in Digital

Di Startup, Enggak Ada Teknologi yang Terlalu Canggih

[Ini adalah guest post dari Sherief Mursjidi (CTO dari Merah Cipta Media)]

Saya menulis ini karena salah seorang dari inisiator startuplokal baru-baru ini post di twitter hal yang menurut saya tidak mendukung startup dan kreatifitas, jadi ingat dulu juga beberapa orang dari inisiator startuplokal, termasuk orang yang sama, post di twitter juga untuk hal yang sama, walaupun yang di post agak berbeda.

Menurut saya di dalam startup tidak ada teknologi yang terlalu canggih atau berlebihan maupun ketinggalan jaman, selama tim sepakat, menguasai dengan baik dan nyaman menggunakannya, bisa langsung bikin proof of concept, dan bahkan bisa meluncurkan produk lebih cepat. Ya, daripada harus menggunakan teknologi lain yang mungkin harus dipelajari dulu karena menurut beberapa ‘mentor’ itu teknologi yang sekarang dipakai terlalu canggih atau ketinggalan jaman. Karena harus diingat, ide kita bisa aja dibuat oleh orang lain juga kalau kita tidak cepat.

Berdasarkan pengalaman saya kerja bareng beberapa startup, semua produk bakal berevolusi sesuai kebutuhan, pada evolusi itulah kita jadi tahu kelemahan dari teknologi yang digunakan saat itu, karena itu kita melakukan optimasi, atau bahkan beberapa bagian kita ganti teknologinya ke yang lebih cocok, that’s where the fun part, learn something new or amazed by what we have missed.

Bahkan Twitter, karena yang di post adalah soal Twitter, memang masih menggunakan MySQL sebagai database mereka, walaupun tidak semua bagian, bukan berarti mereka tidak mencoba teknologi lain, bahkan sampai mereka akhirnya membuat FlockDB dan Gizzard untuk membantu kinerja MySQL itu juga hasil evolusi. Dan jangan lupa, Twitter juga menggunakan Cassandra, Hadoop dan Vertica untuk bagian lain itu juga karena  setelah menemukan kelemahan dari teknologi yang digunakan saat ini. Saya yakin Facebook pun melakukan hal yang sama, bahkan Facebook membuat beberapa compiler untuk membantu kinerja kode program dan database.

Untuk para ‘mentor’ itu, karena saya menghormati mereka dan banyak orang melihat mereka, mungkin ada baiknya untuk melihat lagi esensi dari startup yang mereka sendiri angkat, yang menurut saya, do with what you have now, technology, time and money and have fun.

Thanks buat Okto, sudah dibolehin numpang nulis di blog-nya 🙂

[Tambahan dari saya ]

Kalau menurut saya pribadi, intinya penggunaan teknologi itu balik lagi ke tim foundernya. Kalau memang sanggup, ya monggo, silahkeun. Sanggup disini dalam artian timnya memang benar – benar mengerti apa yang dilakukan (sampe ke dalam – dalamannya, bukan cuma pengguna tool). Lebih baik lagi kalau tim foundernya itu adalah kontributor dari tool opensource yang dia pakai.

Disclaimer : Saya pernah memiliki hubungan kerja dengan MCM

Write a Comment

Comment

16 Comments

  1. Istilah “terlalu canggih” itu relative, tergantung dari sudut pandang siapa 🙂

    Tapi… mereka yang bilang gitu gak salah juga sih, karena:

    “Kekuatan besar (technology canggih) terkadang membuat bingung orang primitive” –Smith – The Avanger

  2. Inisiator yang dimaksud itu saya 😀 Ya semua berhak beropini. Basically the reason why I said that adalah banyak yang pakai teknologi high end, tapi akhirnya ketika mau scaling (we are talking about startup yg ngga banyak uangnya), menjadi kesulitan karena susahnya nyari programmer yang jago di teknologi yang masih ‘asing’. Kalaupun ada, pastinya mahal. Alhasil, bukannya mikirin customer acquisition dan sisi bisnis, malah mikirin teknologinya (dan biaya yang diakibatkan dari penggunaan teknologi tersebut).

    Saya melihat banyak programmer yang kemampuan MySQL-nya masih cetek, tapi sudah berani pakai database-database lainnya. It’s like learning to run without the ability to walk, or making rooftops without foundation. Ngga tahu apa itu DDL, DML, DCL. Ngga bisa membaca (atau bahkan ngga tahu) EXPLAIN SELECT. This is coming from someone who is actually teaching MySQL, SQL Server, and Oracle.

    Tiket.com dari development sampai soft launch only took 3 months to develop ( http://www.adheaven.com/post/12437657620/this-is-what-startups-is-all-about ) and I don’t think we can do this if we use ‘unfamiliar’ technology. Programmer saya sudah bisa efektif coding di day 2, which is crucial karena untuk hiring saja butuh 1 bulan notice. Saya setuju pendapat mas Sherief bahwa startup akhirnya harus berevolusi, tapi kalau evolusinya langsung skip beberapa fase itu seperti menembak lalat dengan bazooka.

  3. His startup got USD 10 million investment for that web
    He is currently setting up company for that web in US
    His CMO is American http://chip.co.id/news/read/2011/09/19/1199424/SixReps.com.Luncurkan.Situs.di.Las.Vegas
    His business sense is proven. Check out his house (15 milyar rupiah saja) http://dennysantoso.com/post/21690400076/my-morning-taken-with-instagram

    If I have to choose to listen between him, or another super genius geek, I will definitely listen to him.

  4. @Natali: Wah komentar-nya ngga nyambung sama ide tulisannya. Coba baca lagi yang teliti dari awal, ide-nya itu bukan soal menggunakan teknologi yang canggih atau jadul, tapi soal memanfaatkan teknologi berdasarkan kebutuhan, ngono son!

  5. ini yg dimaksud inisiator itu siapa ya?
    maksudnya Mr. Technology Doesn’t Count itu siapa?
    bukan saya kan? #kegeeran
    trus suruh lanjut ke mndt.lk buat apa?
    kok banyak kata2 yang membingungkan ya?
    salah saya apa? #kegeeranlagi
    #balikngoding

  6. perdebatan itu:

    1. melelahkan
    2. menghabiskan waktu
    3. menghabiskan duit+tenaga

    jgnlah melihat teknologi,waktu, dan uang itu sebagai sesuatu yg terpisah2…cobalah kita sesekali melihat ketiga hal itu sebagai satu kesatuan……

    #udahCapekDebat

  7. “buat saya yang penting serpis pelanggan, teknologi ndak masuk #edisijogja” lupa quote dari mana ini :))

  8. Bener sih gaan, menurut ane yang penting tuh ke kompakan tim dan satu pikiran. intinya punya satu visi misi yang jelas. untuk masalah teknologi itu mengikuti