Balek kesini ngomongnyo pake ‘lu gua’ pulak. Mati anak mudo…! Besak gaya budak tu..”

Saya : “Iyo po? Wai dak tau jugo aku.. Lah lamo dak ngubungin budak tu”

Do : “Tengoklah di Friendster. Si (GGG) lah pirang – pirang be rambutnyo. Si (KKK) tu jadi anak gaul dio, lah jadi anak band indie dio. Nah kalo Si (XXX) itu, gawenyo pacaran be nampaknyo. Segalo macam foto gaya ciuman dipasang budak sikok tu disitu.. Sangar..!”

Saya : “Wuee.. Bripda sikok ni main Friendster be kerjo kau. Jangan – jangan lupo gek ngamankan Jambi tu.. ” Continue reading “Friendster dan Polisi”