Seperti yang saya sebutkan di tulisan sebelumnya. Sekitar 2 bulan lalu saya bereksperimen membuat blog baru, Labana.ID. Temanya masih mirip dengan blog pribadi saya ini. Bedanya, isinya lebih serius.
Jika di blog ini saya sering menulis dengan berbagai asumsi pribadi, mengutip pernyataan seingat saya, dan menuliskan kabar burung yang tidak terkonfirmasi, di Labana.ID saya berusaha mendapatkan konfirmasi resmi, cek silang informasi yang saya dapatkan, serta mengumpulkan informasi lebih lengkap dari beberapa sumber lain.
Dan hasilnya? Well, yang paling berasa untuk saya: Menulis serius itu tidak gampang ternyata.
Sebelum memulai eksperimen Labana.ID saya membiasakan dulu untuk rutin menulis setiap hari di blog ini. Setelah ritme nya dapat, saya pikir “Ohh.., baiklah. Kalau sudah terbiasa, menulis tiap hari itu tidak sulit.”
Dengan eksperimen ini akhirnya saya menyadari kalau menulis blog pribadi secara rutin mungkin memang gampang. Karena kita bebas menulis tentang apapun. Hari ini mengkritik pemerintah, besok cerita soal anjing Husky yang seperti bisa bernyanyi, lusa menulis tetang Linux Container dan Docker, bebas saja. Enaknya lagi, tidak ada delay.
Menulis serius itu banyak delaynya. Setidaknya di Labana.ID saya rasakan begitu. Ketika hendak menuliskan kalimat sederhana “di Indonesia lebih banyak pengguna Android daripada iOS”, saya harus kembali mencari data resmi yang menyatakan memang seperti itu, lengkap dengan angkanya. Walaupun naluri saya kuat menyatakan bahwa pasti pengguna Android lebih banyak.
Contoh lainnya ketika saya menulis tentang BirDisini.com. Menurut penelurusan saya, sepertinya situs ini diprakarsai oleh Mirum (digital agency lokal). Tapi saya tidak bisa serta merta menuliskan tanpa cek silang ke Mirum. Beruntung saya memiliki kenalan di sana –walaupun pada akhirnya mereka menolak memberikan konfirmasi. Tetapi itu sudah cukup. Artinya mereka diberikan kesempataan untuk konfirmasi.
Lalu di lain waktu ketika saya hendak menulis tentang sebuah startup, saya baru menyadari saya tidak memiliki kontak langsung dengan petinggi startup tersebut. Tentu saya bisa memanfaatkan jaringan kontak saya. Tetapi ya itu tadi, jadinya membuat delay. Kalau sudah kelamaan, mood nya jadi hilang. Maklum, masih eksperimen.
Dan karena ini dilakukan di waktu senggang, seringkali waktunya terbatas. Ketika ada kesempatan untuk menemui salah satu narasumber, sekaligus mengunjungi markas besar engineering team mereka, waktunya bentrok dengan waktu kerja saya.
Ada banyak hal lainnya lagi tentunya. Tapi jadi catatan pribadi saya saja. Saat ini eksperimennya sedang istirahat. Nanti kalau waktunya pas, saya lanjutkan lagi.