Kita sama – sama tahu di Indonesia terjadi pro kontra yang begitu besar terhadap keputusan pemerintah untuk memblokir situs – situs tertentu. Baik situs pornografi, berbau kekerasan, maupun yang mengandung nuansa SARA. Saya sempat berpendapat, “Lama – lama Indonesia bisa jadi seperti RRC. Pemerintah yang memutuskan mana yang boleh tampil di internet, mana yang tidak”.
Tetapi kenyataannya di Amerika pun terjadi hal yang mirip, tetapi ini bukan dari pemerintah, tetapi malah dari pihak swasta, yaitu para penyedia layanan internet (ISP). Banyak masyarakat Amerika yang “curiga”, pihak ISP mempunyai kontrak tertentu dengan penyedia konten (website). Dengan kontrak ini maka situs ini akan lebih cepat diakses di dalam jaringan ISP mereka. Dan otomatis dengan kontrak tersebut, ISP ini pun akan memperlambat akses ke website kompetitor mereka.
Itu hanya untuk kasus kontrak sederhana. Tentunya masih ada berbagai jenis kontrak lainnya. Karena memang pada akhirnya ISP lah yang memutuskan situs mana yang bisa diakses dengan cepat, mana yang diperlambat, dan mana yang sama sekali tidak akan pernah bisa selesai loadnya (tanpa di blok !).
Model bisnis seperti ini cukup menarik untuk ISP. Karena pelanggan ISP tidak tahu apa yang terjadi, dan tak akan menyalahkan ISP. Ketika mereka mengakses situs A sangat lambat, dan sebaliknya situs B (kompetitornya) sangat cepat, maka otomatis pikiran pertama yang muncul : “Payah nih situs A, lambat banget loadingnya”. Dan selanjutnya pengunjung bisa dipastikan akan lebih memilih membuka situs B daripada A. Tanpa pernah menyalahkan ISP.
*eh.. apa jangan – jangan ISP di Indonesia juga melakukan ini ??
Sebenarnya yang terjadi di Amerika itu bukanlah hal baru. Di masa lalu *dan mungkin juga sekarang*, ada juga hal – hal seperti ini, cuma tidak separah yang diatas. Karena modelnya bukanlah pembatasan akses. Hanya kepada “pemaksaan untuk mengunjungi suatu situs”.
Saya pernah baca di buku Internet Business Models (terbitan tahun 2001), disebutkan disitu bagaimana beberapa situs bekerjasama dengan AOL (ISP). Dengan kerjasama ini, maka ketika pelanggan AOL salah menulis alamat domain, otomatis diarahkan ke web yang punya kontrak tadi.
Website – website ini juga bekerjasama dengan para produsen PC / Notebook yang sudah paketan dengan Sistem Operasi. Di dalam internet browser sistem operasi ini, alamat default webnya adalah alamat web mereka yang telah menandatangani kontrak. Jadi ketika seseorang membeli PC dari produsen ini, kemudian mengakses internet untuk pertama kalinya, maka web tersebut lah yang otomatis akan terbuka.
Karena itulah dari awal saya kenal FireFox, SwitchProxy menjadi plugin wajib π ,minimal meminimalisir mereka yang hendak membatasi situs yang ingin saya akses.
Persaingan para penyedia layanan konten tidak hanya berlangsung di jagad maya, tetapi juga terjadi sejak sebuah PC/Notebook sampai ke tangan anda.
Situs terkait : http://www.savetheinternet.com/=faq
Itulah jualan konten…
Kalo ingin mendapatkan konten tsb harus bayar lebih…
Kayaknya tadi salah kasih link ya ?? π
Support Net Neutrality!
@milisdad : ya, pada akhirnya konten berbayar masih akan terus ada
@Yuda : he..he, ketahuan yah..
@ak : me too..
Weh? Ada kontrak semacam itu to? Kok agak nggak fair yah, antara yang berduit dan yang nggak?
yg ada uang, di utamakan..:-)
di amerika magh dijadikan sumber penghasilan.. π
Emang sih, pake proxy luar bisa lebih bebas ngunjungi situs2 yang kita inginkan.. tapi klo penyedia proxy-nya “nakal” n ngoleksi info login kita.. bisa gawat juga ya..
Yah,, lagi-lagi konsumen yang jadi korban..
@ipung: Emang sih, pake proxy luar bisa lebih bebas ngunjungi situs2 yang kita inginkan.. tapi klo penyedia proxy-nya βnakalβ n ngoleksi info login kita.. bisa gawat juga ya..
emangnya bisa seperti itu ?
@Pras : itulah hidup Pras..
@ipung : bener banget.. bung Pogung177 baru – baru ini jadi korban tuh..
@suwiryo : bisa banget.. kan di pemilik proxy bisa capture data apa saja yang lewa di servernya. Saya pernah lihat langsung prosesnya..